Oleh Siska Julia Rahman
Melihat banyaknya muslimah yang sikapnya tidak sesuai dengan Islam, membuat Rara ragu untuk mengenakan hijab, temannya banyak yang memakai hijab tetapi perilakunya jauh dari kepribadian Islam. Ia takut akan seperti itu dan tidak akan konsisten dengan apa yang ia pakai nanti. Ibu dan ayahnya selalu mengingatkan dirinya, agar bersegera memakai jilbab dan khimar. Tetapi, hatinya belum terketuk. Rara ingin berubah tetapi ia tidak mau karena keterpaksaan belaka karena orang tuanya. Ketukan pintu membuat Rara tersadar dari lamuannya. Ibunya memanggil untuk sarapan pagi sebelum ia berangkat ke sekolah.
"Rara, sayang. Kamu kan sudah dewasa dan sudah kelas 12. Kamu kapan untuk mengenakan hijab?" tanya ibunya sambil menyiapkan sarapan. Rara tertunduk mendengar pertanyaan dari ibunya. "Ia Bu, nanti kalau Rara sudah siap," elak Rara.
"Rara, siap atau tidak siap, kamu harus mengenakannya, sebab itu kewajiban seorang muslimah yang harus kamu taati, Nak. Apakah kamu mau Ayah masuk neraka gara-gara kamu tidak pakai hijab?" ujar Ayahnya.
"Rara tidak mau Ayah masuk neraka, tapi Rara belum siap untuk memakainya," jawab Rara tegas.
"Udah, Rara mau ke sekolah nanti terlambat. Assalamualaikum." lanjut Rara sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Wa'alaikumussalam."Jawab keduanya.
Sesampainya Rara di kelas, ia diherankan dengan siswi yang berada disamping bangkunya yang memakai jilbab dan khimar yang menutup dada. Pasalnya, tidak ada satupun siswi yang memakai pakaian seperti itu di sekolahnya. Rara penasaran dan bertanya kepada teman bangkunya itu.
"Hai, kamu murid baru, yah? " tanya Rara.
"Iya, aku murid baru. Perkenalkan namaku Fatimah," jawabnya.
"Oh, begitu. Salam kenal. Namaku Rara." Balas Rara.
Selepas mereka berkenalan, guru mulai masuk ke kelas dan mempersilahkan Fatimah untuk mengenalkan dirinya. Setelah pelajaran usai. Fatimah mulai mengajak Rara berbincang.
"Maaf, Rara. Apakah kamu seorang non muslim?" tanya Fatimah penasaran. Sebab, hanya Rara lah yang tidak mengenakan hijab di kelas ini.
"Bukan. Aku Islam. Mengapa kamu mengatakan seperti itu? " ucap Rara tersindir. Rara kurang suka dengan pertanyaan Fatimah.
"Maaf, aku pikir kamu seorang non muslim. Sebab, salah satu identitas seorang muslimah ialah mengenakan hijab. Agar mudah dikenal sebagai orang yang beragama Islam." Jawab Fatimah.
Rara tercengang dengan jawaban Fatimah. Ia merasa dirinya belum sepenuhnya menjadi seorang muslimah yang taat.
"Sekali lagi maaf, Rara. Kalau jawaban aku membuat dirimu tersinggung," ucap Fatimah merasa bersalah.
"tidak apa-apa, Fatimah. Itu betul kok apa yang kamu bilang. Aku ingin bertanya, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang memakai hijab tetapi akhlaknya tidak mencerminkan dengan apa yang ia pakai?" tanya Rara.
"Rara, perlu kita ketahui bahwa tak ada hubungan antara hijab dan berakhlak baik. Sebab, berhijab adalah kewajiban bagi seorang muslimah yang sudah memasuki usia balig, tanpa memandang apakah moralnya baik ataupun buruk. Memang berakhlak baik adalah tuntutan sosial, disamping itu merupakan ajaran agama. Akan tetapi, semua kewajiban dalam agama dan larangannya adalah tidak berhubungan dengan akhlak. Salah satunya masalah hijab ini. Siap tidak siap, baik tidak baik. Kita  harus wajib untuk mengenakannya. Dan ketika seseorang sudah melaksanakan hukum syara dengan sendirinya akan melahirkan akhlak yang baik." Terang Fatimah.
Rara terdiam, kehilangan kata-kata, mendengar jawaban dari Fatimah, seorang yang baru ia kenal hari ini. Tanpa rasa ragu untuk menjawab pertanyaannya.
Sepulang dari sekolah, Rara merenungi jawaban dari Fatimah dan ia memutuskan untuk mengenakan hijab. Dengan memakai hijab, Rara ingin bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
#KomunitasAktifMenulis
#Menulisuntukperadaban
#Berbagidanmenginspirasi
#TugasRere_genre_Fiksi_Inspirational
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H