Mari kita bicara soal HATI.
Kita punya HATI. Pasti itu.
Hanya,
Satu HATI, Biasa.
Dua HATI, HATI-HATI.
Tiga HATI, PerHATIan.
Empat HATI, PerADILan HATI.
Makanya,
HATI itu, hEARt, ditengahnya ada kata yang berarti alat untuk mendengar. Telinga, atau kuping.
Karena telinga ada pautannya dengan HATI, maka gunakanlah telinga itu untuk mendengar hal-hal yang baik.
HATI itu, HEARt. Ada kata yang artinya mendengar. Kata kerja dia.
Maknanya, kita harus mendengarkan suara HATI. Jangan sekali-kali membatah akan hal itu. Karena, di situ letak suatu kejujuran.
Dan, juga bisa heART, yang ada kata berarti seni.
Punya HATI, seharusnyalah kita memiliki seni juga. Seni apa saja, termasuk seni manata keADILan.
Bisa juga HEart, yaitu ada kata HE yang bermakna laki-laki. Karena hanya laki-lakilah yang bisa memiliki satu, dua, tiga bahkan empat HATI.
Jadi, seorang 'HE' atau laki-laki yang 'akan' atau 'telah' memiliki dua, tiga atau empat HATI, harus bisa dan wajib menjalankan PerADILan HATI. Dan, itu memerlukan ART.
Oleh sebab itu, jadikanlah HATI sebagai sumber makna kita.
(Krbl, Selasa, 23 Okt. 2012. Pkl. 23.17 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H