Saat masih kecil, hati begitu senang ketika diajak oleh orangtua untuk jajan di warung dekat rumah. Seperti rutinitas setiap sore hari, meminta uang jajan untuk membeli cemilan yang ada di warung. Mulai dari permen, coklat, dan ciki-ciki dengan harga terjangkau.
Saking banyaknya tetangga yang membuka warung, membuat anak-anak bingung harus jajan ke warung yang mana. Apalagi ada beberapa jenis jajanan yang berbeda di setiap warung. Warung A menjual permen yang enak, tapi warung B menjual cokelat warna-warni.Â
Belum lagi rasa tidak enak pada tetangga yang membuka usaha warung. Misalnya jika hendak jajan ke warung B, harus melewati warung A. Tidak ada jalan lagi. Alhasil tidak enak kepada pemilik warung A karena tetangga paling dekat yang membuka warung.
Namanya juga anak-anak masih belum mengerti dan timbul rasa sungkan atau malu. Yang terpenting adalah warung yang menyediakan banyak pilihan jajanan. Meski jaraknya agak jauh dari rumah, tidak jadi masalah selagi jajanan favorit ada di warung tersebut.
Jajan di warung jauh lebih murah dibandingkan jajan ke minimarket. Bahkan dulu hanya dengan seribu rupiah saja, sudah bisa membeli beberapa jenis jajanan.
Namun di zaman sekarang, uang seribu pun sudah tidak ada artinya lagi untuk membayar parkir sekalipun. Minimalnya harus mengantongi uang 3 ribu atau 5 ribu rupiah untuk jajan ke warung. Itu pun hanya mendapatkan satu atau dua jenis jajanan saja.
Meski harga jajanan warung meningkat, sangat jauh jika dibandingkan jajan ke minimarket. Pembeli tidak akan menemukan jajanan yang harganya 2 atau 3 ribu. Minimalnya 5 ribu rupiah untuk membeli satu ciki. Itupun hanya dipenuhi dengan angin di dalam kemasannya saja. Isi cikinya tidak mencapai setengah kemasan.
Ingin lebih puas, harus mengantongi uang 15 sampai 20 ribu. Setidaknya bisa membeli satu ciki, satu minuman, dan mungkin satu wafer atau biskuit. Itupun kalau ada promo.
Uang 15 sampai 20 ribu, bisa membeli banyak jenis jajanan di warung loh! Harga ciki di warung berkisar 2 ribu. Minuman gelas pun masih ada yang 2 ribu. Harga es krim pun ada yang hanya 3 ribu rupiah saja.Â
Sayangnya banyak warung-warung yang gulung tikar karena kalah bersaing dengan minimarket. Minimarket menawarkan konsep pembelian yang membuat nyaman pembeli. Mulai dari ruangan yang dingin, lantai yang bersih, dan jajanan yang terpajang rapi. Banyak yang memilih mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan pengalaman pembelian yang nyaman.
Minimarket juga menawarkan berbagai jenis barang yang lebih beragam. Tidak hanya jajanan anak, kebutuhan rumah tangga pun ada. Sampai alat tulis untuk sekolah juga tersedia. Membuat pembeli senang hanya sekadar melihat-lihat saja.
Sering terjadi pembeli yang hanya berniat membeli air minum dingin, tetapi sibuk melihat-lihat etalase. Alhasil tergiur dengan promo sehingga akhirnya kalap belanja.
Ada juga pembeli yang tidak nyaman jika membeli sambil diikuti oleh pegawai toko. Apalagi harus meminta pegawai toko mencarikan atau mengambil barang yang dicari. Rasanya begitu malu dan enggan untuk berkata kepada pegawai.
Berbeda dengan konsep minimarket. Di mana pembeli diberi kebebas untuk melihat-lihat sepuasnya. Walaupun hanya membeli air minum saja, pembeli bisa berkeliling tanpa khawatir diikuti. Hanya saat barang yang diinginkan tidak ada di etalase atau sulit untuk ditemukan, barulah pembeli meminta bantuan kepada pegawai minimarket.Â
Minimarket memiliki konsep usaha yang profesional. Pengelolaannya jelas terarah. Termasuk dalam kontrol stok yang ada di etalase. Setiap hari akan dicek apakah ada etalase yang kosong atau tidak. Begitu pun dengan pengecekan masa kadaluarsa makanan atau minuman.
