Mohon tunggu...
Sis Top515
Sis Top515 Mohon Tunggu... karyawan swasta -

biasa di panggil sistop

Selanjutnya

Tutup

Money

Knowledge Sharing dan Talk Show Buku LIPI Press

21 November 2015   11:41 Diperbarui: 21 November 2015   11:51 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Akad yang beragam dan fleksible menjadi kekuatan utama, bahkan untuk pemula ada kredit tanpa agunan, untuk yang menengah khususnya petani melihat dari karakteristik musiman mereka menyediakan angsuran sesuai hasil atau panen yang mereka dapatkan, dari 3 bulan sampai 6 tahun akan di layani sama baiknya. Bahkan atas inisiatih gubernur jatim juga investasi pemerintah daerah mereka menerapkan tarif bunga hingga 7% pertahun dengan jangka waktu kredit 3 bulan s.d 6 tahun.

Tentu ini sangat menggairahkan bagi usaha mikro maupun menengah baik pemula maupun yang mencoba menjaga eksistensi. Hal ini terkonfirmasi dari KADIN Jatim yang ikut menjadi pembicara pada acara talk show tersebut. Konfirmasi tersbut terlihat dari surplus neraca perdagangan jatim, bahkan surplus tersebut bukan dari sisi ekspor nya melainkan dari ekspansi UMKM yang produknya dapat bersaing dan diterima daerah lain. Artinya dari mana si UMKM ini dapat memenuhi permintaan pasar hampir di seluruh wilayah Indonesia jika tidak di dukung permodalan yang memadai? Baik dari segi kuantitas maupun tingkat suku bunga.

Mengingat di Indonesia saat ini tengah menjadi magnet bagi dunia perbankan Luar Negeri untuk berinvestasi baik membuka cabang maupun membeli saham perbankan di Indonesia karena tingkat suku bunga di Indonesia adalah yang paling tinggi di dunia. Maka tak heran jika perbankan saat ini banyak di miliki Negara Negara lain yg ingin mengeruk laba perbankan. Hal ini terkonfirmasi dari tempat saya bekerja, bank asing mampu memberikan bunga lebih kecil beberapa digit dari bank plat merah dengan persyaratan yang lebih mudah pula nah loh…

Dari kadin sendiri juga terungkap masyarakat jatim nampaknya mau di edukasi perihal penggunaan produk dalam negeri wabil khusus jawa timur. Menjamurnya produk-produk impor dengan harga di banting tak serta merta meruntuhkan permintaan produk local. Hal ini mendapat penegasan dan juga contoh dari sang gubernur, konon pada setiap acara resmi di jatim pak gubernur yg akrab di sapa pakde Karwo ini akan inspeksi. Buah yang di gunakan dalam acara tersebut di cek bener produk local atau impor, kalau impor sudah pasti tidak akan kemakan. Walau ada selisih harga antara produk local dan impor tetapi sebagian masyarakat sudah sadar apa iya kesehatan kita senilai dengan selisih harga produk local dan impor tersebut. Sudah diketahui oleh umum apel-apel impor harganya lebih murah dari apel malang tetapi banyak di jumpai apel impor yang di lapisi lilin dan bahan kimia lainnya.

Saya pikir ini menjadi koreksi bagi diri saya sendiri, jika berkenan bagi pembaca sekalian ayo kita pilih produk local yang sehat walau harga lebih mahal sedikit tetapi dampak social maupun kesehatan kelak akan kita rasakan. Mungkin kita aka mengeryitkan dahi jika suku bunga untuk petani jatim dapat di tekan sampai level 7% kenapa produk mereka masih lebih mahal dari produk impor? Hal ini terjawab dan terkonfirmasi kebijakan pemerintah Jokowi-JK, mantan mentri keuangan rahmad gobel bahkan pernah menyampaikan bahwa biaya transportasi di Indonesia cukup tinggi maka hingga saat ini pemerintah sangat getol menggenjot infrastruktur, apakah pembangunan infrasturktur sudah seperti yang di harapkan? Waktu yang akan menjawab dan hingga kini biaya transportasi belum menunjukkan trend penurunan harga. Bahkan jika kita impor buah dari Australia maka biayanya akan lebih murah dari pada mendatangkannya dari bekasi eh salah Sulawesi ya.

Di akhir sesi diskusi peserta berebut mic untuk melancarkan pertanyaan atau mereview lebih jauh. Yang banyak terlontar dari hadirin yang hadir persis sama dengan buku yang di bedah yang ada penawarnya dari Bank UMKM  jatim. Para peneliti muda, ada yang lulusan SMK maupun masih berstatus pelajar dan mahasiswa yang telah melakukan research dan membuat proposal bisnisnya di hantam permodalan yang susah di akses. So bisa di tebak bahkan ada yang membuat deal di belakang panggung karena bertemunya calon pebisnis yang terbentur modal dengan kreditur yang memiliki flesibilitas akad dan tariff bunga yang tidak mencekik. Tetapi motivasi saya bertanya dalam diskusi tersebut karena setiap penanya dapat paket buku dari LIPI Press dan  ini penampakan oleh-olehnya. Thanks ya lippi pres

[caption caption="Talk Show"]

[/caption]

 

Penulis

Sistop

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun