Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Dua Hati Biru", Belajar Berumah Tangga Sepanjang Hidup

18 April 2024   06:39 Diperbarui: 19 April 2024   00:51 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki-Ka: Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy, dan Angga Yunanda di film Dua Hati Biru. (Instagram Official Dua Hati Biru/Starvision/Wahana Kreator via parapuan.co)

Film yang dinantikan pada bulan April 2024 akhirnya tayang juga di bioskop. Tepatnya kemarin, pada tanggal 17 April 2024, film Dua Hati Biru tayang di seluruh bioskop Indonesia.

Bagi penonton yang sudah menonton film sebelumnya, yaitu Dua Garis Biru yang tayang pada tahun 2019, pasti akan antusias menantikan film Dua Hati Biru. 

Film perdananya, Dua Garis Biru layak mendapatkan banjir pujian. Tidak hanya sekadar film biasa, tetapi memberikan tontonan edukatif khusunya kepada para penonton remaja.

Kabar film Dua Garis Biru akan melanjutkan kisahnya dalam Dua Hati Biru sudah ramai diperbincangkan sejak awal tahun 2024. Tepatnya pada saat aktor utama pria, Angga Yunanda, membagikan kegiatan film terbarunya sebagai isyarat bahwa kisah Bima dan Dara akan berlanjut. 

Dua Hati Biru(2024). (Sumber: youtube.com/StarvisionPlus via kompas.com) 
Dua Hati Biru(2024). (Sumber: youtube.com/StarvisionPlus via kompas.com) 

Sebagai penonton film Dua Garis Biru yang begitu puas dengan buah karya Sutradara dan Penulis Gina S.Noer ini, saya turut membagikan kabar bahagia ini. Tepatnya awal Maret 2024, saya menulis artiket terkait film terbaru ini. Sebagai informasi kepda pembaca setia Kompasiana terkait rekomendasi film di bulan April 2024.

Dalam artikel tersebut, saya mendapat komentar dari salah satu pembaca yang belum sempat menonton film Dua Garis Biru. Mungkin hanya membaca sekilas dari artikel yang saya tulis terkait gambaran umum alur cerita Dua Garis Biru. 

Pembaca tersebut berkomentar bahwa film tersebut harus ditonton penuh kehati-hatian karena khawatir memberikan dampak buruk terhadap remaja dalam membangun pergaulan. 

Justru, film Dua Garis Biru memberikan edukasi terkait bahayanya dari pergaulan bebas. Bima dan Dara yang masih berseragam putih abu, menjalani romansa anak SMA. Sampai akhirnya mereka melewati batas yang membuat kehidupan mereka berubah seratus delapan puluh derajat.

Film Dua Garis Biru sama sekali tidak membenarkan perbuatan dua sejoli Bima dan Dara. Keduanya harus bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka perbuat. 

Mereka harus mengalami pernikahan dini yang nampak terlihat baik-baik saja, tetapi malah menambah konflik baru. Keduanya belum siap membangun rumah tangga. Dara dikeluarkan dari sekolah. Sedangkan Bima menjadi sering bolos sekolah karena sibuk bekerja.

Tidak hanya kehidupan mereka saja yang berubah, tetapi berisiko tinggi bagi kesehatan Dara. Dara yang masih berumur tujuh belas tahun, harus mengandung dalam keadaan yang belum siap secara fisik. Membuat nyawanya terancam sampai berdampak pada pengangkatan rahim pasca melahirkan.

Film kelanjutannya yang diberi judul Dua Hati Biru menjawab ending dari kisah Bima dan Dara. Dalam film Dua Garis Biru, penonton dibuat kebingungan dengan kelanjutan rumah tangga Bima dan Dara. 

Pasca melahirkan, Dara terbang ke Korea untuk melanjutkan pendidikannya. Sedangkan anak mereka yang diberi nama Adam, dibesarkan oleh keluarga Bima. 

Tidak ada kejelasan apakah keduanya tetap terjalin hubungan suami istri atau hanya sekadar berkomunikasi untuk keperluan anak saja. Atau justru Dara benar-benar pergi selamanya dari kehidupan Bima dan Adam.

Lewat film Dua Hati Biru, penonton akan mendapatkan jawabannya. Sejauh apapun jarak yang memisahkan antara Ibu dan anak, tidak akan menggoyahkan hati nurani Ibu. Dara tetap berkomunikasi dengan Bima untuk membesarkan anak mereka. 

Keduanya tetap terjaga pada ikatan suami istri meski jarak memisahkan. Keduanya sedang sama-sama bersiap dengan versinya masing-masing untuk membangun keluarga kecil mereka. Sampai akhirnya Dara merasa sudah siap untuk memulai kehidupannya bersama Bima dan Adam setelah empat tahun menyelesaikan kuliahnya di Korea.

Aisha Nurra Datau dalam film Dua Hati Biru.(Sumber: KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN) 
Aisha Nurra Datau dalam film Dua Hati Biru.(Sumber: KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN) 

Sebelum memulai memberikan review, perlu informasi tambahan bahwa ada perubahan pemain utama peremuan. Dalam film Dua Biru, Dara diperankan oleh Adhisty Zara yang merupakan mantan personel JKT48. Sedangkan dalam film Dua Hati Biru, peran Dara dibawakan oleh Nurra Datau. 

Pergantian peran Dara tentu mengandung pro kontra. Mengingat akting Adhisty Zara terbilang berhasil dan sangat melekat sebagai sosok Dara dalam film Dua Garis Biru. 

Namun, Nurra Datau juga sangat menjanjikan meski terbilang baru dalam dunia seni peran. Nah, sebelum memberikan komentar terkait ini, simak terlebih dahulu sinopsis singkat dari film Dua Hati Biru.

Film Dua Hati Biru menceritakan pulangnya Dara dari Korea ke Indonesia. Dara disambut meriah oleh keluarganya. Termasuk oleh suaminya, Bima. Sayangnya, Adam tidak mengenali Dara. Meskipun mereka hampir setiap hari melakukan video call, Adam tidak mengenali sosok Ibunya. Sebagai anak kecil, ia berpikir bahwa Ibunya hanya ada dalam layar ponsel saja.

Tidak mudah bagi Dara untuk melakukan pendekatan kepada anaknya. Apalagi saat mertuanya ikut campur pada hubungan rumah tangga mereka. Perbedaan konsep parenting antara Dara dengan neneknya Adam, membuat Dara tidak betah tinggal di rumah Bima. Ia selalu disalahkan karena malam membuat Adam menangis yang meminta perlindungan dari neneknya.

Hal tersebut yang menjadi alasan untuk menyewa rumah sederhana di dalam kawasan pertokoan. Dara ingin hidup mandiri sehingga memutuskan untuk mengelurkan uang tabungannya. Sedangkan Bima mengikuti kemauan istirnya dengan syarat uang tersebut dianggap sebagai utang yang harus ia bayar kepada Dara.

Mulanya memang tampak menyenangkan. Dara bisa lebih leluasa untuk melakukan pendekatan dengan Adam. Namun ternyata, kondisi perekonomian keluarga kecil mereka begitu sulit. Mengingat pekerjaan Bima hanya sebagai penjaga playground di mall. 

Melihat kondisi ini, Dara memutuskan untuk kembali bekerja. Risikonya ia harus mengurangi waktunya bersama Adam. Adam selalu ikut Bima bekerja. Mengingat pekerjaan Bima lebih fleksibel dibandingkan Dara yang kerja kantoran.

Tidak mudah bagi keduanya yang sedang sama-sama belajar menjadi sepasang suami istri sekaligus orangtua yang terbaik untuk Adam. Keduanya kerap adu mulut. Membuat Adam menjerit ketakutan melihat pertengkaran keduanya orangtuanya. Adam baru berumur empat tahun. Masih terlalu kecil untuk melihat keributan di rumahnya sendiri.

Bima merasa tidak dihargai sebagai seorang suami. Perannya sebagai tulang punggung keluarga seperti digantikan oleh Dara yang bekerja pagi sampai petang untuk keluarga mereka. Bima merasa keduanya sudah tidak seimbang. Dara terlalu sulit digapai untuk Bima.

Sedangkan Dara merasa dirinya tidak berguna dalam keluarga yang sedang ia bangun. Padahal selama empat tahun, hubungannya dengan Bima baik-baik saja meski ia berada di Korea. Tetapi justru saat mereka kembali bersama, Adam terlihat tidak bahagia karena harus melihat pertengkaran mereka. 

Dara juga kecewa dengan sikap Bima yang terlihat santai dalam mencari potensi diri. Padahal dirinya mati-matian sampai ke Korea untuk memberikan kehidupan yang baik terkhusus untuk Adam.

Konflik semakin memanas karena mereka berada di bawah tekanan konflik keluarga masing-masing. Dara harus mempersiapkan diri menyaksikan perceraian kedua orangtuanya. Belum lagi memberikan hiburan kepada adik perempuannya yang merasa sendirian imbas dari perceraian itu.

Bima terus menerus menasihati bapaknya yang sakit-sakitan. Bapaknya sering ngeyel dan tidak mau mendengar nasihat dokter. Membuat Bima begitu ekstra menasihatinya. Sampai akhirnya sang bapak drop dan harus segera dioperasi.

Film Dua Hati Biru. (Sumber: kincir.com)
Film Dua Hati Biru. (Sumber: kincir.com)

Bergantinya peran Dara yang kini dibawakan oleh Nurra Datau ternyata keputusan yang tepat. Tidak terlalu buruk. Selama menonton film ini, penonton seketika lupa dengan Dara versi Adhisty Zara. 

Perubahan ini ternyata tidak berdampak buruk atau terkesan aneh. Nampak baik-baik saja dan tidak merasa kehilangan sosok Dara yang biasanya dibawakan oleh Adhisty Zara.

Nurra Datau berhasil tampil apik dengan porsi yang pas. Tidak berlebihan dan tidak juga kurang. Terbilang bisa mengimbangi pendahulunya, Adhisty Zara.

Menurut kacamata saya pribadi, yang membuat film Dua Hati Biru tidak kehilangan nyawanya meski peran Dara digantikan, itu karena pembawaan Angga Yunanda yang selalu sukses berperan sebagai Bima. 

Sepanjang karier Angga Yunanda dalam sinetron ataupun layar lebar, ia paling sukses membawakan peran Bima. Bima yang dekil, santai, hidup di gang semping, tetapi penuh tanggung jawab besar begitu terlihat dari pembawaan Angga. Tak perlu banyak gesture atau dialog, Angga cukup mengeluarkan sorotan mata mautnya. Sudah tergambar jelas pembawaannya sebagai Bima.

Keterlibatan peran baru, yaitu Farrel Rafisqy dan Keanu Angelo memberikan warna komedia yang segar. Farrel yang berperan sebagai Adam tampil menjadi sorotan berkat kelincahannya yang bikin gemas. 

Tidak seperti sedang akting, Farrel tampil natural layaknya anak Bima dan Dara dengan kepolosan dan tingkahnya yang lucu. Nyaris sempurna dan berpotensi besar memborong penghargaan untuk kategori anak-anak.

Selebgram ternama Keanu Angelo tampil nyentrik dan super lucu. Terlihat klop saat satu frame dengan Angga dan Farrel. Berperan sebagai sahabat Angga yang turut memberikan banyak nasihat kepada Bima. Nasihat yang diberikan bukanlah nasihat penenang sementara. Justru nasihatnya menunjukkan kepedulian kepada sahabatnya.

Kehadiran Farrel dan Keanu menambah warna komedi. Dalam film sebelumnya, unsur komedi hanya ditampilan tipis sekali. Namun dalam film Dua Hati Biru, kelincahan Farrel dan Keanu berhasil bikin ngakak seluruh penonton. Satu studio kompak terpingkal-pingkal melihat aksi mereka berdua.

Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, dan Keanu Angelo dalam film Dua Hati Biru. (Sumber: KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN) 
Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, dan Keanu Angelo dalam film Dua Hati Biru. (Sumber: KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN) 

Sayangnya dari sisi sinematografi mengalami penurunan. Penonton tidak lagi dimanjakan dengan nuansa warna-warni yang disuguhkan pada film sebelumnya. Bukan berarti buruk. Tetap ada unsur kontrasnya, tetapi terkadang terlihat redup. Seperti ingin menggambarkan bahwa kehidupan tak selalu penuh warna. Konflik yang dihadapi Bima dan Dara terlihat lebih redup untuk pemilihan warna latar mereka.

Selalu saja Gina S. Noer tak pernah bermain-main dalam menggarap filmnya. Apalagi film Dua Garis Biru yang penuh dengan makna dalam setiap adegan. Sampai properti yang hanya sekadar terpajang saja memiliki makna yang mendalam.

Lagi-lagi, value tersebut terulang dalam film Dua Hati Biru. Penonton harus lebih seksama melihat segala unsur yang tergambar dalam frame. Mulai dari intrepretasi ikan yang berenang dalam akuarium. Sampai balon berbentuk ikan yang terbang dengan sendirinya.

Perlu dicatat bahwa lagi-lagi film ini tidak hanya sekadar film hiburan biasa. Justru ingin memberikan edukasi kepada penontonnya. Lagi-lagi menggambarkan dampak pernikahan dini dan atau hamil di luar nikah. Pengangkatan harim membuat Dara tidak seperti dulu lagi. Apalagi ketika ia akan melayani suaminya.

Pernikahan di usia muda juga tergambarkan konfliknya dalam film ini. Kesulitan ekonomi, sampai tingkat keegoisan masing-masing yang selalu ingin mengendalikan semuanya dengan cara masing-masing. 

Kurangnya komunikasi antara suami dan istri. Belajar parenting tidak hanya dibebankan kepada perempuan saja, tetapi lelaki juga harus belajar parenting. Sampai isu parenting terkait peran orangtua untuk mau meminta maaf kepada anaknya.

Yang paling membuat saya tertegun justru konflik di sekeliling Bima dan Dara. Konflik orangtua mereka masing-masing. Para nenek dan kakek yang ternyata juga harus siap dengan kehadiran sang cucu. Namun di sisi lain, mereka yang sudah berpengalaman harus memberikan kepercayaan kepada anak-anak mereka dalam membesarkan anaknya sendiri.

Kadang kita juga lupa untuk melakukan pendekatan antara mertua dengan menantu. Mertua yang terus menyalahkan menantunya. Terus menerus mencari dan membicarakan kekurangan sang menantu. Lalu menantu yang merasa tidak diberikan kepercayaan penuh dalam merawat anaknya sendiri. Selalu mendapatkan campur tangan dari mertunya.

Padahal, mereka bisa saling kompak dengan mau menurunkan ego masing-masing. Mertua yang sadar dengan batasannya dan mau untuk memberikan kepercayaan. 

Menantu yang mau untuk memahami dan sesekali tidak gengsi meminta bantuan mertua. Keduanya bisa saling mengucapkan maaf dan terima kasih dari hati ke hati. Saling memuji satu sama lain.

Bima dan Dara memang sepasang suami istri yang banyak kekurangan. Terlebih mereka tumbuh dalam kondisi keterpaksaan imbas pergaulan bebas. Namun keduanya mau untuk tumbuh bersama. Berproses bersama.

Dara yang memutuskan untuk menabung kerinduannya demi masa depan cerah anaknya. Rela berkorban apapun untuk anaknya. Sedangkan Bima sebagai laki-laki yang sedari awal paling bersalah dalam kasus ini. Ia tidak mau lagi melakukan kesalahan dengan tidak menunjukkan rasa tanggung jawabnya. Sampai akhir, sampai kapanpun, Bima tidak pernah lari dari masalah.

Tidak pernah kabur dari kesalahan yang telah ia perbuat. Meski dengan derai air mata, ia menunjukkan komitmennya untuk bertanggung jawab sepenuhnya kepada Dara yang pernah ia renggut kehormatannya.

Film Dua Hati Biru. (Sumber: Instagram/duahatibiruofficial)
Film Dua Hati Biru. (Sumber: Instagram/duahatibiruofficial)

Dalam hidup, apapun peran kita haruslah terus belajar. Semua orang di muka bumi ini baru pertama kali mengalami momentum atau peristiwa baru dalam hidupnya. Menjadi istri, suami, kakek, nenek, mertua, menantu, orangtua, tante, kakak atau adik ipar, dan perananan lainnya. Semuanya sama-sama belajar sepanjang hidup. Semuanya sama-sama belajar menjadi keluarga yang sempurna dan terbaik sepanjang hidup. Meski kesempurnaan tidak akan pernah tergapai secara utuh. Setidaknya mereka sudah melakoni perannya dengan sebaik-baiknya.

Bagi penonton yang belum menonton film Dua Garis Biru, alangkah lebih lengkap jika menontonnya terlebih dahulu. Sebelum memutuskan untuk menonton film Dua Hati Biru. Meski sebenarnya masih bisa mengikuti karena konfliknya terbilang baru. Namun, akan lebih sempurna jika sudah berkenalan dengan karakter Bima dan Dara pada saat zaman SMA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun