Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menghadapi Fenomena Doom Spending yang Mengancam Stabilitas Keuangan

29 September 2024   18:00 Diperbarui: 29 September 2024   18:02 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi impulse buying. (Sumber: freepik via kompas.com) 

Ayo ngaku!!! Siapa yang overthingking sama masa depan, tapi terus-terusan belanja? Dalihnya biar gak stres soal masa depan yang akan datang. Gak apa-apa deh, kali-kali membahagiakan diri dengan belanja yang diinginkan. Lama kelamaan, kok jadi keterusan? Sampai-sampai tak sadar tabungan semakin menipis karena perilaku membelanjakan secara berlebihan.

Banyak generasi Z sampai Milenial yang terjerat dengan fenomena seperti ini. Frustasi tidak bisa mencapai kebebasan finansial di masa yang akan datang, mencoba dialihkan dengan biaya hidup yang terus meningkat. Biaya-biaya yang dikeluarkan tak masuk akal karena hanya memenuhi keinginan dan kepuasan sesaat saja. 

Memilih membelanjakan uang yang ada daripada untuk menabung rumah masa depan. Padahal sangat ingin memiliki rumah. Sampai stres sendiri karena di usia produktif dan sudah bekerja bertahun-tahun, tak kunjung membeli rumah. Bukannya menabung demi masa depan, justru malah memutuskan membelanjakan uang yang harusnya bisa ditabung. Katanya, menabung membeli rumah pun rasanya tak masuk akal. Terlalu bermimpi tinggi karena harga tanah dan bangunan yang fantastis setiap tahunnya. 

Fenomena ini dinamakan dengan doom spending. Akhir-akhir ini banyak pakar yang meyebutkan bahwa fenomena doom spending dapat menjerat Generasi Z dan Milenial ke garis kemiskinan. Wah, mendengar prediksi ini saja sudah ngeri. Apalagi kalau benar-benar terjadi.

Tantangan finansial memang tak mudah dilewati di zaman sekarang. Mengingat biaya hidup yang terus meningkat, bahkan sulit untuk diprediksi. Ketidakpastian ekonomi membuat banyak orang begitu sulit untuk dapat mengatur finansialnya. Apalagi untuk merencanakan keuangan di masa depan.

Stres memikirkan keuangan di masa depan, membuat seseorang memilih untuk mengalihkan uangnya guna kepuasan diri sendiri. Mulanya mungkin hanya satu atau dua kali saja. Lama-lama jadi rutinitas wajib sampai jadi kebutuhan primer. Misalnya membeli tas, sepatu, baju, barang yang sedang viral atau trend, liburan, kuliner ke tempat yang sedang viral, membeli tiket konser, dan pengeluaran lainnya yang sifatnya memberikan kepuasan sesaat dan instan.

Ilustrasi belanja. (Sumber: PEXELS/SAM LION via kompas.com) 
Ilustrasi belanja. (Sumber: PEXELS/SAM LION via kompas.com) 

Stres akan keuangan di masa depan seketika hilang begitu saja. Namun setelah itu, tetap saja akan kembali memikirkan keuangan di masa depan. Memikirkan belum ada tabungan masa depan, rumah idaman, kendaraan untuk beraktivitas, dan instrumen lainnya yang menunjang masa depan. Fenomena doom spending ini, justru memperburuk kondisi keuangan. Biaya hidup semakin meningkat, tapi penghasilan nominalnya tetap saja. Uang tabungan pun semakin menipis. Dana darurat pun sampai terpakai.

Sebenarnya hal yang wajar merasa khawatir dan cemas akan keuangan di masa depan. Namun kecemasan itu akan diperparah apabila tidak bijak dalam bertindak. Untuk menyiapkan keuangan di masa depan, langkah yang seharusnya diambil adalan dengan menabung atau berinvestasi. Bukan malah membelalanjakan uang secara berlebihan agar kecemasan hilang sementara.

Sayangnya banyak orang yang tidak sadar bahwa ia sudah terjerat fenomena doom spending. Merasa pengeluaran untuk kepuasan sesaat tidak terlalu berlebihan dan hanya sesekali saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun