Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Upaya Preventif Orangtua dengan Mengenali Ciri Anak Pelaku Bullying

9 September 2024   15:00 Diperbarui: 10 September 2024   10:09 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Jelas perilaku atau kebiasaan ini tidak terpuji. Tidak pantas untuk ditiru. Tidak pantas juga untuk dibawa sampai dewasa.

Namun faktanya, kasus perundungan tidak hanya terjadi pada anak-anak saja. Orang dewasa pun bisa saja menjadi korban atau pelaku perundungan. Bagi pelaku perundungan, mungkin memang ada bibit-bibit bullying yang tertanam hingga terbawa sampai dewasa. Membuat bullying menjadi sebuah kebiasaan yang menurutnya adalah hal yang lumrah.

Melihat fakta tersebut, rasanya miris dan begitu takut anak kita akan berakhir demikian. Tentu sebagai orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. Termasuk ingin anaknya menjadi anak yang baik dalam segala hal. Tidak melakukan tindakan tercela atau kriminal apapun.

Ilustrasi bullying. (Sumber: shironosov via kompas.com) 
Ilustrasi bullying. (Sumber: shironosov via kompas.com) 

Sayangnya masih banyak orangtua yang kurang perhatian terhadap ciri-ciri pelaku bullying. Ketakutan anaknya terkena bullying di sekolah, membuat orangtua abai apakah anaknya melakukan bullying atau tidak. Padahal, perhatian orangtua terhadap gejala pelaku bullying dapat mengantisipasi kejadian buruk ke depannya. Sebagai bentuk pencegahan paling awal.

Tidak ada yang tidak mungkin jika anak sendiri lah yang menjadi pelaku bullying. Maka dari itu, orangtua juga tidak hanya fokus pada tanda-tanda korban perundungan. Namun juga peka terhadap sikap anak yang mungkin saja menjadi pelaku perundungan.

Anak yang terlihat merasa paling berkuasa adalah ciri utama pelaku perundungan. Kerap memerintah teman-temannya. Seperti membelikan jajanan sampai melakukan apapun yang ia mau. Hanya demi menunjukkan bahwa dirinya adalah yang paling berkuasa.

Pelaku perundungan juga kerap mementingkan diri sendiri. Memang ada kalanya harus mementingkan diri sendiri. Namun bukan berarti harus terus menerus egois dalam segala hal.

Sikap egois bisa menjadi bibit awal memicu bullying. Hanya peduli dan fokus pada kesenangan diri sendiri. Tanpa pernah mau mementingkan perasaan orang lain. 

Anak-anak pelaku bullying juga kerap marah kepada orang lain. Bahkan marah untuk hal-hal kecil sekalipun. Ia sulit untuk mengontrol emosinya sendiri sehingga meluapkan secara langsung apa yang ada dalam hatinya.

Bullying juga membuat anak tidak merasa bersalah. Ketika sudah melakukan bullying kepada orang lain, tidak ada rasa bersalah sedikitpun. Bahkan cuek saja dengan apa yang terjadi kepada korban bullying.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun