Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Terkesan Sederhana, Pelukan Orangtua Mendukung Tumbuh Kembang Anak

8 Agustus 2024   16:00 Diperbarui: 9 Agustus 2024   09:23 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan bayi. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 

Kapan terakhir kali memeluk anak? Apakah tadi pagi saat anak hendak berangkat sekolah? Atau mungkin semalam saat anak ingin tidur? Hmm, jangan sampai orangtua sampai lupa kapan terakhir memeluk anak. 

Biasanya saat menjelang Anak Baru Gede (ABG), anak cenderung malu untuk dipeluk. Ia akan menolak ketika orangtua hendak memeluknya. Terutama anak laki-laki yang lebih sering menolak sentuhan fisik yang berlebihan dengan orantuanya di depan teman-temannya.

Timbul rasa malu atau bahkan khawatir akan mendapatkan ejekan dari teman-temannya. Mendapatkan cap anak manja yang sampai besar masih dipeluk oleh orangtuanya. Bak anak bayi yang setiap detik terus ditimang oleh orangtua.

Alhasil, ketika anak di usia menjelang remaja berada pada posisi yang tidak nyaman, ia kebingungan untuk becerita ke mana. Merasa bahwa menceritakan masalah yang sedang ia hadapi pada orangtuanya akan berakhir dengan percuma. Padahal saat itu, ia sangat membutuhkan dukungan bahkan pelukan dari orang terdekat yang sanga ia percaya. Tentunya adalah orangtua yang sejak kecil selalu ada bersamanya.

Sayangnya, kebiasaan dari kecil membuat dirinya merasa jauh dengan orangtua. Hanya sebatas dukungan dan pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup. Mulai dari rumah tempatnya berteduh, makanan dan minuman yang bergizi, serta memfasilitasi pendidikannya. Tak ada ruang untuk menunjukkan rasa sayang secara nyata. Dengan sentuhan fisik seperti pelukan yang jarang anak dapatkan.

Padahal, banyak sekali manfaat dari pelukan yang diberikan orangtua kepada anaknya. Tidak hanya sekadar sebagai bentuk menujukkan kasih sayang semata. Lebih dari itu. Pelukan memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan emosional anak. Membantu tumbuh kembang anak sekaligus membentuk karakter yang baik untuk masa depannya.

Anak yang sudah terbiasa mendapatkan pelukan dari orangtuanya akan memiliki perbedaan dengan anak yang jarang mendapatkan pelukan dari orangtuanya. Di masa depan, anak yang terbiasa mendapatkan pelukan lebih percaya diri dalam menghadapi apapun. Ia selalu merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja karena orangtuanya selalu memberikan dukungan kepadanya.

Selain itu, ia tahu tempat untuk bercerita. Tak lain adalah orangtuanya. Tidak malu atau enggan untuk menceritakan masalah yang sedang ia hadapi. Mulai dari masalah sepele sampai masalah yang menurutnya berat. Seperi permasalahan di sekolah, dengan teman bahkan guru, atau saat anak berada pada fase pubertas.

Membiasakan memeluk anak membuat anak merasakan kasih sayang secara nyata. Dengan begitu, ia tahu bahwa kedua orangtuanya sangat menyayangi dan mencintainya. Tidak hanya sekadar memberikan yang terbaik untuknya, tetapi juga memberikan sentuhan fisik yang secara langsung ia rasakan dan dapat ia balas saat itu juga.

Saat dewasa, anak akan tahu cara menunjukkan kasih sayang kepara orang yang ia sayangi. Dengan memberikan pelukan hangat itu berarti menjadi salah satu bentuk menyampaikan rasa sayangnya. Ia tidak akan kebingungan untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada lingkungan sekitar ketika ia dewasa.

Banyak kasus di mana seseorang begitu sulit untuk menunjukkan bahkan hanya sekadar mengungkapkan rasa sayangnya kepada orang-orang sekitar. Alhasil, ia kesulitan beradaptasi dan diterima dalam lingkungannya. Cenderung menjadi pribadi yang pendiam dan menutup diri.

Ilustrasi berpelukan. (Sumber: Unsplash via kompas.com) 
Ilustrasi berpelukan. (Sumber: Unsplash via kompas.com) 

Dengan memberikan pelukan kepada anak, membuat anak merasa aman. Sebuah pembuktian bahwa orangtua akan selalu ada kapanpun dan di manapun. Sekalipun ketika anak tidak bisa melihat kehadiran orangtuanya secara langsung. Misalnya ketika anak melewati fase hari pertama masuk sekolah. 

Anak yang terbiasa dengan pelukan dari orangtua akan terlihat lebih berani karena ia tahu bahwa ada orangtuanya meskipun tak terlihat oleh kedua matanya. Sedangkan anak yang jarang mendapatkan pelukan dari orangtua, cenderung menjadi takut dan tidak percaya bahwa orangtuanya menunggu di luar kelas.

Pelukan adalah kunci utama dalam keseimbangan kesehatan emosional anak. Kondisi ini membuat anak dapat mengendalikan dan mengontrol emosinya. Ia akan jauh lebih tenang dalam menghadapi berbagai kondisi yang mungkin saja mudah berubah-rubah. Hal tersebut dikarenakan pelukan orangtua yang biasa ia terima membuat dirinya merasa lebih baik dan dapat diterima dalam kondisi apapun.

Pelukan dari orangtua menumbuhkan perasaan positif kepada anak. Anak merasa nyaman sehingga terjalin sebuah ikatan dan kepercayaan antara anak dengan orangtua. Kondisi ini akan membantu orangtua dalam berkomunikasi dengan anak. 

Anak akan lebih terbuka dan jujur kepada orangtuanya. Hubungan keduanya jadi lebih harmonis dan sama-sama saling menghargai, menghormati, serta saling memberikan kepercayaan satu sama lain.

Ibu dan bayi. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 
Ibu dan bayi. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 

Bisa kita lihat pada saat bayi baru saja lahir, dokter akan menempelkan bayi kepada Ibunya. Terjadi kontak skin to skin antara Ibu dengan bayinya. Sebagai pengenalan tahap awal anak kepada Ibunya.

Tidak hanya berhenti sampat di situ saja, ketika anak menangis, menyusui, atau menjelang tidur, ia akan digendong oleh orangtuanya. Sebuah gambaran bahwa ternyata pelukan adalah obat paling mujarab untuk anak sejak kecil. 

Jangan sampai ketika anak mulai berjalan, orangtua semakin jarang untuk memberikan pelukan kepadanya. Memang terlihat sangat sederhana, tetapi ternyata masih banyak orangtua yang enggan memberikan pelukan kepada anaknya yang perlahan berjalan, sekolah, atau dirasa sudah bisa mandiri. Banyak orangtua atau anak yang merasa canggung untuk memberikan sentuhan fisik sebagai bentuk kasih sayang. Seolah ada sekat diantara keduanya. 

Padahal banyak sekali dampak yang diberikan dari hal sederhana seperti berpelukan. Mulai dari sebagai bentuk menunjukkan kasih sayang, mendukung tumbuh kembang anak, memberikan rasa aman dan percaya kepada anak, serta untuk kesehatan emosional sang buah hati.

Perlu diingat bahwa pelukan itu tidak mengenal usia. Manfaatnya begitu terasa sehingga tidak ada salahnya untuk dilakukan sejak anak lahir sampai ia beranjak dewasa. 

Biasakan memberikan pelukan kepada anak untuk hal-hal sederhana yang terjadi pada aktivitas sehari-hari bahkan saat anak mencapai sesuatu. Misalnya saat menjelang tidur. Tak lupa saat anak meraih keberhasilan seperti menjadi juara kelas.

Pelukan adalah bahasa cinta terkuat. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Pelukan adalah bahasa cinta terkuat. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Bukan berarti orangtua dapat memeluk anaknya sesuka hati dengan bebas. Jangan paksa anak ketika ia enggan untuk dipeluk. Misalnya bertanya, seperti "Bolehkan Ibu memberikan pelukan?" atau "Bolehkah Ibu mendapatkan pelukan sebelum kamu berangkat sekolah?". 

Anak berhak untuk menolak ketika ia memang tidak mau mendapatkan pelukan. Orangtua tidak perlu marah atau bahkan membentak. Cukup tanyakan mengapa menolak atau berikan kata-kata positif lainnya yang membuat anak kembali merasakan kedekatan dengan orangtunya.

Terutama ketika anak mulai beranjak dewasa. Hargai privasinya. Khususnya ketika ia bersama teman-temannya atau di tempat umum. Tidak perlu memberikan sentuhan fisik berlebihan ketika akan dihadapan orangtuanya. Mungkin saja akan memberikan rasa malu serta ketidaknyamanan kepadanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun