Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Kemah Terlarang Kesurupan Massal", Beri Pesan untuk Menghormati Adat Setempat

12 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:32 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Kemah Terlarang Kesurupan Massal (2024). (Sumber:Rapi Films via IMDb)

Menonton film Kemah Terlarang, mendapatkan sajian visual yang memanjakan mata. Mulai dari pengambilan gambar yang berkelas, dan pemilihan warna yang mendukung cerita. Secara keseluruha, film ini memiliki sinematografi yang memukau.

Adat dan budaya sangat kental dalam film ini. Apalagi penggunaan bahasa jawanya begitu jarang didengar dalam kehidupan masa kini. Film ini menggunakan bahasa Jawa krama inggil dan alus. Membuat kesan kultural begitu terasa.

Lebih menakjubkan lagi, para pemain yang mayoritas bukan asli orang Jawa, berperan menggunakan logat dan bahaa Jawa yang kental. Sepert Derby Romero, Callista Arum, Nayla Purnama, dan Fatih Unru tampil cukup baik melafalkan dialog berbahasa Jawa.

Tak hanya segi bahasa saja, film ini pun membahas adat dan kepercayaan yang dianut oleh orang Jawa. Seperti tentang weton Jawa yang tujukkan untuk mengetahui arti kelahiran seseorang. Menambah pengetahuan baru kepada penonton yang bukan orang Jawa atau bahkan penonton asli Jawa yang tidak dekat dengan budaya Jawa. 

Adegan paling memukau adalah suguhan teater Jawa yang bikin merinding. Adegan ritual untuk dapat berinteraksi dengan makhluk halus disajikan begitu mewah. Nuansa tetrikal begitu terasa kental. Apalagi dibawakan langsung oleh aktor teater senior dari Yogyakarta, Landung Simatupang yang berperan sebagai Mbak santo. Suara gamelan semakin melengkapi adegan puncak ini. 

Secara garis besar, film ini memberikan pesan yang menjadi pengingat untuk semua orang. Ketika memasuki sebuah tempat atau wilayah baru, maka pendatang harus menghormati ada dan budaya setempat. Sebagai bentuk permintaan izin karena memasuki kawasan yang asing.

Menonton film membuat saya kembali merasakan atmosfer dari film KKN di Desa Penari. Tidak terlalu seram, tetapi budaya Jawa begitu terasa dan terkesan mewah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun