Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI — dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda.
Penulis berusaha menyadur bebas artikel dari https://inservice.ascd.orgyang secara ringkas menyebutkan bahwa DI adalah bersifat proaktif, lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif, berakar pada penilaian, menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses dan produk, berpusat pada murid, merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual serta bersifat "organik" dan dinamis. Nah, untuk memahaminya maka kita harus mulai dari diri sendiri.
Apakah moment yang paling berkesan bagi anda yang dapat membangkitkan anda dari keterpurukan menjadi sebuah semangat yang menggebu? Mungkin itu adalah tahap awal pemahaman pembelajaran berdiferensiasi.
Dari hal tersebut seorang guru akan sadar betapa beragamnya murid dan segala permasalahan yang dihadapi. Sungguh bila kita bisa memahami hal tersebut maka tidaklah mudah menjadi seorang guru agar bisa menuntun murid-muridnya menuju kebahagiaan lahir batin. Kita patut berbangga bila sudah mampu mewujudkannya meskipun belum sempurna.
Setelah memahami keberagaman murid (kodrat alam: KHD), maka seorang guru juga perlu benar-benar mendalami definisi DI berikut karakteristiknya. Satu karakteristik DI yang penulis perlu tandaskan bahwasannya DI haruslah bersifat “mengundang” murid untuk belajar dan bekerja. Hal tersebut harus terus menerus dieksplorasi seorang guru baik melalui forum diskusi ataupun pembelajaran mandiri.
Suatu perubahan pola pikir akan tercipta dengan sendirinya ketika guru tersebut paham akan perlunya DI guna mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Berbahagialah para guru yang mendapatkan kesempatan untuk mempelajari hal tersebut. Tentunya, konsekuensi logis dari pemahaman tersebut adalah implementasi pembelajaran di kelas dan di sekolah.
Dalam rangka memantapkan pemahaman untuk nantinya diterapkan maka guru-guru yang masuk dalam Pendidikan Guru Penggerak diminta untuk menganalisa beberapa skenario pembelajaran dari jenjang TK sampai dengan SMA/SMK.
Bagaimanakah DI yang diterapkan serta bagaimanakah sistem penilaian yang dilakukan dibahas secara mendalam dalam sesi Ruang Kolaborasi, dan diperdalam dalam sesi Elaborasi yang dibimbing oleh Instruktur. Tentunya pandangan masing-masing guru juga variatif sesuai sudut pandang mereka masing-masing, Tetapi disini diperoleh satu kata sepakat bahwa DI bisa diterapkan pada seluruh jenjang pendidikan.
Penulis sangat terinspirasi dengan skenario di jenjang TK yang selalu menawarkan kebahagiaan dalam pembelajaran. Jikalau pembelajaran di jenjang yang lain serupa mungkin profesi guru akan menjadi profesi yang sangat menyenangkan.
Untuk mengimplementasikan DI dalam pembelajaran, maka setelah dilakukan asesmen diagnostik awal maka seorang guru dituntut untuk merencanakan sebuah pembelajaran yang benar-benar memenuhi semua kebutuhan murid. Hal ini bukanlah hal gampang. Sebaliknya memerlukan sebuah data yang kongkrit sehingga pengelompokan murid berdasarkan tingkat kebutuhannya akan didapatkan. Setelah kelompok-kelompok kecil terbentuk maka pemenuhan kebutuhan murid harus dipenuhi dengan variasi pembelajaran pada konten, proses maupun produk.
Hal tersebut mutlak dilakukan karena memang dari awal sudah disepakati bahwa kebutuhan murid adalah beragam. Terbuka juga kemungkinan untuk mencapai kenyamanan belajar maka diferensiasi tempat sesuai keinginan murid juga masih diperbolehkan. Hal inilah yang sekali lagi membuat penulis merasa tertantang untuk melakukannya.
Di bawah bimbingan fasilitator Bapak Suyatno, M.Pd., dan pengajar praktik Ibu Dr. Dhina Luvitasari, S.Pd,. M.Pd., penulis berusaha membuat perencanaan pembelajaran bisa dilihat dalam
Serta mengimplementasikannya dalam pembelajaran. Video pembelajaran yang lengkap bisa disimak di https://youtu.be/OM4Ea5dZCbY
Demikian sekelumit kata dari penulis semoga bisa membangkitkan semangat rekan-rekan seperjuangan yang selalu berada di garda terdepan Pendidikan Nasional Indonesia. Semoga tujuan pendidikan sebagaimana diungkapkan Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun kodrat murid untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya baik lahir maupun batin sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dapat dicapai secara merata di seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H