Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pola Asuh Overprotektif Bisa Timbulkan Dampak Buruk

15 September 2024   15:00 Diperbarui: 16 September 2024   17:29 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak terkena dampak pola asuh overprotektif.(Sumber: FREEPIK via kompas.com) 

Sebagai orangtua, tentu akan berusaha untuk melindungi anak. Memberikan yang terbaik dalam setiap waktu. Termasuk dalam menjamin kenyamanan dan keamanan sang buah hati.

Memang sudah menjadi keharusan bagi setiap orangtua untuk melindungi anak dari segala ancaman dan bahaya yang bisa saja menimpa anak. Namun terkadang rasa kwatair atau ketakutan yang terlalu berlebihan dari orangtua, menciptakan pola asuh yang overprotektif.

Anak bagai barang antik yang tidak boleh disentuh. Apalagi tergores dan pecah. Anggapan itu membuat orangtua begitu protektif terhadap anaknya. Membuat larangan dan aturan yang amat banyak. Anak tidak boleh melakukan A hingga Z.

Misalnya karena takut anak jatuh dari sepeda, orangtua memutuskan untuk tidak mengajari anaknya naik sepeda. Padahal anak begitu senang melihat teman-teman sebayanya di lingkungan rumah yang bermain sepeda. Sering melihat anak lain bermain sepeda sehingga timbul perasaan ingin bisa juga bermain sepeda.

Sayangnya keinginan itu harus berbenturan dengan ketakutan orangtua akan anaknya lecet. Padahal jatuh saat belajar naik sepeda adalah hal yang lumrah. Dengan bantuan, dukungan, dan pengawasan orangtua yang tepat, anak akan belajar banyak hal dari belajar naik sepeda. Lebih berani, mau mencoba sesuatu yang baru, belajar sabar, dan mengerti artinya perjuangan yang tak bisa berjalan mulus begitu saja. Jika terjatuh, ya bangkit lagi sampai mencapai apa yang diinginkan.

Larangan belajar naik sepeda hanya salah satu contoh aturan dari pola asuh overprotektif. Ada banyak larangan lainnya. Mulai dari dilarang bermain di luar agar tidak kotor atau aturan lainnya yang terlihat sepele seperti pergerakan anak sangat dibatasi. Padahal anak bukan patung yang hanya berdiam diri saja tanpa pergerakan apapun.

Sebenarnya yang membuat orangtua menerapkan pola asuh overprotektif adalah karena begitu sayang kepada anaknya. Saking sayangnya, tidak mau hal buruk terjadi pada anaknya walaupun hanya tergores seujung kuku saja. Berusaha untuk melindungi anak bagaimana pun caranya. 

Dasar inilah yang membuat semua orangtua memiliki sifat protektif tanpa disadari. Terlahir alamiah begitu saja untuk melindungi sang buah hati. Namun di satu sisi, jika pola asuh protektif itu sudah berlebihan sehingga disebut overportektif, ternyata malah memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak.

Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidaklah baik. Begitu juga dengan dalam posah asuh yang diterapkan kepada anak. Meski maksud atau niat orangtua baik, tetapi ternyata justru malah menimbulkan masalah baru. Yaitu dampak dari pola asuh overprotektif yang terbawa sampai anak berada dalam fase pendewasaan.

Ilustrasi orangtua overprotektif. (Sumber: freepik.com via kompas.com) 
Ilustrasi orangtua overprotektif. (Sumber: freepik.com via kompas.com) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun