Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "The Architecture of Love", Perjalanan Mengobati Luka

10 Mei 2024   07:30 Diperbarui: 10 Mei 2024   07:31 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film The Architecture of Love (2024). (Sumber: Dok.Starvision via kompas.id)

Nicholas Saputra sebagai River dalam film The Architecture of Love. (Sumber: Dok.Starvision via kompas.id)
Nicholas Saputra sebagai River dalam film The Architecture of Love. (Sumber: Dok.Starvision via kompas.id)

Unsur yang sangat mahal dalam film The Architecture of Love adalah suasana New York yang begitu memanjakan mata. Menjadi sebuah gambaran bahwa kota romantis di luar negeri tidak melulu Paris. Di mana saja bisa menghidupkan nuansa romantis asalkan bersama orang yang tepat.

River yang banyak tahu tentangan arsitektur bangunan-bangunan di New York, mengajak Raia berkeliling. Tidak hanya sekadar mengajak jalan-jalan, tetapi juga menjelaskan secara detail tentang apa saja yang ia ketahui. Pada adegan ini, tidak hanya Raia yang dibuat takjub. Penonton juga turut terbawa suasana. Terhipnotis dengan dongeng yang dibangun oleh River. Sekaligus menambagh wawasan penonton.

Sama seperti film romantis yang diadaptasi dari sebuah novel, film ini tak ketinggalan mengutip beberapa quote terbaik yang disenangi pembaca. Bisa terbilang bahwa film ini tidak hanya mengandalkan secara visual saja. Justru pemilihan kata yang dibawakan oleh River dan Raia adalah yang paling mencuri perhatian.

Perihal chemistry yang dibangun oleh Nicholas Saputra dan Putri Marino sangat layak diacungi jempol. Keduanya tampil natural seperti air yang mengalir. Terkasan tidak dibuat-buat. Tanpa ada paksaan. 

Akting keduanya membuktikan bahwa mereka tampil begitu profesional. Sebagai aktor ternama yang tak perlu diragukan lagi kualitas aktingnya. Dapat menjawab ekspektasi penonton.

Seisi bioskop, khusunya kaum hawa akan terbawa perasaan melihat Nicholas Saputra menjadi sosok River. Beberapa adegan memancing gemuruh penonton yang tak bisa menahan diri saking geregetan melihat adegan romansa River dan Raia. Menonton film ini harus bersiap dibikin klepek-klepek dengan pesona Nichoas Saputra.

Putri Marino dan Nicholas Saputra di film The Architecture of Love. (KOMPAS.com/Ady Prawira Riandi) 
Putri Marino dan Nicholas Saputra di film The Architecture of Love. (KOMPAS.com/Ady Prawira Riandi) 

Film Architecture of Love sepertinya hanya akan disukai oleh orang dewasa yang mungkin sudah berumur 25 tahun ke atas. Bagi penonton yang mengharapkan konflik romansa menye-menye yang biasanya seputar cemburu atau patah hati karena diputusin cinta monyet, tidak akan relevan menonton film ini.

Film Architecture of Love menyuguhkan kisah romansa dewasa dengan konflik yang berat. Meski terbilang klise dan mudah ditebak akhir ceritanya, tetapi begitu masuk akal dan sering dialami oleh orang dewasa. Misalnya saja kabur meninggalkan kota yang menyimpan banyak kenangan indah. Sekaligus memberikan luka yang teramat dalam.

River dan Raia adalah gambaran dua orang yang terluka dan memutuskan untuk kabur dari ibu kota karena merasa terlalu tersiksa hidup di kota itu. Kota yang menyimpan banyak kenangan. Manis dan pahitnya kehidupan. Bukannya membuka lembaran baru dengan memaafkan situasi, justru keduanya memilih kabur ke tempat lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun