Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Rumus Ketenangan Finansial, Kalkulator Manusia vs Kalkulator Tuhan

4 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   15:58 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: kompas.com)

Banyak artikel yang membahas terkait kiat-kita mendapatkan kebebasan finansial di usia yang terbilang muda. Berbagai tips dengan teori-teori yang dibahas terlihat begitu mudah, tetapi nyatanya sulit untuk diimplementasikan.

Siapa yang tidak mau mendapatkan kondisi kestabilan keuangan? Apalagi dalam usia yang masih sangat muda. Memiliki kondisi keuangan yang stabil dan sehat. Tidak kekurangan apapun dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Mulai dari kebutuhan primer, sampai kebutuhan tersier semua lengkap terpenuhi.

Kondisi kematangan secara finansial dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan hidup. Tidak hanya itu, bahkan bisa terbilang berdiam diri saja tak perlu banyak menguras tenaga, uang sudah mengalir dalam saldo rekening. 

Menarik bukan? Ya! Tentunya sangat menarik. Semua orang sepertinya ingin mendapatkan kondisi itu.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meski sudah mempraktikkan segala tips yang bertebaran di media sosial. Mulai dari tips dari pengusaha sukses, buku-buku tentang keuangan, sampai kelas-kelas tentang keuangan yang biasanya dibuka secara online. Tetap saja, mayoritas dari kita tak bisa menggapai standar itu.

Sebenarnya, berbicara tentang standar seseorang dalam hal apapun, tentu akan beragam. Tidak akan sama.

Begitupula perihal standar kestabilan keuangan yang dimaksud. Ada di antara kita yang merasa tenang secara finansial jika sudah mencapai tiga digit pada tabungan di bank. Ada pula yang merasa sudah tenang asalkan setiap bulan bisa memenuhi segala kebutuhan.

Artikel ini turut serta hadir dalam berbagai standar keuangan yang ingin kamu raih! Apapun standar keuangan yang kamu targetkan, maka tak perlu menyamakan atau membandingkan dengan orang lain. Cukup fokus pada target yang hendak dicapai saja. Tidak perlu melirik kanan dan kiri.

Kita terkadang lupa dan terlalu sibuk untuk memenuhi kondisi keuangan yang bebas dan stabil. Sampai abai pada sebuah makna "ketenangan".

Entah sudah ada buku atau artikel yang menuliskan tentang ini, penulis hanya ingin memberikan sudut pandang dari sisi lain yang mungkin saja bisa membuat kita lebih banyak bersyukur atas semua pencapain yang telah diraih.

Ketenangan akan timbul ketika standar keuangan yang kita targetkan tercapai. Dalam mencapai standar keuangan tersebut, kita turut berusaha melakukan apapun untuk mencapainya. Yang paling realistis adalah dengan bekerja.

Ilustrasi. (Sumber: kompas.com)
Ilustrasi. (Sumber: kompas.com)

Pekerjaan dengan berbagai profesi tentu memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Apalagi jika dikaitkan dengan rezeki yang sudah diatur Tuhan dan faktor keberuntungan pula, tentu akan sangat beragam pendapatan setiap orang. Meski misalnya memiliki profesi yang sama, belum tentu mendapatkan penghasilan yang sama jumlahnya.

Perhitungan manusia dalam mencapai standar keuangan yang ingin diraih adalah dengan melihat nominal pemasukan yang didapatkan dari sebuah pekerjaan. Misalnya kita bekerja pada sebuah perusahaan yang gajinya dibayar setiap bulan sesuai dengan ketentuan UMR di daerah tersebut.

Perlu diingat bahwa terjadi perbedaan pendapat meski berada dalam profesi yang sama. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Namun kita lebih sering membandingkan pendapatan yang kita dapat dengan penghasilan orang lain.

Memang ada benarnya bahwa rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Karena kita selalu saja membandingkan apa yang kita dapatkan dengan apa yang orang lain punya.

Misalnya kita membandingkan kendaraan yang kita miliki dengan rekan kerja kita di kantor. Atau misalnya kita melihat teman semasa kuliah yang kariernya jauh lebih cemerlang dibandingkan kita. Otomatis cuan yang dihasilkannya juga lebih banyak.

Perhitungan seperti itu kita sebut sebagai kalkulator manusia. Di mana dalam urusan keuangan, kita banyak membandingkan apa yang kita dapatkan dengan apa yang bukan kepunyaan kita. Lebih tepatnya, apa yang dimiliki oleh orang lain.

Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain.(Sumber: iStockPhoto/tuaindeed via kompas.com) 
Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain.(Sumber: iStockPhoto/tuaindeed via kompas.com) 

Lain halnya kita melihat kalkulator Tuhan. Di mana amat banyak indikator yang harus kita hitung. Tidak hanya perihal pendapatan yang kita dapat dari bekerja, tetapi kenikmatan lainnya yang dapat kita akses secara cuma-cuma.

Mulai dari oksigen yang kita hiorup bersih, sinar matahari yang menyehatkan, air bersih yang dapat dikonsumsi, sampai tentang sahabat yang tulus menemani dalam keadaan apapun.

Kalkulator Tuhan lebih banyak nilainya. Tak sebanding dengan kalkulator manusia yang hanya melihat dari kasat mata saja. Sedangkan kalkulator Tuhan, terbilang tak terhingga karena terlalu banyak dan tak bisa diabsen satu persatu.

Menerapkan kalkulator Tuhan, bukan berarti kita jadi berleha-leha tak mau bekerja. Justru sebagai pengingat bahwa ada kalanya untuk lebih bersyukur atas apa yang kita miliki dan kita capai. Tidak akan ada habisnya jika membandingkan diri ini dengan pecapaian orang lain. Toh memang sifatnya manusia yang tidak pernah puas.

Bersyukur. (Sumber: Freepik.com via kompas.com)
Bersyukur. (Sumber: Freepik.com via kompas.com)

Dalam menjalani hidup, ada kalanya untuk menggunakan kalkulator manusia. Agar kita semangat dan terus bekerja keras mencapai apa yang kita inginkan. Tidak berdiam diri saja tanpa perencanaan apa-apa.

Namun ingat untuk menggunakan kalkulator Tuhan yang tak ada nilai pastinya. Begitu luas, tak terhitung jumlahnya. Sebagai pengingat untuk tidak merasa lupa diri, iri hati, dengki, dan marah dengan keadaan. 

Yuk, mulai dari hal-hal sederhana untuk merubah cara pandang dengan terus berpikir positif. Kita bisa memulai dari cara pandang kita terhadap kondisi keuangan kita saat ini dan di masa depan. Pastikan untuk memiliki mental yang sehat, mindset yang positif, dan rasa tenang yang nyaman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun