Dengan gaji yang pas-passan, Kaluna harus menghidupi dirinya sendiri dan kedua orangtuanya. Termasuk memenuhi kebutuhan rumah. Seperti token listrik.Â
Padahal, bukan hanya Kaluna anak orangtunya yang tinggal di rumah itu. Kedua kakak Kaluna pun masih tinggal di rumah itu. Bahkan memboyong pasangan sahnya beserta anak-anaknya.
Kaluna merasa tidak diperlakukan adil. Ia harus rela berbagi tempat agar anggota keluarga yang lainnya bisa tinggal dan bertahan bersama. Ia bak seperti pembantu yang harus mengurusi seisi rumah. Padahal sama, ia juga sama-sama capek karena pulang bekerja. Ia juga yang membayar kebutuhan seisi rumah.
Kedua kakanya beserta kakak iparnya enggan membantu. Dalihnya karena mereka sudah punya anak. Selalu saja beralasan, "Nanti kalau kamu sudah nikah juga bakal kerasa punya anak seperti apa."Â Kaluna sepertinya sudah muak dengan pernyataan itu.Â
Tak memiliki ruang di rumahnya sendiri, bahkan merasa diperlakukan sebagai pembantu, membuat Kaluna memiliki impian untuk weujudkan rumahnya sendiri. Ia ingin hidup sendiri. Menikmati kesendiriannya di tempat ternyaman yang ia ciptakan. Tanpa campur tangan orang lain. Menikmati jerih payahnya sendiri.
Beruntungnya Kaluna memiliki lingkungan pekerjaan yang membuat nyaman. Lingkungan pekerjannya suportif. Mendekatkan Kaluna dengan rekan kerjanya. Bisa dibilang mereka adalah geng yang terdiri dari empat orang. Kaluna, Danan, Tanish, Â dan Miya. Danan diperankan oleh Derby Romero, Tanish diperankan oleh Risty Tagor, dan Miya diperankan Fitria Anggraini.Â
Ketiga sahabatnya itu begitu suportif dan memahami kondisi Kaluna. Meski sebenarnya mereka pun memiliki permasalahan hidup yang beragam. Namun tetap saja, memang Kaluna yang kondisinya paling mengkhawatirkan. Namun Kaluna adalah yang paling kuat dan jarang meminta pertolongan atau merepotkan sahabatnya.
Dibantu teman-temannya, Kaluna mencari rumah yang cocok dengannya. Dari segi lokasi, lingkungan, dan tentunya harga yang sesuai budget. Meski tabungannya masih jauh dari harja jual sebuah rumah impiannya, tetapi ia berniat untuk mengambil cicilan. Dibantu dengan keringan yang dikhususkan bagi pegawai yang bekerja di perusahaan tempat ia bekerja.
Di tengah-tengah pencarian itu, Kaluna mengalami banyak hal. Mulai dari rasa sakit hati atas perlakuan keluarga kekasihnya yang selalu memandangnya rendah. Lalu kekasihnya sendiri yang meyebut dirinya pelit untuk membahagiakan dirinya sendiri. Padahal selama ini ia berusaha menabung. Daripada harus menghamburkan uang untuk memenuhi validasi dari orang-orang sekitar.
Puncaknya adalah ketika Kaluna sudah mendapatkan rumah impiannya dan tinggal membayar DP sesuai dengan tabungan yang ia miliki, Kaluna harus berhadapan dengan masalah keluarga. Kakak laki-lakinya tertipu saat pembelian tanah. Ia juga membeli tanah itu dengan meminjam pinjol dan menggadaikan sertifikat rumah kakek yang sejak kecil mereka tinggali.