Ada yang terkena dampak sistem zonasi sekolah? Ingin menyekolahkan anak ke sekolah favorit, tapi terhalang sistem zonasi. Terpaksa menyekolahkan anak ke sekolah yang dekat dengan rumah. Sesuai dengan kebijakan zonasi sekolah yang berlaku.
Dampak dasi sistem zonasi sekolah diangkat menjadi inti cerita sebuah serial yang sedang ramai ditonton pada platform streaming Netflix. Mengangkat kisah yang begitu relate atau dekat dengan masyarakat, membuat serial ini banyak diminati. Terasa seperti terwakili semua keluahan dari adanya kebijakan sistem zonasi.
Namanya juga orangtua, pasti akan melakukan apa saja untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya. Memperjuangkan apa yang diinginkan atau diimpikan oleh sang anak. Sebagai bentuk kasih sayang luar biasa.
Termasuk keinginan anak untuk masuk ke sekolah favorit. Sayangnya harus terhalang sistem zonasi yang membuat dirinya tak bisa masuk sekolah favorit.
Segala cara mulai diupayakan. Mulai dari membujuk kepala sekolahnya langsung, sampai melakukan aksi curang agar bisa mendapatkan kursi di sekolah favorit. Tetap saja, tidak sesuai dengan pengharapan. Kendala selalu menerpa. Seolah takdir memang berkehendak lagi bahwa anak tidak diperkenankan sekolah di sana.
Serial Kartu Keluarga menggambarkan dampak dari adanya sistem zonasi. Single mom berusaha menghidup putra satu-satunya dengan melakukan yang terbaik. Salah satunya dengan upaya memasukan anaknya ke sekolah favorit. Namun ternyata, solusi yang ia tempuh justru malah menambah banyak permasalah hidup. Melibatkan banyak orang yang seharusnya tidak terlibat dalam masalah ini.
Kartu Keluarga adalah serial bergenre drama komedi keluarga. Siap menghibur penontonnya dan bahkan berhasil mencapai trending nomor 1 di Netflix.Â
Serial yang dibintangi oleh Bunga Zainal, Dimas Anggara, Tyo Pakusadewo, dan sederet aktor ternama lainnya. Bertabur bintang dalam serial ini, membuat Kartu Keluarga dinantikan banyak penonton. Khususnya dipasangkannya aktris cantik Bunga Zainal dengan aktor tampan, Dimas Anggara.
Serial Kartu Keluarga berkisah tentang Sri Widuri yang diperankan oleh Bunga Zainal. Sri membesarkan anak laki-lakinya seorang diri setelah suaminya meninggal dunia. Sri tinggal berdua dengan putranya Jarot di rumah peninggalan suaminya yang ada di Yogyakarta.
Sri adalah sosok perempuan Yogya yang berparas cantik dan ayu. Benar-benar menggambarkan definisi perempuan Yogyakarta yang penuh kelembutan dengan tutur kata santun.Â
Kecantikan Sri membuat Gunawan terpikat. Gunawan berusaha mendekati Sri dengan segala upayanya. Lambat laun, Sri berusaha membuka hati untuk Gunawan dan mendekatkan dengan anaknya. Namun sayangnya, orangtua Gunawan tidak merestui mereka karena Sri adalah seorang janda beranak satu.
Sri menghidupi anaknya sebagai pengrajin batik tulis tradisional. Hidup penuh kesedarhanaan tapi tidak pernah haus akan kasih sayang. Hidup rukun dan harmonis. Susah senang ia lewati bersama anaknya Jarot.
Saat menjelang masuk SMP, Jarot sangat ingin masuk ke sekolah pilihannya yang ada ekstrakulikuler koding. Namun sayangnya terhalang dengan kebijakan sistem zonasi yang dibuat oleh pemerintah.
Tak mau pasrah dengan keadaan, Sri mendatangi kepala sekolah dan membujuk agar membiarkan Jarot bersekolah di sana. Namun sang kepala sekolah tak bisa menerima Jarot karena tak mau melanggar aturan yang ada.
Sri begitu kecewa dan sedih tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya. Gunawan yang mengetahui keadaan Sri dan Jarot, mendatangi kepala sekolah dengan memberikan sejumlah uang. Maksudnya adalah melakukan penyuapan agar Jarot diterima di sekolah itu. Namun ternyata sang kepala sekolah tidak goyah dengan prinsip. Bahkan ia mengancam Gunawan akan dilaporkan ke polisi karena hendak melakukan suap kepadanya.
Tidak ada cara lain selain memindahkan kartu keluarganya ke daerah yang sama dengan sekolah itu. Sri ingin mencari kontrakan di daerah sana, lalu segera memindahkan kartu keluarganya dengan alamat yang baru. Namun tentu tidak mudah dan akan memakan waktu yang lama. Sulit untuk mengejar waktu pendaftaran yang sebentar lagi akan ditutup.
Teman Sri yang bekerja di sebuah butik batik ternama di Yogyakarta, mengusulkan Sri untuk meminta bantuan kepada Bossnya yang bernama Bardi. Bardi yang diperankan oleh Dimas Anggara adalah duda cerai yang tinggal seorang diri di rumahnya yang besar. Rumahnya merangkap menjadi pabrik batik yang sedang ia jalankan.
Bardi telah bercerai dengan istrinya yang bernama Yuni. Penjaga toko batik di pasar yang tak sengaja ia kenal saat mendistribusikan batik. Pernikahan mereka dikaruniai anak laki-laki yang bernama Ageng. Tiba-tiba Yuni mengkhianati Bardi, dan memilih mengejar laki-laki Jakarta yang ia kenal lewat Facebook. Setelah bercerai dengan Bardi, Yuni ditinggalkan begitu saja oleh selingkuhannya. Sehingga ia memilih kembali ke Yogyakarta dan tinggal berdua dengan anaknya.
Sri ditemani oleh temannya meminta bantuan Bardi. Cara satu-satunya adalah mereka harus menikah agar Sri dan Jarot dapat dipindahkan ke kartu keluarga Bardi. Akhirnya mereka membuat perjanjian tertulis di atas materai bahwa pernikahan ini hanyalah sandiwara yang dimaksudkan untuk kepentingan Jarot semata agar bisa masuk ke sekolah impiannya.
Pernikahan sandiwara itu menimbulkan banyak permasalahan baru. Pak RT dan istrinya menaruh curiga karena Sri dan Bardi tidak tinggal di satu rumah yang sama. Ditambah lagi kehadiran Yuni yang ingin kembali bersama mantan suaminya, Bardi. Gunawan pun tak terima Sri meninggalkan dirinya begitu saja. Gunawan yang tahu bahwa ini adalah pernikahan sandiwara, berusaha untuk meyakinkan semua orang agar ia bisa kembali mendapatkan Sri.
Selama menonton serial Kartu Keluarga yang berjumlah delapan epidose, penonton benar-benar dimanjakan dengan visual dan sinematografi yang memukau. Menonton visualnya saja membuat penonton ingin berlama-lama dan tak ingin beranjak pada tontonan yang lain.
Serial Kartu Keluarga yang berlatar di Yogyakarta benar-benar menyuguhkan keindahan dari kota ini. Rasanya seketika kembali rindu ingin kembali menjelajah Yogyakarta. Mulai dari sepanjang jalan malioboro, berburu batik, alamnya yang masih asri, dan bangunan rumahnya yang begitu khas.
Serial ini juga menggambarkan aktivitas yang kerap dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta. Seperti membatik, sampai berkeliling menggunakan becak. Melihat ini semua membuat penonton ingin segera berkunjung ke Yogyakarta. Ikut membatik dan tak lupa bekeliling di sepanjang Malioboro menggunkan jasa becak.
Meski bergenre drama komedi, sebenarnya serial ini tidak menunjukkan komedi secara gamblang. Unsur komedi hanya sebatas penggambaran watak para karakter yang dibuat berlebihan dalam menghadapi suatu masalah. Selebihnya saya rasa tidak didukung dengan dialog yang memang sengaja dilontarkan oleh para tokoh.
Serial ini sangat ringan untuk dinikmati. Mengalir begitu saja dan nyaman ditonton sambil beraktivitas yang lain. Penonton tak perlu berpikir keras atau serius pada serial ini saja. Dapat dibarengi dengan aktivitas lainnya. Ceritanya menghibur, ringan, dan mudah untuk dicerna.
Yang paling utama adalah tentang pesan moral yang ingin disampaikan oleh serial ini. Menunjukkan perjuangan single mom yang berusaha melakukan yang terbaik untuknya. Sampai rela melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya. Demi cita-cita anaknya terwujud di masa depan.
Tak hanya itu, serial ini juga menyentil tentang pernikahan yang terlalu buru-buru. Bahwa pernikahan tidak hanya sekadar jatuh cinta lalu turun ke hati semata. Lebih dari itu. Perlu ada pertimbangan, termasuk melihat bibit, bebet, dan bobotnya.
Terbukti dari kegagalan pernikahan Bardi dan Yuni yang begitu terburu-buru. Mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama dan melangsungkan pernikahan tanpa restu dari orangtua Bardi. Alhasil setelah menikah, Bardi baru mengetahui sifat asli dari perempuan yang ia nikahi itu.
Dampak dari perceraian juga turut disentil pada serial ini. Ageng sebagai korban perceraian kedua orangtuanya menjadi pribadi yang begitu tertutup dan serba salah. Di satu sisi, ia menyimpan harapan agar kedua orangtuanya bisa kembali lagi. Ia juga begitu sedih melihat Ibunya yang sering digoda oleh orang lain karena tampilannya yang mencolok sebagai seorang janda beranak satu.
Pandangan masyarakat yang memandang buruk seorang janda yang sudah memiliki anak turut menjadi sorotan dalam cerita ini. Banyak yang menyepelekan Sri. Termasuk orangtua Gunawan yang enggan memberi kesempatan bahkan hanya sekadar berkenalan saja. Begitu pula orangtua Bardi yang tahu bahwa Sri adalah janda beranak satu. Padahal setelah mereka saling berkenalan, Sri adalah menantu idaman yang paling ideal.
Banyaknya pesan moral yang ingin disampaikan membuat serial Kartu Keluarga sangat layak untuk ditonton. Apalagi serial ini menyuguhkan cerita ringan dengan pesan moral yang mendalam. Nampaknya tidak ada alasan untuk tidak menonton serial ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H