Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bekali Anak dengan 4 Kata Ajaib

25 Agustus 2024   16:00 Diperbarui: 27 Agustus 2024   10:42 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dan orangtua. (Sumber: MEDIO by KG MEDIA via kompas.com) 

Selain kesehatan dan kecerdasan, orangtua tentu menginginkan anaknya menjadi pribadi baik. Berakhlak baik yang dicerminkan dengan perilakunya setiap hari. Mulai dari hal-hal sederhana, sampai saat anak menghadapi suatu masalah.

Anak yang memiliki karakter baik tentu akan mudah diterima di lingkungannya. Memiliki kepribadian baik membuat dirinya disenangi oleh banyak orang. Orangtua menjadi tenang ketika anak dibiarkan sendiri bermain di lingkungannya karena ia bisa menjaga dirinya sendiri dan tidak mencelakai orang di sekitarnya.

Apalagi budaya sopan santun di Indonesia yang begitu terkenal sampai ke orang-orang asing. Karakter baik ini yang seolah menjadi sebuah ciri khas sebagai warga Indonesia menjadi budaya yang melekat. Tentu sangat baik untuk dipertahankan dari generasi ke generasi selanjutnya.

Kita bayangkan saja ketika bertemu dengan seseorang yang begitu sopan kepada kita. Bertutur kata lembut, pemilihan kata yang tepat dan membuat nyaman, sampai sikap dan perilakunya yang raman. Tentunya kita terbawa merasakan kesenangan karena merasa diperlakukan dengan baik oleh orang itu. Dihormati dan dihargai sebagai makhluk sosial.

Lain halnya ketika kita bertemu seseorang yang tidak memiliki adab. Bahasa yang kasar, perilaku yang tidak sopan, sampai gerak-geriknya yang bikin jengkel. Sudah pasti kita tidak akan menyukainya. Memilih untuk tidak memiliki urusan berkepanjangan dengan orang itu.

Tantangan dalam mengajarkan anak adab dan karakter yang baik adalah dari lingkup eksternal. Kemudahan masuknya budaya asing lewat kemajuan teknologi informasi tak bisa dibendung. Anak bisa mengaksesnya kapan saja. Yang di mana akan ada budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya yang berlaku di negara ini.

Selain itu, perubahan zaman sudah jauh berbeda dengan zaman dulu. Jangan sampai orangtua berpikir bahwa tantangan anak zaman dulu lebih sulit dibandingkan zaman sekarang. Justru dengan banyaknya kemudahan saat ini, membuat banyak tantangan yang harus dihadapi dengan bijak. Baik itu oleh orangtua, ataupun oleh anak itu sendiri.

Kunci dasarnya adalah terletak pada cerminan yang diberikan oleh orangtua di kehidupan sehari-hari. Meski orangtua tidak bisa selalu mengawasi selama 24 jam untuk hal-hal yang masuk dan mempengaruhi tumbuh kembang anak, setidaknya anak memiliki pembanding yang akan dijadikan patokan atau panutan untuknya. Sehingga ia akan jauh lebih memilih menirukan apa yang dicerminkan oleh kedua orangtuanya di kesehariannya.

Pondasi dasarnya terletak pada empat kata ajaib yang sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Tidak hanya berlaku untuk saat ini saja, tetapi menjadi bekal dirinya di masa yang akan datang. Ketika anak belajar hidup di atas kakinya sendiri. Menyelesaikan apapun yang ia hadapi seorang diri.

Sebisa mungkin orangtua tentu akan selalu hadir untuk anak. Paling terdepan ketika anak membutuhkan bantuan. Selalu ada dan tak membiarkan anak merasa sendiri. Namun ada kalanya anak akan berhadapan dengan keaadan yang membuat dirinya harus berusaha seorang diri. Apalagi ketika ia sudah beranjak dewasa. Melihat dunia yang lebih luas lagi.

Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk membekali anak dengan empat kata ajaib. Empat kata ajaib ini akan selalu membantu dan menolong anak dalam kehidupannya seumur hidup. Tidak pernah ada kata kadaluwarsa dalam menggunakan empat kata ajaib ini.

Mungkin terdengar sederhana, tetapi empat kata ajaib ini menjadi obat mujarab dalam segala situasi. Sehingga sangat penting bagi anak membiasakan diri menggunakan empat kata ajaib sejak dini.

Empat kata ajaib ini adalah kata Maaf, Permisi, Tolong, dan Terima Kasih. 

Jika ada yang masih berpikir bahwa empat kata ini tidak ada artinya, maka kamu salah besar. Empat kata ajaib ini begitu terlihat sederhana tetapi begitu sulit untuk diucapkan. Ketika seseorang berada dalam kondisi terdesak dan diharuskan untuk mengucapkan salah satu dari empat kata ajaib ini, maka yang terjadi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bisa saja justru malah membuat dirinya dicap sebagai pribadi yang angkuh.

Ilustrasi anak meminta maaf. (Sumber: Freepik via kompas.com) 
Ilustrasi anak meminta maaf. (Sumber: Freepik via kompas.com) 

Pertama, kata maaf. Kata maaf ditujukan ketika seseorang melakukan kesalahan disengaja ataupun tidak. Meminta permohonan maaf atas kesalahannya itu.

Ketika seseorang sulit untuk meminta maaf, apalagi untuk kesalahan yang jelas ia lakukan, maka yang terjadi adalah tidak akan disenangi oleh orang-orang disekitarnya. Dicap sombong sampai dijauhi banyak orang.

Sebagai orangtua, tentunya kita ingin anak memiliki banyak teman. Agar ia tidak kesepian dan bisa bermain dengan teman sebayanya. Sangat baik untuk tumbuh kembangnya. 

Bisa dimulai dengan membekali anak dengan kata maaf. Tidak hanya sekadar memberitahu bahwa ia harus meminta maaf ketika salah. Namun orangtua dapat menunjukkan penggunaan kata maaf pada momentum yang tepat di kehidupan sehari-hari.

Misalnya ketika Ayah dan Ibu berselisih pendapat, lalu menunjukkan perilaku permohonan maaf di depan anak. Dengan begitu, anak bisa mengerti bahwa ternyata saling memaafkan adalah suasana yang nyaman dan membuat hati tenang. Kata maaf dapat mencairkan suasana.

Selain itu, anak juga tahu bahwa meminta maaf bukan berarti membuat dirinya merasa rendah diri. Justru dengan meminta maaf menunjukkan sikap kedewasaan karena berani untuk mengakui kesalahannya.

Tidak hanya itu, orangtua juga bisa menunjukkan secara langsung kepada anak dengan meminta maaf kepada anak. Misalnya Ibu atau Ayah membuat anaknya menangis. Lalu Ibu dan Ayah meminta maaf kepada anaknya karena telah membuatnya menangis. Anak akan merasa lebih nyaman mendengar reaksi dari Ibu dan Ayahnya yang telah membuat dirinya kecewa sampai menangis.

Meminta maaf kepada anak. (Sumber: RyanJLane via kompas.com) 
Meminta maaf kepada anak. (Sumber: RyanJLane via kompas.com) 

Kata ajaib yang kedua adalah permisi. Kata permisi diucapkan sebagai bentuk sopan santun. Misalnya ketika hendak berjalan atau melewati seseorang yang lebih tua. Atau juga ketika berkunjung ke rumah orang lain.

Penerapan kata permisi kepada anak dapat dicerminkan dari sikap Ayah dan Ibu sebagai suami istri. Tunjukkan bahwa keduanya saling menghargai dan menghormati mulai dari hal-hal yang sederhana. Termasuk dalam menggunakan kata permisi.

Bisa juga dicontohkan dengan menghormati orang yang lebih tua. Misalnya ketika berkunjung ke rumah kakek dan nenek. Orangtua bisa mempraktikkan langsung ketika hendak melewati kakek atau nenek. Dengan gesture badan yang sedikit membungkuk sebagai sikap hormat kepada yang lebih tua.

Sederhananya lagi ajarkan anak untuk mengucapkan permisi ketika hendak meminjam atau memasuki ruang yang bukan miliknya. Misalnya ketika ikut ke toilet seseorang karena kebetulan sedang berkunjung atau bertamu di orang tersebut. Ajari anak untuk berkata permisi ketika hendak masuk ke rumah tamu itu, termasuk ketika ikut menggunakan fasilitas toiletnya.

Dalam mempraktikkan kata permisi, bisa dilakukan paling mudah ketika mengajak anak jajan ke warung. Biasanya ada kalanya penjaga warung tidak ada ditempat. Untuk memanggil penjaga warung, beri contoh dengan penggunaan kata permisi.

Ilustrasi tamu berkunjung ke rumah. (Sumber: FREEPIK.COM/BEARFOTOS via kompas.com) 
Ilustrasi tamu berkunjung ke rumah. (Sumber: FREEPIK.COM/BEARFOTOS via kompas.com) 

Kata ajaib yang ketiga adalah tolong. Kata tolong digunakan ketika seseorang meminta bantuan dari orang lain. Hal ini lumrah terjadi mengingat manusia adalah makhluk sosial yang sudah pasti tidak bisa hidup sendiri. Tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan dan keperluannya seorang diri sehingga sangat membutuhkan campur tangan orang lain.

Ketika hendak meminta bantuan kepada orang lain, kata tolong menjadi kata pamungkas yang dapat digunakan. Membuat orang lain merasa diperlakukan dengan baik karena yang hendak diberi bantuan menghargainya. Lain halnya ketika seseorang membutuhkan bantuan tetapi tidak menggunakan kata tolong. Terkesan sebagai sebuah perintah, bukan meminta bantuan.

Lagi-lagi kata ajaib ini bisa ditunjukkan langsung oleh orangtua di kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika Ayah meminta bantuan Ibu untuk mengambil handuk. Permintaan bantuan ini diawali dengan kata tolong. Begitu juga ketika orangtua hendak meminta bantuan kepada anak. Misalnya mengambil sesuatu di meja. Biasakan untuk menanyakan terlebih dahulu apakah boleh meminta bantuan anak atau tidak. Dengan begitu, anak mengerti bahwa meminta bantuan itu perlu kesepakatan antara dua belah pihak. 

Membekali anak dengan kata tolong sama dengan mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa meminta bantuan orang lain ketika memang ia kesulitan. Dengan begitu, anak tidak gengsi atau malu untuk meminta bantuan orang lain ketika memang dia begitu kesulitan. Meminta bantuan orang lain adalah hal yang lumrah sebagai makhluk sosial.

Kata ajaib yang terakhir adalah terima kasih. Kata ini dipakai ketika mendapatkan bantuan, hadiah, ataupun hal-hal baik dari orang lain.

Penerapan kata ajaib ini bisa dibarengi ketika menggunakan kata ajaib tolong. Misalnya ketika anak mengambilkan barang yang ada di meja karena membantu orangtuanya. Sesudah itu, berilah anak kata terima kasih sebagai bentuk apresiasi karena sudah membantu.

Ilustrasi memberi hadiah. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi memberi hadiah. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 

Bisa juga dicontohkan ketika Ibu mendapatkan hadiah ulang tahun dari Ayah. Ibu mengucapkan terima kasih atas hadiah yang diberikan oleh Ayah. Dengan begitu, anak mengerti bahwa ucapan terima kasih dilakukan ketika ia merasa senang mendapatkan atau diperlakukan baik oleh orang lain. Perlahan ia akan meniru ketika mendapatkan amplop THR saat lebaran dari sanak saudaranya.

Perlu komitmen dan konsistensi dalam memberikan contoh menerapkan empat kata ajaib ini. Kuncinya adalah kesabaran karena tidak mudah untuk membiasakan empat kata ajaib ini kepada anak. Apalagi ketika anak sudah mulai bergaul dengan lingkungan di luar rumah. Menjadi tantangan orangtua karena banyak sekali hal-hal yang dapat ia tiru. Anak yang belum mengerti mana yang pantas ditiru dan mana yang tidak, tidak bisa memfilter sendiri. Peran orangtua tidak hanya sekadar memberitahu, tetapi mencerminkan secara langsung agar anak lebih mudah untuk menirukannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun