Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sikap Orang Tua Ketika Anak Menjadi Pelaku Bullying

11 September 2024   19:30 Diperbarui: 11 September 2024   19:33 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying. (Sumber: shironosov via kompas.com)

Ilustrasi memarahi anak. (Sumber: Shutterstock/DimaBerlin via kompas.com) 
Ilustrasi memarahi anak. (Sumber: Shutterstock/DimaBerlin via kompas.com) 

Sikap yang paling salah adalah dengan membiarkan masalah itu begitu saja. Dalam artian orangtua tidak mengambil sikap apa-apa. Selain meminta maaf kepada korban dan juga pihak sekolah. Bahkan sampai ikut menyalahkan pihak sekolah karena bullying dilakukan dalam pengawasan pihak sekolah. Termasuk menyalahkan didikan dari pihak sekolah. Saling menyalahkan tidak akan pernah ada ujungnya. 

Menyikapi anak yang menjadi pelaku bullying, orangtua harus bersikap tenang sekaligus tegas. Tenang agar tidak gegabah sampai terbawa emosi. Membuat kestabilan emosi anak semakin tak terkonrol. Sikap tegas diperlukan agar tak abai terhadap masalah penting ini. Tidak membiarkan begitu saja sehingga perlu penanganan yang lebih dalam.

Pertama, yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah dengan berkomunikasi kepada anak. Komunikasi yang diciptakan bukan untuk memarahi atau menyudutkan anak. Namun orangtua harus mencaritahu bagaimana pandangan anak tentang perbuatan yang ia lakukan. Apakah ia melakukan tidak sengaja atau disengaja. Apakah ia merasa menyesal atau tidak sama sekali.

Tanyakan lebih dalam alasan anak melakukan perundungan. Dengan begitu, orangtua akan tahu sikap selanjutnya yang diambil seperti apa. Misalnya anak mengaku bahwa ia mengikuti temannya yang lain atau karena menonton sebuah video di YouTube. Mungkin juga karena anak tidak menyukai teman yang lebih pintar daripada dirinya. Begitu pun dengan alasan-alasan lainnya yang membuat anak melakukan perundungan.

Dari hasil diskusi itu, orangtua akan tahu alasan anak melakukan perundungan sehingga bisa menentukan langkah selanjutnya. Misalnya memberikan batasan anak menonton video di YouTube termasuk memberi filter video apa saja yang dapat ia tonton. Sikap lainnya sesuai dengan alasan anak melakukan perundungan.

Ilustrasi anak sedang berbicara dengan kedua orangtuanya. (Sumber: our-team/ Freepik via kompas.com) 
Ilustrasi anak sedang berbicara dengan kedua orangtuanya. (Sumber: our-team/ Freepik via kompas.com) 

Selain menanyakan alasan, langkah selanjutnya adalah memberitahu kepada anak bahwa perundungan adalah perilaku tercela. Berikan edukasi terkait dampaknya bagi sang anak akan seperti apa. Termasuk dampak dari perundungan yang ia perbuat bagi korban. 

Adapula anak yang tidak mengetahui bahwa bullying adalah tindakan yang salah. Tidak tahu apa yang ia perbuat adalah sebuah perundungan. Tidak mengerti apa itu perundungan dan seperti apa dampaknya. Ia hanya iseng semata. Merasa sedang bercanda saja dengan temannya. 

Untuk menyikapi hal ini, orangtua perlu memberikan edukasi bahwa perilakunya telah menyakiti orang lain. Beri pemahaman bahwa perbedaan akan selalu ia temukan di mana saja. Termasuk perbedaan pendapat dengan teman, bahasa yang digunakan, ras, suku, sampai kesalahpahaman. Namun bukan berarti anak berhak untuk melakukan apa saja. Ajari untuk menerima dan menghormati segala perbedaan. Menyikapi kesalahpahaman dengan kepala dingin.

Anak yang sulit menerima perbedaan sehingga memilih meluapkan emosinya dengan melakukan perundungan. Membuktikan bahwa anak sulit untuk mengontril emosinya. Orangtua perlu membantu anak untuk mengelola emosinya. Misalnya mengisi waktu dengan aktivitas positif yang tidak menyakiti orang lain. Justru menuntut anak untuk mau berkolaborasi dengan orang lain. Seperti menggambar, menari, bernyanyi bersama-sama, serta akitvitas positif lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun