Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar Menormalisasi "Pakai Baju Itu-Itu Saja"

22 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 22 Agustus 2024   17:25 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stigma tersebut membuat kekhawatiran bagi saya dan orang-orang yang sedang berusaha menormalisasikan memakai baju itu-itu saja. Takut orang-orang menganggap aneh, sampai malu berteman dengan kita karena dianggap jorok atau bahkan tidak mengikuti tren.

Namun ternyata, seiring berjalannya waktu, pembelajaran menormalisasikan memakai baju itu-itu saja memberikan dampak yang bermanfaat dalam berbagai segi kehidupan.

Pertama, sudah jelas bahwa keadaan ini membuat kita tidak mudah tergiur dengan tren atau mode yang ada. Yang dapat dipastikan bahwa tren hanya berlaku sesaat saja. Ada masanya sampai muncul tren baru yang digemari banyak orang.

Mengikuti tren memang selalu dicap kampungan atau ketinggalan zaman. Namun konteksnya, "mengikuti tren" bukan berarti harus ikut-ikutan dengan perubahan yang ada. Sekadar tahu pun sudah termasuk mengikuti tren itu sehingga tidak ketinggalan informasi yang sedang ramai diperbincangkan.

Dengan memberikan filter, mana tren yang harus diterapkan dan mana yang tidak, membuat kita bisa memproteksi diri dari pengeluaran yang percuma. Uang yang seharusnya dapat dimanfaat untuk kebutuhan lain yang lebih penting, malah harus keluar secara cuma-cuma demi ego mengikuti yang sedang tren.

Endingnya tetap saja, akan ada tren terbaru yang bermunculan ke permukaan. Selalu seperti itu berputar. Tak ada habisnya. Alhasil pengeluaran tak terduga tak bisa lagi direm.

Ilustrasi perempuan minimalis dengan sedikit pakaian.(Sumber: SHUTTERSTOCK/STOCK STORY via kompas.com) 
Ilustrasi perempuan minimalis dengan sedikit pakaian.(Sumber: SHUTTERSTOCK/STOCK STORY via kompas.com) 

Dampak yang paling saya rasakan setelah belajar menormalisasi memakai baju itu-itu saja adalah mengurangi stres karena melihat tumpukan baju di lemari yang amburadul. Jangankan ada niatan untuk merapikan, saat hendak memilih baju yang akan dipakai pun jadi kesulitan karena begitu banyak pilihan. Alhasil, yang dipakai adalah baju itu-itu saja yang paling mudah dijangkau.

Melihat tumpukan baju di lemari benar-benar membuat saya stres. Apalagi ketika lemari sudah tidak muat menampung seluruh pakaian yang dimiliki. Tidak mungkin membiarkan pakaian berceceran di lantai atau digantung begitu saja di pintu-pintu. Tentu akan mengundang banyak nyamuk dan tidak enak dipandang oleh tamu yang berkunjung.

Ilustrasi lemari pakaian berantakan.(Sumber: Shutterstock/varandah via kompas.com) 
Ilustrasi lemari pakaian berantakan.(Sumber: Shutterstock/varandah via kompas.com) 

Selintas solusinya adalah dengan membeli lemari baru sehingga pakaian yang tidak muat pada lemari lama, bisa dimasukkan ke dalam lemari baru. Justru malah menambah beban baru karena rumah yang sempit semakin sesak dengan lemari baru. Apalagi jika sudah tidak ada space untuk menambah perabot rumah yang begitu besar. Malah semakin menambah tingkat stres sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun