Lebih bahaya lagi ketika pelaku bullying merasa puas ketika korbannya merasa tersakiti. Bisa dikatakan ia sukses menunjukkan kuasanya karena berhasil membuat korban menangis.
Anak pelaku bullying tidak memiliki rasa empati. Tidak merasa iba dengan keadaan di sekitarnya. Mereka sama sekali tidak peduli dengan posisi korban. Tidak ada penyesalan atas kesalahan yang telah diperbuat.
Sulitnya dalam mendeteksi ciri-ciri pada anak yang melakukan bullying adalah perbedaan sikap anak di sekolah atau di lingkungan luar dengan sikapnya di dalam rumah yang ia tunjukkan kepada orangtua.Â
Kerap kali anak yang melakukan bullying bersikap baik di dalam rumah. Menuruti perintah orangtuanya termasuk menunjukkan sikap lemah lembut. Namun saat berada di luar rumah, ia merasa paling berkuasa sehingga berani untuk melakukan perundungan.
Untuk itu, orangtua harus mau masuk dalam lingkungan anak di luar rumah. Tujuannya untuk mengawasi sekaligus mengontrol. Dengan begitu, orangtua akan mengetahui sikap anak di luar rumah seperti apa. Bisa aja terdapat perbedaan sikap anak ketika berada di luar rumah.
Misalnya anak yang merasa memiliki kuasa akan mengabaikan aturan di sekolah. Tidak peduli dengan aturan dan ingin melakukan apapun sesuka hati. Orangtua harus waspada ketika anak menunjukkan sikap penolakan atas aturan yang dibuat untuk membuatnya lebih disiplin.
Anak juga kerap bercerita tentang teman-temannya yang menunjukkan sikap merendahkan teman-temannya. Sikap ini perlu diwaspadai sebagai gelaja pelaku perundungan. Dapat menimbulkan merasa lebih baik bahkan memiliki power sehingga tidak apa-apa berbuat merendahkan kepada temannya yang lemah.
Paling mudah ditemukan adalah ketika menemukan barang yang bukan milik anak. Misalnya peralatan sekolah, sampai mainan yang bukan miliknya ada di dalam tas sekolah. Biasanya anak pelaku perundungan akan berdalih bahwa itu hanya meminjam saja dan besok akan ia kembalikan.
Orangtua perlu mengawasi secara rutin. Perilaku mengambil barang orang lain biasanya akan dilakukan secara berulang. Ia merasa temannya tidak berhak memiliki barang lebih bagus dari dirinya. Merasa berhak mengambil barang orang lain karena dia berkuasa dan berani melawan.