Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Kenali Tanda Hubungan Situationship Sebelum Semakin Menaruh Harapan

15 September 2024   07:00 Diperbarui: 16 September 2024   09:52 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalin hubungan asmara dengan orang lain memang terkadang menimbulkan rasa nano-nano. Ramai rasanya. Semua perasaan serba ada. Bercampur menjadi satu. Mulai dari indahnya jatuh cinta, senangnya berdekatan dengan si dia, deg-degan berjumpa dengannya, sampai resah menunggu kabar darinya.

Kata pepatah, kalau seseorang memutuskan untuk jatuh cinta, maka harus bersiap untuk sakit hati. Katanya, jatuh cinta dengan sakit hati itu satu paket. Tidak bisa dipisahkan. Seperti promo di mall yang ramai dipadati penonton, buy 1 get 1.

Hm, pepatah itu memang relate dan terdengar benar adanya. Sebagai manusia biasa, tentu tidak memiliki kemampuan untuk bisa membaca isi pikiran dan hati seseorang. Tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan hubungan asmara yang tengah dijalin akan seperti apa ke depannya. Termasuk sulit untuk bisa menebak keinginan pasangan yang tidak terbuka kepada pasangannya.

Mungkin ada di antara pembaca artikel ini yang sedang merasa gundah dan kebingungan. Tak jarang sampai sulit tidur hanya memikirkan tentang si doi yang tak kunjung memberikan kepastian. Mulai dari kepastian status hubungan, sampai arah hubungan ke depannya akan seperti apa.

Ingin membuka obrolan tentang keresahan hati, tetapi takut malah terjadi pertengkaran. Berakhir putus dan hanya penyesalan yang tersisa. Namun jika terus memendam perasaan yang sebenarnya, rasanya begitu tidak tenang. Takut terjebak pada hubungan yang salah. Hubungan yang tidak memberikan masa depan.

Banyak yang menamai hubungan ini dengan sebutan Hubungan Tanpa Status atau disingkat HTS. Pada dasarnya, HTS hampir sama dengan hubungan situationship. Situationship adalah istilah untuk menggambarkan hubungan yang romantis, tetapi dijalankan tanpa komitmen, status hubungan, ataupun tujuan jangka panjang. 

Di luar sana banyak sekali pasangan yang terjebak atau bahkan memutuskan untuk membangun hubungan situationship. Tidak ada batasan yang jelas pada hubungan ini. Seolah berteman, tetapi memberikan perhatian bahkan perilaku romantis layaknya pasangan. Situationship terbangun tanpa adanya aturan dan komitmen. Tidak ada kejelasan ke depannya akan seperti apa, membuat orang-orang yang terjebak pada hubungan ini bisa berperilaku sesuka hati.

Ibaratnya ketika bertemu dengan orang lain yang lebih menarik, ia dapat dengan mudah melepas pasangan sebelumnya karena tidak terikat pada status hubungan yang pasti. Ia juga bisa kembali kapan saja dengan pasangan sebelumnya karena tidak ada aturan yang jelas.

Meski terlihat seperti hubungan red flag, nyatanya banyak pasangan yang memutuskan untuk menjalin hubungan situationship. Tidak adanya kejelasan dan kepastian dalam hubungan, membuat mereka merasa tidak terikat satu sama lain. Lebih bebas berekspresi tanpa adanya pengekangan dari pasangan. Tidak mau dibatasi kegiatannya hanya karena pasangan yang posesif. Banyak menuntut ini itu dan melarang ini itu.

Ada banyak alasan seseorang memutuskan untuk menjalin hubungan situationship. Bermula dari trauma imbas dari hubungan sebelumnya. Seperti pernah menjalin hubungan yang serius, tetapi malah berakhir kandas. Atau pernah berusaha memberikan yang terbaik untuk hubungan, tetapi malah dikecewakan. Bisa juga karena melihat hubungan orang terdekat yang gagal. Seperti perceraian orang tua, kerabat, atau teman. 

Rasa trauma itu membuat seseorang enggan untuk menjalin hubungan serius. Apalagi sampai berkomitmen pada orang lain. Namun di satu sisi, ia juga butuh orang lain yang mengisi hatinya atau kebutuhan yang hanya didapatkan dari orang lain. Maka cara yang dilakukan adalah dengan menjalin sebuah hubungan yang minim risiko. Minim terjerat sakit hati karena memang tidak menaruh apa-apa pada hubungan situationship.

Ilustrasi patah hati. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 
Ilustrasi patah hati. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Hubungan situationsip tidak akan saling menyakiti jika satu sama lain memang sepakat atau sama dalam memandang sebuah hubungan asmara. Tidak akan ada curiga atau menaruh harapan berlebihan karena sama-sama menaruh hubungan pada posisi yang sama. Namun berbeda jika salah satu tidak nyaman dengan ketidakjelasan sebuah hubungan.

Mayoritas orang dewasa dalam memandang sebuah hubungan adalah untuk jangka panjang. Itu artinya, ia akan menaruh harapan besar pada hubungan asmara yang sedang dibangun. Sejak masa pendekatan sampai akhir kejelasan status ke depannya seperti apa.

Ketika mendapatkan pasangan yang ternyata tidak memberikan kejelasan dalam hubungan, timbul ketidaknyaman untuk menjalin hubungan ini. Di satu sisi ingin mengakhiri, tetapi sudah terlanjur jatuh hati. Apalagi melihat doi yang memenuhi semua kriteria sebagai calon pasangan hidup.

Ada pula yang akhirnya memutuskan untuk membiarkan hubungannya mengalir seperti air. Membiarkan berjalan begitu saja seperti mengikuti arus dan arah mata angin saja. Membiarkan pasangan menjadi nahkodanya.

Semakin lama menjalin hubungan, akan semakin banyak pula harapan yang tertanam pada pasangan. Terutama pada hubungan yang lebih serius lagi, seperti pernikahan. Alhasil, lagi-lagi hanya ketidakpastian yang didapatkan.

lustrasi PDKT. (Sumber: Freepik/Dmytro Sheremeta via kompas.com) 
lustrasi PDKT. (Sumber: Freepik/Dmytro Sheremeta via kompas.com) 

Sebelum itu terjadi, pastikan saat ini kamu tidak terjebak pada hubungan situationsip. Kenali pasanganmu dengan baik. Kenali pula tanda-tanda orang yang memang tidak mau berkomitmen dalam sebuah hubungan. Dengan begitu, kamu bisa terhindar dari hubungan situationship. Sebelum semakin dalam menaruh harapan kepada seseorang.

Pertama, perhatikan dengan baik apakah pasanganmu tipe orang yang konsisten atau tidak. Jika ia tidak konsisten dalam memberikan kabar kepadamu, bisa saja karena memang ia tidak benar-benar menganggap dirimu penting. Tidak peduli apakah kamu baik-baik saja, sedang apa, sudah makan atau belum, dan pertanyaan lainnya yang menunjukkan perhatiannya,

Tidak konsisten dalam komunikasi, membuat dirinya seenaknya saja dalam mengabari. Hanya berkomunikasi ketika ia membutuhkan peranmu saja atau bahkan sengaja menghindar dari percakapan hubungan ke depannya. Padahal konsistensi dalam komunikasi menjadi sebuah pondasi dalam membangun keutuhan sebuah hubungan. Dibarengi dengan kepercayaan yang diberikan satu sama lain.

Tidak adanya progres dalam sebuah hubungan menjadi tanda kamu terjebak dalam hubungan situationship. Hal yang wajar dan lumrah jika seseorang yang merasa sudah mengenal pasangannya pada masa pendekatan, ingin mendapatkan kejelasan hubungan ke depannya. Misalnya ke jenjang pacaran, pertunangan, lamaran, sampai pernikahan. Namun sudah dekat berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun, tak kunjung ada kejelasan yang pasti.

Hubungan hanya berjalan disitu-situ saja. Doi hanya mengajakmu jalan-jalan, makan, atau aktivitas lainnya seperti orang berpacaran tapi tak ada hubungan pacaran di antara kalian. Hubungan seakan-akan tidak bertumbuh. Namun tidak juga berakhir.

Mengingat masa pendekatan yang sudah lama terjalin, doi tak kunjung mengenalkanmu pada keluarganya atau sekadar teman-temannya. Cenderung menutupi kedekatan kalian dari orang-orang terdekatnya. Bahkan tidak mau membagikan momentum kebersamaan di media sosial. Bisa jadi hal itu karena ia memang tidak mau dianggap memiliki hubungan serius dengan orang lain. Dalam artian memutuskan untuk menjalin hubungan relationship dengan dirimu.

Ilustrasi. (Sumber: Freepik.com via kompas.com) 
Ilustrasi. (Sumber: Freepik.com via kompas.com) 

Bagaimana jika sudah terlanjur terjebak pada hubungan relationship? Yang harus kamu lakukan pertama adalah dengan mempertimbangkan hubungan yang sedang kamu jalani dengannya. Apakah kamu bahagia menjalin hubungan tanpa adanya kepastian yang jelas?

Pastikan bahwa kamu nyaman dengan kondisi hubungan ini. Jangan terpaksa menjalani hanya karena takut kehilangan dirinya. Kenyamanan dan perasaanmu adalah yang utama. Pastikan dengan tegas batasan-batasan dalam hubungan yang ingin kamu jalani. 

Jika memang kamu tidak suka dengan hubungan situationship ini, mulai bicarakan dengannya. Jujurlah kepadanya tentang keresahanmu selama ini. Jika memang ia benar-benar tak mau kehilangan dirimu, maka ia juga akan berusaha untuk tidak memberikan ruang keresahan pada hatimu.

Artikel ini tidak ditujukan untuk menakut-nakuti pembaca yang hendak menjalin hubungan. Justru dengan selangkah lebih tahu tanda hubungan situationship, membuat seseorang lebih waspada dalam menjalin sebuah hubungan.

Mulai dari prinsip pada kejelasan status yang dari awal sudah tertanam. Termasuk tidak berlarut-larut sampai jatuh cinta begitu dalam pada seseorang yang belum tentu pasti memberikan masa depan.

Yang paling berat ketika terjebak pada hubungan situationship adalah mengakhiri hubungannya. Dengan dalih sudah terlanjur cinta, sudah terlanjur menaruh harapan besar, yang berakhir menuruti kemaun dari pasangan saja. Perlu keberanian untuk mengambil sikap. Termasuk mengakhiri hubungan toxic ini. Dengan bantuan dari orang terdekat yang dipercaya atau bahkan konsultasi dengan psikolog agar mendapatkan saran dan jalan keluar terbaik.

Terakhir, pahamilah bahwa dalam sebuah hubungan harus dibangun oleh dua orang dengan arah dan persaan yang sama. Tidak bisa berjalan dengan keadaan berat sebelah. Hubungan harus tahu arahnya akan dibawa ke mana. Tak apa jika memang melepaskan adalah cara terbaik untuk mencintai diri sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun