Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menebarkan Indahnya Toleransi di Hari Lahir Pancasila

1 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 1 Juni 2024   06:42 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilanjutkan pada sidang kedua BPUPKI, lahirlah istilah Pancasila yang merupakan topik pidato yang dibacakan oleh Soekarno. Tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, konsep awal Pancasila sebagai dasar negara Indonesia terlahir. 

Sebagai warga negara Indonesia, kita sudah sepatutnya tahu sejarah dari Hari Lahir Pancasila. Tidak hanya sekadar dinikmati hari libur nasionalnya saja, tetapi juga sebaga momentum yang tepat untuk mengingat perjuangan Indonesia selama ini. Seperti mengenang dan menghormati perjuangan bangsa dalam melawan para penjajah. Sampai mampu memerdekakan Indonesia dan merumuskan dasar negara Indonesia.

Sudah sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia harus dapat dapat memaknai Pancasila landasan berkeperilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai bentuk penghormatan, pengabdian, sekaligus memperingati Hari Lahir Pancasila.

Tidak perlu jauh-jauh dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Cukup dengan mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari saja terlebih dahulu. Dengan begitu, kita sudah patuh pada dasar negara dengan mencerminkan sebagai warga negara yang taat dan baik.

Ilustrasi konten negatif. (Dok. SHUTTERSTOCK via kompas.com) 
Ilustrasi konten negatif. (Dok. SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Di momentum yang penting ini, kita kembali menghayati makna-makna yang terkandung pada Pancasila. Sekaligus turut menghargai dan mengenang para pencetus dan perumus konsep dasar negara ini. Kembali menunjukkan sikap dan perilaku baik yang mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila.

Salah satunya yang masih minim adalah toleransi. Padahal toleransi menjadi dasar dan pondasi utama dalam bekerhidupan di masyarakat. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan berbagai suku, budaya, adat istiadat, agama, sampai bahasa daerah yang beragam. 

Tanpa adanya benih-benih toleransi, maka yang tertanam hanya kebencian dan rasa selalu benar atas apa yang dipahami. Misalnya saja, fenomena yang hampir setiap hari menjadi sarapan sehari-hari setiap bangun tidur. Membuka sosial media dan menemukan berbagai ujaran kebencian pada seseorang atau kelompok tertentu. Hanya karena berbeda pandangan, pendapat, ataupun pilihan.

Konten ujaran kebencian yang sentimen pada SARA (suku, ras dan agama), akan berdampak besar pada pola pikir maupun sikap generasi muda yang mayoritas sebagai pengguna media sosial paling banyak. Semakin sering generasi penerus terpapar konten-konten negatif, cederung menumbuhkan sikap intoleran terhadap orang-orang di sekitarnya. Mulai dari yang dikenalnya, sampai yang hanya ditemui di media sosial saja.

Saling serang dan menjatuhkan pada media sosial tanpa adanya permasalahan yang mendasar, menunjukkan betapa minimnya tingkat toleransi di negara ini. Padahal sudah jelas Pancasila sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tolerasi dari berbagai aspek. Misalnya saja pada sila pertama yang tidak merujuk pada satu umat pemeluk agama tertentu saja. Tetapi tertuju pada seluruh warga Indonesia umat manapun yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ilustrasi bullying di sekolah. (Sumber: Pexels via kompas.com) 
Ilustrasi bullying di sekolah. (Sumber: Pexels via kompas.com) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun