Mohon tunggu...
Siska Anggraini Putri
Siska Anggraini Putri Mohon Tunggu... Guru - Seorang manusia

Time is free, but its Priceless

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikut Politik, Bukan Hanya Tentang Update Photo Tinta Ditangan (?)

25 Juli 2018   12:31 Diperbarui: 25 Juli 2018   12:54 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "aku gak suka ngikutin berita-berita politik gitu"

" apa an sih politik itu isinya penuh kebohongan dan drama semua"

" males ah mending ngikutin hal hal positif lain kayak issue pendidikan, kemanusiaan dll"

Halah. Mencari hal positif lain dan mengatakan hal tersebut adalah hal yang jauh lebih baik dibanding ikut-ikutan mencari hal politik. Hanya akan memunculkan sikap bahwa kalian tidak peduli dengan keberlangsungan pemerintahan kita.

Jika kalian memang tipe introvert yang tak ingin mengutarakan pendapat politik dan keberpihakan kalian tak apa. Kalian boleh saja tak menunjukkannya. Itu adalah hak kalian.

Tapi jangan sekali-kali bersifat cuek.  Jangan jual mahal dengan tidak ikut proses bahkan pelaksanaannya.  Jangan juga hanya ikut proses di hari H. Ikut nyoblos dan bangganya luar biasanya. Update instagram, update facebook, update WA dengan caption iya iyalah. :(

Bukan, bukan seperti itu cara mainnya. 

Aku memang tak mempelajari politik. Hanya saja jika generasi milenial bersikap acuh terhadap politik maka siapa nantinya yang akan ikut berpikir ??????

Jangan jadi generasi Buta Politik. 

"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir semua pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional" (Bertolt Bracht, penyair Jerman).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun