Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kafe Bertema Vintage di Bandung yang Bikin Rindu Rumah Nenek!

13 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 13 Oktober 2024   18:04 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kata Dilan, rindu itu berat. Ayo, siapa yang setuju?

Dilan tokoh iconic dari Bandung yang pasti dikenal oleh semua orang. Mulai dari cerita versi novel, sampai masuk ke layar lebar, membuat kisah Dilan dan Milea disenangi banyak orang.

Apalagi dengan latar Bandung di tahun 90-an, membuat kisah Dilan semakin terkesan romantis. Jalanan yang masih sepi, pohon yang rindang, hingga rintik hujan yang sejuk menusuk kulit. Jauh berbeda dengan keadaan Bandung sekarang. Kemacetan di mana-mana, terasa begitu panas menusuk kulit, dan suara bising lalu lintas.

Dalam film Dilan, gaya tahun 90-an di Bandung pun turut ditonjolkan. Seperti motor jadul, telepon putar, dan seluruh perabotan rumah yang nyentrik.

Bagi sebagian penonton Dilan, merasa rindu dengan suasana vintage yang dibawakan oleh sosok Dilan dan lingkungannya. Bikin rindu masa-masa sekolah dulu, atau bahkan jadi teringat dengan rumah nenek.

Betul kata Dilan, kalau rindu itu berat. Termasuk rindu dengan rumah nenek. Rindu suasana tahun 90-an dan 2000-an di Bandung. Rindu jalanan yang tidak macet, bising, dan udara yang sejuk setiap hari.

Untuk mengobati rasa rindu, ternyata banyak loh kafe di Bandung yang bertema lawas khas tahun 90-an dan 2000-an. Saking banyak pilihannya, kadang bingung harus mengunjungi ke mana.

Ada salah satu kafe atau kedai di Bandung yang direkomendasikan oleh teman kerja saya. Katanya, saya dijamin suka dengan kedai tersebut. Tidak bising, tidak terlalu ramai, dan instagramable dengan tema vinatage. Yang paling penting adalah harganya yang murah meriah. Pas dengan isi dompet hehe.

Tanpa berlama-lama, saya langsung menuju ke lokasi tersebut. Bermodal link maps yang dikirim teman via pesan WhatsApp. Berangkat naik ojol dari daerah Buah Batu.

Saya berangkat pukul 2 siang. Jalanan sedang padat dan matahari sedang gencar-gencarnya menerangi. Sempat berprasangka buruk akan mendapatkan tempat nongkrong yang bising karena lalu lalang kendaraan.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Sekitar 15 menit berlalu, membawa saya berhenti di Jalan Rancabolang. Tepatnya No.167, Sekejati, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Tertulis di depan, Kedai Teh dan Kopi Sumber Rejeki. 

Pertama kali menginjakkan kaki di kedai tersebut, suasana bising lalu lintas di jalanan terasa lenyap seketika. Yang terdengar hanya alunan musik yang diputar oleh pegawai kedai. Suaranya pun tidak terlalu keras. Pilihan lagunya pun bikin tenang dan adem. 

Sebelum memilih tempat duduk, saya berkeliling dulu. Kedainya tidak terlalu besar. Bangku yang disediakan untuk pengunjung juga tidak terlalu banyak. Namun yang menarik, benda-benda tempo dulu menghiasi kedai ini. Pengungjung bahkan bisa menyentuhnya secara langsung.

Di dekat pintu utama, terdapat kumpulan pita kaset yang kini sudah tergerus zaman karena kemajuan teknologi. Kumpulan pita kaset ditempel di tembok. Membentuk pola yang menarik untuk diabadikan. Saya jadi terinspirasi untuk menjadikan pita kaset di rumah sebagai hiasan dinding. Daripada berjamur di dalam gudang.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Hiasan dinding lainnya adalah majalah yang ngehits tempo dulu. Sebagai generasi Z, saya sejujurnya kurang tahu tentang majalan yang terpajang di sana. Hanya saja, saya pernah menemukan setumpuk majalah yang sama persis saat main ke rumah nenek sewaktu kecil. 

Perabotan rumah tangga yang khas di rumah nenek pun turut dipajang. Tersimpan di etalase atau lemari jadul. Duh, jarang sekali menemukan barang-barang antik seperti itu lagi. Apalagi di rumah-rumah modern perkotaan.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Salah satu meja menarik perhatian saya. Terdapat mesin tik dan telepon putar. Kalau mesin tik, saya juga pernah mengalaminya. Sewaktu kecil, setiap malam ayah selalu menggunakannya. Kadang suka iseng ingin memainkan mesin tik itu. Yang entah mesin tik itu ada di mana. Mungkin ada di gudang atau sudah ada di tangan tukang loak.

Dulu, saya tidak mengalami telepon putar. Mungkin karena memang keadaan ekonomi yang tidak menuntut memiliki telepon rumah haha. Hanya saja, saya teringat dengan gaya khas Milea saat menerima telepon dari Dilan. Telepon putar yang dimiliki Milea sama persis seperti yang saya temukan di kedai itu.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Kurang lengkap tanpa adanya kendaraan khas zaman dulu. Ya, sepeda onthel pun ada di Kedai Teh dan Kopi Sumber Rejeki. Bahkan bukan hanya dipajang, tapi ditempel di tembok. Wah, menarik dan cocok dijadikan spot foto.

Tentunya meja dan kursi yang disediakan untuk pengunjung pun sama seperti di rumah nenek. Sentuhan ornamen kayu yang semakin bikin rindu kampung halaman.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Untuk cara pemesanan, pengungjung langsung datang ke meja kasir. Di sana disediakan buku menu. Pilih makanan atau minuman yang akan dipesan, lalu pesan kepada kasir dan dilanjutkan melakukan transaksi. Pesanan akan diantarkan ke meja pengunjung.

Pilihan menu yang disediakan pun terkesan jadul banget. Mulai dari aneka gorengan, seperti bala-bala, cireng, dan ulen. Dilengkapi dengan bumbu rujak. Pecinta jajanan cilok juga bisa mencoba cilok di kedai ini. Ada cilok bumbu kacang dan cilok goang berkuah yang pedas gurih.

Ingin makan yang manis-manis, bisa memesan roti bakar berbagai rasa. Ada rasa coklat, susu, keju, kacang, bahkan bisa kombinasa dua sampai tiga rasa.

Pengunjung yang lapar juga bisa memesana menu nasi, seperti nasi goreng kampung, nasi ayam penyet, dan nasi telur sambel kemangi. Porsinya banyak, dilengkapi dengan tempe tahu. Disajikan panas, begitu nikmat disantap.

Meski bertema vintage, ada juga menu makanan kekinian yang bisa dicoba. Biasanya akan menarik perhatian anak-anak. Seperti sosis, kentang goreng, dan dimsum aneka rasa. 

Yang wajib dicoba jika berkunjung ke kedai ini adalah menu minuman. Dari nama kedainya saja sudah tersorot bahwa kedai ini begitu khas dengan menu kopi dan tehnya. 

Untuk menu teh, ada teh tawar panas, teh manis panas, teh kampul pans, dan teh susu panas. Ingin yang segar-segar bisa memesan es teh susu, es teh lemon, atau es te manis.

Menu kopi juga bisa disajikan panas atau dingin. Kopi panas seperti kopi tubruk, kopi susu tubruk, kopi tubruk luwak, dan kopi susu tubruk luwak. Yang kehausan bisa pesan es kopi susu, es kopi susu gula aren, dan es kopi salted caramel.

Minuman segar yang kekinian juga ada. Seperti thai tea, green thai tea, dan lain-lain.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Seperti rekomendasi dari teman bahwa kedai ini menawarkan harga yang murah meriah. Benar saja. Menu makanan dan minuman yang tersedia mulai dari harga sepuluh ribu rupiah saja. Paling mahal hanya tiga puluh rupiah saja. Wah, benar-benar menarik sekali! Ingin nongkrong, tetapi lagi mode hemat, maka pilihannya bisa nongkrong di Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki.

Sekitar tiga jam saya menikmati suasana kedai. Hanya mengeluarkan uang yang kurang dari tiga puluh ribu rupiah. Memesan satu minuman dan makanan cemilan. Bisa lama-lama menikmati suasana kedai yang vintage. Tentunya puas juga memotret setiap sudut.

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki sangat cocok untuk para pengunjung yang tidak suka dengan suasana bising. Ingin tenang sendirian atau bersama teman. Menikmati aroma kopi tubruk sembari mencicip bala-bala haneut yang baru diangkat dari penggorengan. Sedapnya!

Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)
Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki di Kota Bandung. (Dok.Pribadi/Siska Fajarrany)

Nampaknya, saya akan jadi salah satu pengunjung setia Kedai Kopi dan Teh Sumber Rejeki. Semuanya saya suka. Mulai dari suasananya, pilihan menunya, harganya yang terjangkau, dan pelayanan yang ramah. Ada satu lagi, terdapat akses wifi gratis untuk pengunjung. Jaringannya juga kenceng hehe. Membuat saya betah membawa leptop untuk belajar dan bekerja di sana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun