Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dear Gen Z, Jangan Terjebak Fenomena FOMO, YOLO, dan FOPO!

13 Agustus 2024   17:00 Diperbarui: 13 Agustus 2024   18:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak FOMO, YOLO, dan FOPO. (Sumber: OcusFocus via kompas.com) 

Ilustrasi cemas dengan pendapat netizen di media sosial. (Sumber: shutterstock kompas.com) 
Ilustrasi cemas dengan pendapat netizen di media sosial. (Sumber: shutterstock kompas.com) 

Terakhir, istilah FOPO merupakan singkatan dari Fear of Ther People's Opinions. Lagi-lagi sama karena FOPO juga merujuk dari faktor psikologis seseorang yang mempengaruhi presepsi dan perilakunya. Masih ada kaitannya, bahwa FOPO membuat seseorang merasa cemas karena khawatir atas pendapat orang lain. 

Misalnya karena merasa tertinggal dari orang lagi, seseorang merasa cemas akan pandangan orang lain terhadap dirinya. Takut dianggap tidak gaul atau bahkan ketinggalan zaman. Alhasil, ia akan melakukan apapun agar bisa mendapatkan validasi dari orang lagi. Lagi-lagi dengan tameng bahwa hidup hanya sekali.

Sebenarnya dalam menaggapi fenomena ini bergantung pada sudut pandang seseorang. Generasi Z dapat menyikapi fenomena ini dengan bijak. Dengan tidak membiarkan dampak buruk dari fenomena ini. Justru sebaliknya, mengubah sudut pandang dengan melihat dampak positif dari fenonema ini.

Ketika kamu berhadapan dengan kondisi FOMO, YOLO, dan FOPO, yang harus pertama dilakukan adalah dengan berpikir panjang. Jangan dulu terbawa suasana sehingga memutuskan sesuatu secara mendadak tanpa pertimbangan.

Dengan menanggapi penuh pertimbangan, kamu bisa memetik dampak positif dari fenomena sosial ini. Misalnya saat berhadapan dengan keadaan FOMO, jadikan sebagai kesempatan untuk memperluas jaringan. Merasa tertinggal dengan orang lain dapat dijadikan motivasi untuk mengejar ketertinggalan. 

Misalnya ketika orang lagi lebih dahulu mengikuti sebuah informasi yang sedang on trending, jangan merara tertinggal dan cemas akan dianggap kurang up date. Kecemasan itu dapat dijadikan kesempatan untuk membangun relasi. Dengan turut memberikan komentar kepada teman yang sudah lebih dulu up date sebuat informasi, kamu bisa membangun hubungan yang baik dengan orang tersebut. Keduanya bisa saling mengutarakan pendapat ataupun bertukat informasi sehingga timbul hubungan yang sehat.

Ilustrasi pamer aktivitas olahraga di media sosial.(Sumber: FREEPIK/TEKSOMOLIKA via kompas.com) 
Ilustrasi pamer aktivitas olahraga di media sosial.(Sumber: FREEPIK/TEKSOMOLIKA via kompas.com) 

Ataupun ketika kamu sedang ingin FOMO dengan mengikuti aktivitas tertentu yang sedang trending. Misalnya ikut-ikutan nonton bola di stadion atau lari pagi. Kegiatan ini jangan hanya dijadikan ajang ikut-ikutan semata untuk mendapatkan pengakuan dari banyak pihak. Kamu bisa membangun relasi dengan orang baru lewat aktivitas ini. Berkenalan dengan orang baru yang sedang menggeluti kegiatan tersebut juga sehingga yang awalnya hanya ikut-ikutan bisa menjadi aktivitas rutin yang menyenangkan.

Prinsip yang diterapkan YOLO bahwa hidup hanya sekali ternyata membawa dampak baik pula jika dijadikan sebagai motivasi untuk mencapai sesuatu. Seseorang akan lebih semangat untuk mengejar impian dan menjalani hidup yang lebih bermakna. Toh memang tidak ada salahnya untuk rehat sejenak dari aktivitas sehari-hari yang membelenggu dengan menikmati hidup di luar kebiasaan. Yang terpenting, jangan dijadikan alasan untuk berfoya-foya. Apalagi sampai membetuk kebiasaan baru yang membawa dampak buruk.

Cemas dengan pendapat orang lain bisa membuat kamu berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku. Ketika hendak melakukan sesuatu, muncul rasa cemas akan pandangan orang lain. Sehingga kembali mempertimbangkan untuk kelanjutan dari perilaku tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun