Berkecimpung di kegiatan ekstrakurikuler kemahasiswaan di kampus tegalboto fakultas ekonomi mengantarkanku mempelajari hal baru dan hits pada saat itu penghujung tahun 2004 yakni keuangan syariah. Mulai dari seminar, temu ilmiah hingga group diskusi saya ikuti untuk menngcompare ilmu ekonomi konvensional yang jadi makanan sehari-hari di bangku kuliah. Tokoh ekonomi syariah dari lokal hingga nasional seolah belum cukup untuk menghilangkan dahaga keingintahuanku akan ekonomi syariah tersebut, tak ayal tokoh kenamaan kampus seperti DR. Fathurazi, Prof. DR Suroso hingga Adiwarman Karim menjadi mediator atau penghantar ilmu yang berkompeten menjadi idola.
Sejarah pemikiran ekonomi syariah memang lekat dengan islam, mulai dari Nabi Yusuf sang ahli logistic Negara, Nabi Muhammad sebelum dinobatkan menjadi nabi beliau adalah bebisnis ulung hingga Abdurahman bin Auf yang mampu menciptakan peluang bisnis sekecil apapun untuk menjadi besar dan luarbiasa. Sebenarnya bukan hanya pada tokoh pencetus dan pelaku bisnisnya saja yang membuat ekonomi syariah layak menjadi problem solving. Tetapi juga karena prinsip mulia yang ada pada ekonomi maupun keuangan syariah. Diantara pripsip itu yakni Tauhid (penghambaan terhadap Tuhan) di Indonesia dikenal sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa artinya kegiatan ekonomi idealnya bisa menjadi bentuk beribadah kepada Tuhan jika di lakukan dengan kejujuran.
Ada juga prinsip Kemaslahatan untuk mencapai taraf hidup yang mulia, artinya kemuliaan dari ekonomi syariah adalah ketika mampu memberi manfaat kepada banyak manusia. Ada juga prinsip keadilan dan beberapa prinsip lainnya, dari pengetahuan ilmu ekonomi syariah yang secuil itu saya benturkan dengan kondisi riil di masyarakat khususnya bidang agrobisnis untuk melihat peran dan kontribusi perbankkan syariah di sector tersebut. Dari karya ilmiah yang tertuang di secarik kertas itu kuraih Juara 2 Lomba menulis Perbankan Syariah yang di selenggarakan BI Jember dan berhadiah Tabungan di salah satu Bank syariah.
Wawww saat itu rasanya bak ketiban durian runtuh, bagaimana tidak sudah lama memendam keinginan untuk berhijrah dari yang belum sesuai prinsyip syariah menjadi sesuai atau minimal mendekati. Usai memiliki rekening di bank syariah, kegiatan sebagai aktivis kerohanian menjadi pede, khususnya untuk berdiskusi tentang segala hal tentang keuangan syariah maupun ekonomi syariah. Bahkan lebih dari itu, dari relasi dengan perbankan syariah tersebut acapkali mengadakan kerjasama dengan keuangan syariah untuk lebih memasyarakatkan prinsip-prinsip dan implementasi keuangan syariah sebagai salah satu problem solving kegiatan ekonomi masyarakat bahkan untuk mendobrak krisis ekonomi.
Dari situlah awal interaksiku dengan keuangan syariah, terasa adem, bangga dan selangkah lebih maju karena bukan cuma omong atau belajar doang tapi juga praktek berhijrah. Banyak sukanya berinteraksi dengan keuangan syariah, 1 bebas riba, 2 saldo kita tidak pernah di potong biaya, pelayanannya menyejukkan. Tapi juga ada masalah ATM yang di berikan kadang-kadang trouble atau bermasalah, tarik tunai uangnya tidak keluar tapi saldonya berkurang. Atas permasalahan tersebut alhamdulillah customer service Bank Syariah sangat care dan mempermudah proses koreksi atas transaksi tersebut tanpa berbelit. Di tambah dengan senyum manis khas CS dan menyatukan telapak tangan di depan dada sembari berucap assalamualaikum ada yang bisa kami bantu. Mungkin sederhana tapi bagi mahasiswa fakultas ekonomi yang terbiasa lihat wanita berdandan menor lagi berlebihan, CS dengan tampilan sederhana dan lembut ucapanya bagai oase di padang tandus. Cielah
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H