Evaluasi program merupakan serangkaian tindakan yang dirancang untuk mengumpulkan informasi atau informasi ilmiah yang hasilnya dapat diperhitungkan oleh pengambil keputusan dalam mengambil keputusan mengenai alternatif kebijakan program di masa depan. Oleh karena itu, ada dua gagasan efektivitas dan efisiensi yang sangat penting untuk mengevaluasi keberhasilan program. Efisiensi adalah persentase input yang digunakan untuk menghasilkan output melalui suatu proses, sedangkan efisiensi adalah perbandingan output dengan input.
Setiap atau seluruh aspek pelaksanaan program dapat dievaluasi. Dengan melakukan hal ini, kita dapat mengukur seberapa baik kinerja program dalam memenuhi tujuan implementasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Program yang berjalan tidak dapat menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai tanpa adanya evaluasi. Berbagai aspek yang saling berhubungan mempengaruhi pelaksanaan program untuk mencapai tujuannya.
Pelatihan adalah suatu metode pembelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas seseorang dalam bekerja. Dalam pelatihan, suatu lingkungan diciptakan di mana individu dapat mempelajari atau mengembangkan sikap, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan perilaku tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan.
Berkaitan dengan pelatihan , pelatihan yang di lakukan adalah tentang Pelatihan Ecobrick dalam Mengelola Sampah Plastik. Laporan Indonesia National Action Plan (NPAP) mengungkapkan, sekitar 4,8 juta ton atau 70% dari keseluruhan sampah plastik di Indonesia tidak terkelola. Diperkirakan, 0,62 juta ton atau 9% dari sampah plastik yang tidak terkelola tersebut berakhir atau bermuara di perairan dan laut Indonesia.3 Data terkait juga diungkap oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyebutkan bahwa terdapat sekitar 0,27-0,60 juta ton sampah plastik yang masuk ke laut Indonesia setiap tahunnya.4
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dan berakhir di laut akhirnya menjadi penyebab berbagai masalah baik secara langsung maupun tidak langsung seperti pencemaran air, udara, dan tanah; meningkatkan gas rumah kaca (GRK), sumber penyakit seperti diare; bencana banjir; dan permasalahan lainnya.
Pelaksanaan pengelolaan sampah plastik ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi. sebelum kegiatan ini dilakukan, kami menjelaskan terlebih dahulu kepada pak RW tujuan kami ingin melakukan pelatihan ecobrick dalam Mengelola Sampah Plastik. alasan kami memilih ditempat tersebut karna lokasinya itu ada dipinggir jalan yang dimana jalan tersebut tempat banyak orang berlalu lalang, sehingga ketika melewati jalan tersebut, sangat terlihat lingkungan yang tidak bersih. Dengan hasil izin yang disetujuin untuk melaksanakan pelatihan ecobrick sampah ini. Kemudian selanjutnya menjalankan tahapan yaitu memberikan informasi, serta mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk pelatihan.
Adapun beberapa tahapan dari pelatihan yang dilakukan diantaranya tahapan pengetahuan, tahapan persuasi, tahapan pengambilan keputusan dan tahapan implementasi. Pada tahapan pengetahuan proses penyebaran informasi terhadap masyarakat dapat dilihat melalui kondisi lapangan observasi. Sebagian besar masyarakat daerah timbangan itu adalah masyarakat biasa pada umumnya dan setengah mahasiswa. Pada tahap persuasi ini ada beberapa pihak yang terlibat dalam membujuk masyarakat untuk melakukan pelatihan ecobrick mengenai penumpukan sampah di sekitaran timbangan, selain itu pihak RW juga bantu untuk mengajak masyarakat setempat dengan bicara langsung. selain menggunakan metode personal, kami juga memberikan undangan yang berisi sebuah ajakan/bujukan untuk pelatihan ecobrick kepada masyarakat.
Pada tahap ketiga adalah tahap pengambilan keputusan. Dalam tahap ini seseorang memutuskan dirinya menerima atau menolak pelatihan tersebut. Berkaitan dengan proses pelatihan di kalangan Timbangan, pada tahap keputusan ini sebagian masyarakat setempat menerima pelatihan ecobrick dalam mengelola sampah plastik.
Keputusan masyarakat menerima pelatihan ecobrick dalam mengelola sampah plastik di Jl. Pipa Pertamina, Timbangan, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten
Ogan Ilir, Sumatera Selatan telah disetujui atau sepakati secara bersamaan. Pada proses pelatihan ecobrick di daerah Timbangan masyarakat telah mengimplementasikan hal tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, hal ini kami ketahui setelah melakukan monitoring langsung ke masyarakat sekitar.
Pada tahap terakhir dalam sebuah pelatihan tentu di adakannya sebuah evaluasi agar dapat meninjau sejauh mana dan seberapa besar keberlanjutan di adakannya sebuah pelatihan ini. Untuk mengetahui evaluasi yang di gunakan, disini menggunakan Model Evaluasi CIPP. (Context, Input, Prosess and Product).
Context : evaluasi dimulai dengan memahami konteks atau latar belakang di mana program atau proyek tersebut beroperasi. Ini termasuk pemahaman tentang tujuan, masalah yang ingin dipecahkan, dan pemangku kepentingan yang terlibat. seperti halnya tujuan dalam program pelatihan ini terkait masalah banyaknya sampah plastik. Dalam hal ini penulis ingin mencari tahu latar belakang banyaknya sampah di sekitar tempat observasi yang akan di laksanakan.
Input : pada masukan atau sumber daya yang digunakan dalam program atau proyek. Ini melibatkan penilaian terhadap apa yang telah disiapkan sebelumnya untuk mendukung program. Penulis ingin mengajak masyarakat untuk melakukan inovasi dalam pengelolaan sampah dengan menggunakan fasilitas, modal, atau sumber daya yang dapat dimanfaatkan kembali dengan mengetahui sejarah permasalahan dalam program pelatihan ini.
Prosess : masyarakat akan dilibatkan dalam pelaksanaan program pelatihan ini dengan mengikuti kegiatan pelatihan lapangan.
Product : Hal ini dimaksudkan agar outcome baik produk maupun pengetahuannya dapat bermanfaat di masa depan dan dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh masyarakat untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah.
Kesimpulan dari sebuah opini ini adalah pelaksanaan kegiatan Pelatihan Ecobrick dalam Mengelola Sampah Plastik adalah dengan memanfaatkan sebuah sampah plastik menjadi alat hiasan rumah dengan tujuan agar diharapkan dengan adanya pelatihan ini akan memberikan dampak baik terhadap masyarakat sekitar. Adapun tahapan inovasi yang di lakukan yaitu tahapan pengetahuan, tahapan persuasi, tahapan implementasi. Model evaluasi yang di gunakan adalah dengan menggunakan Model CIPP.
Demikianlah opini penulis mengenai inovasi pengelolaan sampah, di harapkan opini ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru kepada pembaca. dan tentunya sebuah opini ini merupakan syarat tugas UTS dari Mata Kuliah Evaluasi Program PLS Prodi Pendidikan Masyarakat Universitas Sriwijaya yang di ampuh oleh ibu dosen Dra Evy Ratna Kartika Waty, M.Pd, Ph.D dan Ibu Mega Nurrizalia, S.Pd., M.Pd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H