Mohon tunggu...
Siska Anggraini Putri
Siska Anggraini Putri Mohon Tunggu... Guru - Seorang manusia

Time is free, but its Priceless

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikut Politik, Bukan Hanya Tentang Update Photo Tinta Ditangan (?)

25 Juli 2018   12:31 Diperbarui: 25 Juli 2018   12:54 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak perlu malu bagi kalian para pemilih milenial untuk ikut mencari dan memilih siapakah tokoh pemimpin yang cocok dengan keinginan kalian. Tidak perlu malu jika kalian ingin mengemukakan pendapat tentang kriteria pemimpin seperti apa yang cocok dihati kalian.

Di umur 17 tahun bahkan kurang sekalipun  adalah hal yang wajar jika seseorang remaja ingin ikut andil dalam hal politik. Contohnya saja tentang pemilihan calon pemimpin daerah atau bahkan calon presiden yang baru-baru ini terjadi dan akan terjadi.

Hal itu tentu sangat wajar apalagi melihat usia 17th adalah patokan umur bagi pemilih pemula.  

Golput memang bukan pilihan, update photo jari di IG bukti mencoblos itu terserah kalian.  Hanya saja perlu diketahui pemilihan umum bukan hanya tentang kamu golput atau tidak.

Banyak artian politik diluaran sana, entah dari ahli atau bahkan Wikipedia.  Namun kadang para generasi milenial hanya menganggap politik hanyalah untuk memilih pemimpin, memilih penguasa, memilih siapa orang yang akan duduk dikursi jabatan sana. 

Mengetahui politik adalah hal yang penting dikehidupan kita. Politik (bisa jadi) adalah seni, dan (mungkin) akan banyak "seniman" didalam sana. Entah tukang acting, narrator ulung atau sebagainya. Jadi harus pandai-pandailah kita memilih mana politik yang bersih dan mana politik yang kotor ditangan.

Memilih pemimpin berarti mengamini  kebijakan kehidupan bernegara kita kedepannya. Maka dari itu sebelum memutuskan pilihan lalu update photo tinta ditangan. Sebaiknya cari dan bandingkan dulu rekam jejak politik dan kepemimpiannya. Kalau sudah lebih condong kemana. Tak perlu malu mengutarakan pendapat politik kalian, tak perlu malu mengutarakan keberpihakan.

Tak perlu malu dengan pandangan aneh 

"Kenapa sih kamu ngikutin politik?"

"Kenapa sih segitunya sama politik?" tak perlu malu.

Justru hal aneh adalah jika ada  remaja seumuran itu bersikap skeptic dengan berpendapat

 "aku gak suka ngikutin berita-berita politik gitu"

" apa an sih politik itu isinya penuh kebohongan dan drama semua"

" males ah mending ngikutin hal hal positif lain kayak issue pendidikan, kemanusiaan dll"

Halah. Mencari hal positif lain dan mengatakan hal tersebut adalah hal yang jauh lebih baik dibanding ikut-ikutan mencari hal politik. Hanya akan memunculkan sikap bahwa kalian tidak peduli dengan keberlangsungan pemerintahan kita.

Jika kalian memang tipe introvert yang tak ingin mengutarakan pendapat politik dan keberpihakan kalian tak apa. Kalian boleh saja tak menunjukkannya. Itu adalah hak kalian.

Tapi jangan sekali-kali bersifat cuek.  Jangan jual mahal dengan tidak ikut proses bahkan pelaksanaannya.  Jangan juga hanya ikut proses di hari H. Ikut nyoblos dan bangganya luar biasanya. Update instagram, update facebook, update WA dengan caption iya iyalah. :(

Bukan, bukan seperti itu cara mainnya. 

Aku memang tak mempelajari politik. Hanya saja jika generasi milenial bersikap acuh terhadap politik maka siapa nantinya yang akan ikut berpikir ??????

Jangan jadi generasi Buta Politik. 

"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir semua pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional" (Bertolt Bracht, penyair Jerman).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun