Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menilik Masa Jaya Era Sinetron Remaja, Mungkinkah Kembali Bersinar?

9 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menonton film dengan smartphone. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Tak mau ketinggalan, RCTI pun turut menyuguhkan tontonan remaja. Biasanya memberikan tontonan konflik orang dewasa, konflik kehidupan sehari-hari, atau bahkan anak-anak, RCTI juga pernah berhasil dengan sinetron remajanya. Seperti sinetron Candy pada tahun 2007 dan Mentari pada tahun 2008. 

Paling melekat pada ingatan adalah sinetron Anak Jalanan di tahun 2015. Dibintangi oleh Natasha Wilona, Ammar Zoni, dan Cut Meyriska. Tentang anak geng motor yang menjadi idola semua orang. Ratingnya saat itu cukup fantastis. Sampai berhasil menamatkan 810 episode. Umur sinetron yang terbilang panjang.

Sinetron Anak Jalanan. (Sumber: SinemaArt)
Sinetron Anak Jalanan. (Sumber: SinemaArt)

Well, masih banyak lagi sinetron remaja lainnya dengan jumlah penonton dan episode yang fantastis. Menjadi catatan bahwa era sinetron remaja pernah jaya pada zamannya. Ketika gadget tidak secanggih seperti saat ini. Ketika media sosial begitu terbatas dan tidak semua kalangan menggunakannya.

Namun kini sudah jauh berbeda. Usia remaja, seperti anak sekolah yang duduk dibangku SMP dan SMA sudah hidup berdampingan dengan kecanggihan teknologi. Bahkan untuk mendukung kegiatan belajar, mereka turut melibatkan peran teknologi. Seperti penggunaan leptop, komputer, ponsel, internet, bahkan pengumpulan tugas lewat media sosial.

Hiburan bagi anak remaja sudah tidak lagi bergantung pada tayangan televisi. Scroll media sosial bisa mereka lakukan kapan saja dan di mana saja. Lebih mudah, cepat, dan banyak pilihan tontonan. Lain halnya dengan tayangan di televisi yang bersifat kaku. Sudah ada jadwalnya sehingga penonton tak bisa menentukan sendiri tontonannya.

Sebuah kebiasaan ini turut merubah kacamata industri sinetron. Risikonya begitu besar untuk merilis sinetron remaja yang dengan target penonton generasi z. Mereka jelas sudah bisa mengakses hiburan lewat ponselnya. Lebih mudah dan praktis. Disesuaikan dengan keinginan mereka sendiri.

Kebiasaan ini juga turut membuka kesempatan baru bagi aplikasi streaming yang kerap menyuguhkan serial dan film-film terbaru. Tidak hanya karya anak bangsa saja, seluruh penjuru dunia pun dapat diakses dengan mudah. Hanya berlangganan pada aplikasi saja, pengguna sudah dapat menikmati tanpa hambatan iklan. 

Ilustrasi menonton film dengan smartphone. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 
Ilustrasi menonton film dengan smartphone. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Remaja yang kini dihuni oleh generasi z tentu jauh lebih mudah menggunakan aplikasi video streaming. Sedari kecil sudah hidup berdampingan dengan kemajuan teknologi, membuat generasi z menjadi genari yang melek teknologi. Perkara mudah bagi mereka untuk berselancar di internet. Termasuk menemukan tontonan sesuai selera mereka.

Nampaknya, kondisi ini akan mempersulit sinetron remaja untuk dapat memikat generasi z. Terlihat dari performa sinetron Cerita SMA yang tayang di RCTI pada akhir 2024 tak bertahan lama. Hanya sampai 23 episode saja sudah bungkus dan digantikan oleh sinetron lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun