Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Pendengar yang Baik

23 April 2024   07:00 Diperbarui: 23 April 2024   07:43 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang sedang telepon. (Sumber: Breakingpic via Pexels.) 

Aca malah tertawa. "Hahaha. Jiwa sosialisasi lu udah abis waktu zaman kuliah. Semua masalah lu pikirin. Ampe masalah negara aja lu demo-in haha," candanya.

Dulu, kami memang sama-sama aktif di Ormawa. Kami kerap terdepan dalam menyuarakan kebenaran. Masa-masa paling emas yang pernah kami lalui bersama.

Aku tertawa pula dengan candaannya. Seolah me-recall memori manis bin absurd pada zaman bergelar Maha.

"Selama lu masih punya api, meskipun cuma setitik. Aman kok," tambahnya lagi.

Aku menjelaskan, "Ya ada kok. Gua bukan jadi manusia yang anti sama ambisi. Tapi bedanya kalau sekarang lebih berserah aja. Berserah ya, bukan pasrah! Kalau gak dapet ya gak apa-apa. Kalau dapet yang dimau, ya syukur Alhamdulillah. Lebih rileks aja ngejalaninnya. Sesuai aturan. Pelan-pelan."

Ia langsung menyambut dengan penuh keyakinan, "Ya bagus. Gak perlu dikhawatirkan. Gak ada yang salah kok dengan cara lo yang saat ini dalam menjalani hidup. Dalam memandang kehidupan. Ya setiap orang punya versinya masing-masing. Yang terpenting, nikmatin aja versi sendiri!"

Selalu, selalu saja Aca bisa membaca pikiranku dengan mudah. Berkali-kali aku harus bersyukur memiliki teman yang bisa memahamiku tanpa perlu aku jelaskan panjang lebar.

"Kita harus punya kendali diri sendiri ya? Ibaratnya harus punya stir kehidupan. Kita harus tahu kapan belok kanan atau kiri. Kapan harus maju, kapan harus injek gas, atau mungkin injek rem. Atau mungkin ada saatnya untuk kita putar balik," balasku.

"Itu lu pinter jawabnya! Emang kadang manusia tuh butuh pancingan hal-hal positif aja. Padahal ia sendiri juga udah tahu jawaban terbaiknya apa."

Aku hanya menjawab dengan tawa ringan, "Hehe."

"Lu di mana?" tanyanya. Pertanyaan ini untuk memastikan posisiku. Apakah di tempat perantauan atau di kampung halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun