Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "The Architecture of Love", Perjalanan Mengobati Luka

10 Mei 2024   07:30 Diperbarui: 10 Mei 2024   07:31 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Architecture of Love dalam jumpa pers di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024). (KOMPAS.com/Revi C Rantung)

Fase tersebut rasanya sering dialami oleh orang-orang yang terluka dan patah hati. Memilih meninggalkan dan mengubur semua kenangan itu. Berpindah ke suatu tempat yang asing agar melupakan hal-hal pahit. Bertemu dengan lingkungan baru yang tidak mengenali masa lalunya yang pahit.

Di tempat baru itulah, seseorang akan berproses untuk kembali menata hidupnya. Mencoba membuka hati dengan seseorang baru yang berhasil memikat hati. Namun tidaklah mudah untuk kembali percaya akan jatuh cinta. Trauma di masa lalu akan pengkhianatan dan kehilangan tidak mudah begitu saja. Butuh penerimaan diri yang sangat panjang untuk kembali siap dalam sebuah hubungan baru.

Film ini seolah ingin mengajak orang-orang yang masih bergelut dengan masa lalunya. Mengajak untuk perlahan memaafkan sekaligus mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi. Membuka kesempatan baru karena semua orang punya hak untuk berbahagia dengan cara dan pilihannya sendiri.

Seseorang yang pernah terluka akan memiliki trauma dan ketakutan untuk jatuh cinta lagi. Mereka akan mengalami gejolak batin antara emosi dan persaan yang begitu sulit untuk dicerna. Saat yang bersamaan, ia akan mengalami rasa bahagia akan jatuh cinta. Di satu sisi, ia mencoba membentengi diri agar tidak mudah jatuh cinta karena takut kembali terluka.

The Architecture of Love dalam jumpa pers di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024). (KOMPAS.com/Revi C Rantung)
The Architecture of Love dalam jumpa pers di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024). (KOMPAS.com/Revi C Rantung)

Secara keseluruhan, film The Architecture of Love menjadi film romantis sederhana yang berhasil memikat hati penonton. Mengangkat kisah romansa orang dewasa yang kompleks dan tidak lagi mementingkan dirinya sendiri. Sebuah tontonan yang membuat banyak orang terbawa suasana sekaligus dibikin geregetan menemani perjelanan River dan Raia dalam mengobati lukanya masing-masing.

Sepertinya review ini akan lebih lengkap jika membandingkan antara film dengan versi novelnya. Sayangnya, penulis belum berkesempatan membaca dalam versi novel. Meski begitu, film ini cukup puas menjadi tontonan pilihan dibandingkan bosan memilih film horor yang saat ini membanjiri seisi bioskosp.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun