Film ini ingin mengangkat kisah tentang pola asuh kepada anak, terutama anak berkebutuhan khusus. Memang perlu kesabaran berkali-kali lipat untuk bisa mengasuh dan mendidik anak tersebut.
Tidak hanya tentang pola asuh saja, tetapi film ini memberikan gambaran tentang single mom yang berjuang mati-matian untuk anak-anaknya. Alhasil, single mom kesulitan untuk membagi waktu antara mengasuh anaknya dengan bekerja demi mendapatkan uang. Sebuah fenomena yang sangat menyentil penonton. Tentang tingkat stres seorang ibu yang berjuang sendirian.
Meski kerap berperilaku kasar kepada Aan, Rahayu tetap digambarkan sebagai ibu yang menyayangi kedua anaknya. Sikapnya yang kasar memang dilatarbelakangi atas kondisi yang sedang dia alami semenjak bercerai dengan suaminya. Rahayu juga sangat terpukul dan penuh penyesalan atas perbuatannya kepada anaknya, Aan.
Alur ceritanya terbilang sederhana. Namun ternyata tidak hanya meyuguhkan cerita horor belaka. Hantu dalam film ini cukup hebat berkelahi. Sehingga dalam melawannya pun tidak cukup memanggil ustaz atau tokoh agama untuk dibacai doa-doa. Aksi silat ditunjukkan untuk melawan wewe gombel ini.
Adegan aksi dalam film ini, tidak hanya sekadar formalitas saja. Namun memang dieksekusi secara maksimal dan terbilang sangat niat. Terlihat dari koreografi pada adegan bertarung yang seolah sedang menonton film aksi. Tentunya ditangani langsung oleh yang ahli dalam urusan koreografi fightingm, yaitu Uwais Team.Â
Pemain yang paling mencuri perhatian jatuh kepada Ismi Melinda yang berperan sebagai Marni, wewe gombel. Tentunya juga Shareefa Danish yang selalu memberikan kesempurnaan pada film-film horor yang ia bintangi. Keduanya paling bersinar dan menonjol dalam film ini. Membuat film ini menjadi hidup.
Kekurangan dari film ini terletak pada alur yang terasa sangat lambar di bagian awal. Penonton dibuat bosan pada saat film ingin mengenalkan para tokoh yang terlibat. Rasanya ingin cepat-cepat pada adegan klimaks saja. Saat wewe gombel menculik Aan.
Beberapa efek yang disematkan untuk membuat cerita lebih horor, malah berakhir kurang maksimal. Pada beberapa adegan, visual wewe Gombel mungkin tidak terlihat seram. Ditambah lagi dengan adegan klise yang sering dijumpai pada film horor umunya.
Meski belum sempurna, film Marni: The Story of Wewe Gombel tetap layak untuk menemani akhir pekanmu di bioskop terdekat. Mengingat film ini berusaha mengangkat dengan kondisi tidak stabli seorang single mom yang harus mengurus urusan rumah sekaligus bekerja demi anak-anaknya.Â