Tidak hanya menceritakan kisah tobatnya, Yanto juga menceritakan masa kelamnya selama 5 tahun menjadi waria. Bermula dari rasa sakit hati sekaligus patah hatinya karena putus dari cinta pertamanya.Â
Ia juga hidup dalam keluarga yang tidak utuh. Ia hidup seorang diri karena orang tua angkatnya sudah meninggal dunia.Â
Tak mau hidup sendirian, Yanto mencari Ayah kandungnya yang beralamat Indramayu. Bukannya mendapatkan kasih sayang yang ia harapkan dan butuhkan, ia malah tidak diakui oleh ayahnya sendiri.Â
Permasalahan hidup yang ia hadapi membuat dirinya terjerumus dalam dunia kelam. Tak mudah baginya memutuskan untuk menjadi waria. Ia bahkan menceritakan kisah penipuan yang memilukan.
Beruntungnya Yanto masih tersadar berkat menonton film Siksa Neraka. Film itu terus menghantuinya sampai terbawa mimpi. Sampai akhirnya ia memutuskan potong rambut setelah terbangun dari mimpi buruknya.
Lewat kisah ini, kita bisa melihat bahwa hidayah bisa datang dari mana saja dan kapanpun. Bahkan hanya dari sebuah film.Â
Mungkin ada yang beranggapan bahwa menonton film hanya buang-buang waktu dan uang saja. Padahal, banyak sekali film-film Indonesia yang memberika pesan mendalam kepada penontonnya. Tak jarang pula ikut memberikan pengaruh pada perilaku, sikap, ataupun cara pandangnya ke arah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H