Menurut analisis penulis, konsep acara blind date yang diselenggerakan oleh tim/penyelenggara, baik secara virtual ataupun tidak, jauh lebih aman untuk dicoba. Pertama, seseorang yang mengikuti acara ini harus melakukan registrasi. Secara tidak langsung, penyelenggara mengantongi data diri pasa pesertanya. Memastikan bahwa seluruh peserta memang layak untuk mengikuti acara ini. Dilihat dari bibit, bebet, dan bobotnya.Â
Untuk kencan virtual, jika tidak mau melanjutkan ke perkenalan yang lebih dalam, mudah untuk memutus komunikasinya. Belum sempat bertemu sehingga tidak ada rasa canggung atau tidak enak memutuskan sepihak.
Sedangkan mengikuti blind date secara langsung yang diadakan oleh penyelenggara, memastikan bahwa partner kencan adalah seseorang yang mampu membayar registrasi. Tarifnya cukup fantastis. Membuat kencan ini begitu terkesan eksklusif. Tidak semua orang mampu untuk ikut acara tersebut.
Berbeda jika melakukan blind date dengan seseorang yang baru di kenal lewat aplikasi kencan atau media sosial. Kewaspadaan akan penipuan harus ditingkatkan. Lebih bak hati-hati dan berpikir matang untuk memutuskan berkencan dengan seseorang yang belum dikenali. Apalagi tidak tahu latar belakangnya seperti apa.
Cari tahu terlelebih dahulu latar belakangnya. Kemudahan pencarian data pribadi seseorang di internet bisa dimanfaatkan dengan bijak. Kalau memang memutuskan untuk bertemu, pilihlah tempat ramai dan kabari seseorang yang kamu percaya.Â
Terus membrikan pesan kepada kerabat atau sahabat. Gunakan pakain yang tidak mencolok atau berlebihan. Pastikan pula untuk tidak memberikan data pribadi secara rinci di kencan pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H