Kebiasaan pembeli yang berubah ini harus dijadikan kesempatan bisnis bagi pelaku bisnis rumahan yang membuka warung. Dengan mengubah warung menjadi suasana minimarket yang sederhana, bisa menarik perhatian pembeli untuk mau membeli ke warung. Jarak yang dekat dengan harga yang lebih bersahabat, tetapi konsepnya serupa dengan minimarket.
Ide bisnis seperti ini dipraktekkan oleh Ade Sopian. Pemuda yang dulunya berprofesi sebagai kasir minimarket, membagikan kisah bisnisnya dalam membangun warung bernuansa minimarket di kamar rumahnya. Pengalaman itu ia bagikan ke media sosial TikTok lewat akun pribadinya (@adesopian26_).
Mulai dari 18 Juni 2024, ia membagikan video hari pertamanya membuka warung berkonsep minimarket. Fantastis, video itu sudah diputar sebanyak 700 ribu kali oleh pengguna TikTok.
Ade Sopian semakin rutin membagikan keseruan warung minimarketnya. Konsisten setiap hari membuat video. Membuat video saat dia melayani pembeli dengan membungkus barang belanjaan pembeli layaknya kasir di minimarket. Menggunakan scan barcode, cetak struk belanja, dan memasukan belanjaan ke kantong plastik. Termasuk menawarkan pengisian pulsa.
Konsep warung seperti minimarket ini menarik perhatian anak-anak di sekitar kosnya. Hanya bermodal kamar kos yang ia sewa, ia menyulap menjadi minimarket sederhana yang diminati anak-anak. Meski hanya jajan dua ribu rupiah saja, Ade Sopian tetap melayani pembelinya seperti di minimarket. Tidak dibeda-bedakan.
Lambat laun, warung rasa minimarket milik Ade Sopian semakin berkembang. Perubahan itu terus ia bagikan di akun media sosialnya. Misalnya saja salah satu video yang ia bagikan pada tanggal 03 Agustus 2024 menggunakan latar lagu yang sedang viral, yaitu lagu Gala Bunga Matahari milik Sal Priadi.
Dalam video tersebut, Ade menceritakan modal awal warung minimarketnya yang hanya 800 ribu rupiah. Itupun ia pinjam dari keponakannya. Ia membeli cemilan dan bahan-bahan untuk baso aci yang akan ia pajang di warung minimarket. Tak lupa untuk keperluan membeli rak untuk etalase dan alat kasir sederhana. Dalam waktu 30 hari, hutangnya terbayarkan dan jajanan yang ia jual semakin banyak ragamnya.
Kini, tidak hanya membuka warung bernuansa minimarket, Ade juga menjadi konten kreator TikTok. Video yang paling banyak ditonton adalah video yang ia bagikan pada 07 Agustus 2024. Mencapai 21,7 juta kali diputar pengguna TikTok. Membagikan promo tebus murah yang sedang berlaku di warung minimarketnya.
Video-video Ade yang viral di TikTok, menjadi inspirasi bagi orang lain. Khususnya Ibu Rumah Tangga yang ingin membuka usaha meski hanya di rumah saja. Banyak yang memberikan komentar ataupun membuat video serupa yang tengah membangun warung minimarket seperti Ade.
Ade sama sekali tidak merasa tersaingi atau merasa dicuri ide bisnisnya. Ia justru memberikan balasan positif untuk memberikan semangat kepada siapa saja yang terinspirasi oleh videonya. Tak lupa menyampaikan terima kasih.
Dari kisah Ade Sopian, kita bisa mengambil banyak pelajaran untuk membangun bisnis. Yang pertama adalah tentang memanfaatkan kesempatan bisnis yang ada. Mengambil peluang dari masyarakat yang senang berbelanja dengan konsep minimarket. Lalu ia juga mau berinovasi mengikuti zaman. Tidak terpaku pada satu ide bisnis saja, tetapi mau mencoba dan mengambil risiko.Â
Terakhir, ia juga berani bermimpi dan memulai dari hal-hal kecil. Mungkin banyak diantara kita yang ingin memiliki usaha seperti minimarket bahkan supermarket yang ada di mall-mall besar. Rasanya begitu mustahil untuk menggapainya. Padahal, hal besar dapat dimulai dengan hal kecil. Mimpi besar bisa dimulai dengan mengimplementasikan mimpi yang kecil dan sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H