Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Tenang nan Bahagia dengan Merubah FOMO Menjadi JOMO

12 November 2024   17:00 Diperbarui: 12 November 2024   17:28 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi  JOMO. (Sumber: Shutterstock/Dmitry Demidovich via kompas.com) 
Ilustrasi  JOMO. (Sumber: Shutterstock/Dmitry Demidovich via kompas.com) 

Sebelum semakin terkurung lebih dalam lagi dengan dampak dari FOMO, alangkah lebih baiknya dengan perlahan mencoba merubah mindset dan prinsip hidup. Termasuk dengan perlahan mengurangi perilaku yang menimbulkan FOMO.

Bukan waktunya lagi untuk FOMO, lebih keren lagi kalau memegang prinsip JOMO.  JOMO atau Joy of Missing Out adalah istilah yang merujuk pada tindakan untuk memilih tidak terlibat dalam kegiatan tertentu. Seseorang yang memegang prinsip JOMO tidak tertarik untuk mengikuti tren yang sedang ramai diperbincangkan oleh banyak. Termasuk tidak khawatir jika orang lai menganggap dirinya kuper, tidak gaul, atau bahkan kampungan.

Dengan menerapkan JOMO, seseorang akan merasa puas dengan dirinya sendiri dibandingkan menggantungkan kebahagiaan terhadap kacamata orang lain kepadanya. Merasa tidak membutuhkan untuk mengetahui atau hanya sekadar ikut-ikutan orang lain hanya demi mendapatkan pengakuan semata.

Menerapkan JOMO menjadi salah satu obat atau upaya agar tidak terobsesi pada media sosial secara berlebihan. Menggunakan media sosial sesuai dengan kegunaan dan porsinya saja. Dengan batasan waktu yang dikontrol oleh diri sendiri. Bukan karena tidak mau kalah oleh orang lain terkait urusan update di media sosial.

Pada dasarnya, JOMO adalah respons dari adanya tekanan sosial yang menyebabkan kecemasan dalam hidup karena harus terus menerus mengikuti informasi dan tren yang begitu cepat berjalan. Daripada memilih untuk FOMO, lebih bijak menyikapinya dengan JOMO. JOMO dapat membantu seseorang memanfaatkan waktu untuk dirinya sendiri dibandingkan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak memiliki kaitan dengan diri sendiri. Termasuk perkara sesuatu yang sedang viral di luar sana.

Ada orang yang sedari awal sudah memilih untuk JOMO dibandingkan FOMO. Namun adapula yang memilih FOMO sampai akhirnya tersadar bahwa mengikuti tren tidak akan pernah ada habisnya. Justru menambah masalah baru dalam hidup.

Untuk keluar dari FOMO dan menggantinya menjadi JOMO, menjadi hal yang sulit untuk dapat lepas dari kebiasaan FOMO. Apalagi jika lingkungan sekitar tidak memberikan dukungan untuk JOMO. Rayuan dari teman-teman untuk ikut tren, seperti nonton konser, liburan ke tempat viral, stay cation di hotel mewah, dan tren lainnya yang terlihat menggiurkan. Sulit rasanya untuk bisa menutup telinga dan mata dengan rayuan FOMO.

Ilustrasi wanita bahagia. (Sumber: Freepik.com via kompas.com) 
Ilustrasi wanita bahagia. (Sumber: Freepik.com via kompas.com) 

Kuncinya terletak pada niat diri untuk mau meninggalkan sisi gelap dari FOMO. Dengan keyakinan diri, seseorang akan mencoba membentengi diri untuk menutup semua kemungkinan yang terjadi yang akan membawanya kembali FOMO.

Misalnya dengan berani berkata tidak pada ajakan-ajakan untuk FOMO. Mulanya mungkin akan timbul rasa tidak enak atau tidak nyaman, tetapi dengan berterus terang dan berani menolak dapat menghindari dampak dari FOMO. Mungkin awalnya akan ada rasa khawatir, cemas, bahkan takut dijauhi oleh lingkungan sekitar. Namun sejatinya, sahabat yang benar-benar sahabat tidak akan menjauhi sahabatnya sendiri hanya karena memiliki prinsip yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun