Kemajuan teknologi komunikasi membuat kita mudah untuk berinteraksi dengan siapa saja. Tidak perlu bertemu secara langsung, hanya bermodal ponsel pintar saja, komunikasi sudah dapat terjalin. Tidak memandang waktu dan jarak.
Selain memudahkan kehidupan sehari-hari, teknologi komunikasi juga membuat penggunanya dapat memilih alternatif komunikasi yang tersedia. Mulai dari menjalin interaksi lewat teks, telepon, sampai saling menatap wajah masing-masing.
Alternatif komunikasi yang dapat dipilih membentuk kebiasaan baru untuk menjalin interaksi dengan sekitar. Tumbuh kebiasaan baru dalam hal bersosialisasi dengan orang lain. Biasanya, seseorang harus ke luar rumah dan menemui langsung seseorang yang akan ia temui untuk dapat berbincang dengannya. Sedangkan sekarang, tak perlu lagi jauh-jauh menemui seseorang. Berbeda negara saja sudah bisa berkomunikasi lewat kecanggihan yang ada.
Kebiasaan ini justru bisa merubah cara pandang bahkan budaya baru dalam bersosialisasi. Tidak perlu mendapat pengakuan atau mendapat validasi secara nyata dari lingkungan, cukup mendapatkan sorotan di media sosial sudah membuat seseorang merasa gaul. Terlihat jauh lebih mudah dan tidak terbatas. Tak sesempit bergaul dalam lingkungan pertemanan terbatas yang hanya itu-itu saja.Â
Kemudahan yang ada bukan berarti menghapus interaksi secara langsung. Di mana komunikasi secara verbal tetap dibutuhkan dan harus dilandasi dengan keterampilan yang matang. Keterampilan dalam berkomunikasi verbal tidak akan terbentuk jika hanya mengandalkan kebiasaan komunikasi via teks atau telepon saja. Kesiapan berbincang langsung dengan seseorang akan berbeda jika dibandingkan dengan memilih media komunikasi via teks atau telepon.Â
Realitasnya adalah bahwa orang-orang jauh lebih nyaman berkomunikasi via teks atau lebih ngetren dengan sebutan chatting. Bahkan cenderung menghindari komunikasi via telepon. Kalau seperti itu, bagaimana jika mengharuskan berkomunikasi secara langsung?
Melansir dari BBC, survei Uswitch melibatkan 2.000 responden yang berusia 18 sampai 34 tahun, menunjukkan sekitar 25% orang tidak pernah menjawab telepon. Hampir 70% mengaku lebih menyukai teks ketimbang panggilan telepon.
Dari survei tersebut, terlihat bahwa generasi Z dan Milenial lebih menyukai komunikasi teks daripada berbicara lewat telepon. Mereka tumbuh dengan cara komunikasi yang berbeda, yaitu mengandalkan komunikasi teks yang disediakan pada fitur media sosial. Media komunikasi telah mengalami transformasi yang signifikan.
Ada berbagai faktor yang mendasari mengapa banyak orang yang lebih nyaman melakukan komunikasi teks. Mengingat komunikasi teks atau chatting jauh lebih fleksibel. Seseorang dapat mengirimkan pesan kapan saja dengan harapan tidak mengganggu aktivitas si penerima pesan. Penerima pesan dapat membaca dan membalas kapan saja. Mungkin ketika senggan atau setelah kesibukannya selesai.