Tema artikel kali ini cukup menggelitik. Ditambah lagi saat membaca artikel dari teman-teman penulis Kompasiana. Berbagai judul bertebaran dalam kolom kategori Ramadan.
Saya mencoba menelaah satu persatu artikel dengan tema yang serupa di Kompasiana. Rata-rata enggan atau bahkan tidak bisa melakukan puasa media sosial.
Tentunya dengan berbagai alasan. Mengingat media sosial sudah seperti teman dari bangun tidur sampai menjelang tidur.
Khusunya generasi Z yang segala kehidupannya tak lepas dari campur tangan atau kontribusi media sosial. Rasanya gatal kalau belum scroll media sosial. Telat beberapa menit saja seperti ketinggalan banyak informasi. Bahasa kerennya yang dipakai anak muda zaman sekarang adalah kudet (kurang update).
Memang tidak mudah untuk lepar dari media sosial. Apalagi jika segala relasi pertemanan sampai pekerjaan berasal dari media sosial.
Berbagai kepentingan dan manfaat bisa kita dapatkan dari media sosial. Menambah relasi, menyabarkan informasi lebih cepat, sampai mendapatkan informasi dengan mudah.
Banyak juga yang mendapatkan uang dari media sosial. Membuka endorse atau bergabung dengan affiliate e-commerce.
Sebenarnya, media sosial memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya yang bijak dalam memanfaatkannya. Menambah teman baru, berkabar dengan teman lama, sampai membuka peluang-peluang cuan.
Tidak hanya itu, media sosial juga bisa sebagai teman manusia yang dalam dunia nyatanya sulit bergaul. Mungkin ada di antara kita yang kesulitan untuk berinteraksi secara langsung dengan sekeliling. Tetapi saat di dunia maya, kita bisa dengan mudah mengekspresikan diri kita sendiri. Tanpa rasa malu. Tanpa ada kekhawatiran akan dianggap aneh.
Hal tersebut yang memicu sebuah keadaan, "Anaknya asyik di media sosial. Tapi di dunia nyata gak gaul." Fenomena itu sering terjadi di kalangan anak muda.