Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hidup yang "Gini-Gini Aja" Bisa Jadi yang Didambakan Orang lain

15 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 16 Oktober 2024   12:32 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. (Sumber: kompas.com)

Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain.(Sumber: iStockPhoto/tuaindeed via kompas.com) 
Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain.(Sumber: iStockPhoto/tuaindeed via kompas.com) 

Terlintas timbul pertanyaan yang dimulai dengan kata tanya "mengapa". Kembali mempertanyakan tentang keadilan semesta. Apalagi kalau berkaca dengan masa lalu, timbul rasa lebih baik dari berbagai sisi. Merasa lebih berhak atau pantas untuk mendapatkan kesenangan-kesenengan itu.

Ya, itulah gambaran ketika kita selalu melihat ke atas. Yang terjadi adalah membandingkan dan merasa bahwa kehidupan ini begitu tidak adil. 

Berbeda jika sudut pandangnya dirubah. Dengan melihat ke bawah. Mau sejenak untuk melihat sekeliling.

Ilustrasi bersyukur. (Sumber: UNSPLASH/ZAC DURANT via kompas.com) 
Ilustrasi bersyukur. (Sumber: UNSPLASH/ZAC DURANT via kompas.com) 

Saat ini mungkin banyak yang merasa bahwa hidup masih seperti ini saja. Nampak tak ada kemajuan apapun dalam semua sisi kehidupan. Mulai dari pekerjaan yang itu-itu saja, kendaraan yang dipakai tak berubah, rumah tak kunjung direnovasi, dan pencapaian yang tak seperti orang lain.

Bisa jadi, hidup yang menurut kita gini-gini aja adalah hidup yang diinginkan oleh orang lain. Seperti kita yang setiap hari melihat pencapaian orang lain di media sosial yang begitu terlihat menyenangkan sampai ada rasa ingin ada di posisi itu.

Kuncinya memang terletak pada perasaan merasa cukup. Sekilas nampak tidak ada perubahan yang signifikan dalam hidup. Karier yang tidak berkembang, tak kunjung memiliki aset, belum menemukan jodoh yang tepat, dan lainnya yang berbeda dengan orang lain.

Ilustrasi mencintai diri sendiri. (Sumber: wayhomestudio/Freepik via kompas.com) 
Ilustrasi mencintai diri sendiri. (Sumber: wayhomestudio/Freepik via kompas.com) 

Padahal, kita lupa bahwa bertahan juga merupakan pencapain dalam hidup. Karena ternyata tak semua orang memiliki keberanian untuk bertahan.

Selama kita masih bisa bertahan, melewati hari demi hari, pertanda bahwa kita sebagai manusia memilih untuk tidak menyerah. Itu semua layak untuk diapresiasi. Bukan malah menyebut bahwa hidup masih saja seperti ini tak ada perkembangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun