Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Libatkan Si Kecil Saat Membuat Kue Lebaran

21 Maret 2024   07:00 Diperbarui: 30 Maret 2024   02:58 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusrasi kue cokelat choco crunch tanpa oven. (Dok. Shutterstock/Fillah Alfatih via kompas.com) 

Iklan bahan-bahan kue sudah berseliweran memenuhi layar kaca televisi. Ibu-ibu sudah mulai mencatat kue kering apa saja yang akan dibuat untuk merayakan hari Lebaran.

Bosan dengan resep kue kering yang hanya itu-itu saja, membuat para Ibu-Ibu ingin melakukan eksperimen sekaligus berinovasi untuk membuat kue lebaran yang berbeda dari tahun sebelumnya. Biasanya akan mulai menjelajahi resep kue kering untuk lebaran dalam kolom pencarian Google.

Adapula yang mencari resep kue kering di YouTube. Berharap menemukan video menarik dan menginspirasi untuk membuat kue lebaran.

Ibu-ibu muda biasanya lebih tertarik mencoba resep kue kering yang sedang viral. Menjelang lebaran, berbagai resep kue kering bermunculan. Konten-konten membuat kue kering berseliweran di TikTok. Tidak ada salahnya juga untuk mencoba.

Selain itu, adapula yang meminta resep kepada teman. Teringat pada kue kering tahun lalu yang rasanya enak saat dicicipi. Meminta resepnya kepada teman untuk mempraktekkan langsung membuat kue kering itu.

Belum mencapai pertengahan bulan suci Ramadan, aroma kue kering khas lebaran sudah mulai tercium sampai rumah. Nampaknya para tetangga sudah lebih dulu mencuri start untuk memulai membuat kue lebaran.

Kue kering khas lebaran seperti nastar, putri salju, sagu, kacang, cokelat, kastengel atau keju, semprit, lidah kucing, tambang, dan masih banyak lagi yang selalu memenuhi meja ruang tamu. 

Setiap rumah menyediakan kue khas lebaran untuk disantap oleh tamu yang datang berkunjung. Rasanya selalu kurang lengkap jika momentum lebaran tidak dilengkapi dengan sajian kue kering khas lebaran.

Ilustrasi kue kering yang sering hadir saat Lebaran. (Sumber: Dok. Shutterstock/Rido Fadilah via kompas.com) 
Ilustrasi kue kering yang sering hadir saat Lebaran. (Sumber: Dok. Shutterstock/Rido Fadilah via kompas.com) 

Bagi sebagian orang, khususnya kaum hawa, membuat kue adalah hal yang menyenangkan. Seperti menciptakan suatu karya dengan harapan akan berakhir dengan memuaskan. Apalagi ketika mendapatkan pujian dari banyak orang yang mencicipi hasil akhir. Semakin semangat untuk terus belajar membuat kue.

Sedari kecil, penulis selalu dilibatkan dalam membuat kue kering khas lebaran. Diberi tanggung jawab untuk pekerjaan sederhana yang dapat dilakukan anak-anak. Seperti menaburi keju di atas adonan yang sudah dicetak, ataupun memoles adonan yang sudah dicetak dengan kuning telur.

Biasanya, orangtua akan membagi-bagi tugas saat membuat kue. Misalnya Ayah konsentrasi dengan pekerjaan bagian memanggang. Sedangkan Ibu yang lebih rapi dan teliti sehingga ditempatkan pada bagian mencetak adonan. 

Kakak pertama yang memasukan kue yang sudah matang ke dalam toples. Anak kedua diberi tugas lebih ringan yang menpercantik adonan sebelum dipanggang. Sedangkan anak terakhir, bagian icip-icip kue yang sudah matang karena masih belum ikut puasa.

Momentum indah itu membuat saya terbiasa membuat kue lebaran setiap tahun. Tak sadar bahwa aktivitas sederhana itu justru membangun suasana hangat dan kebersamaan yang selalu dirindukan. Menciptakan kekompakan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu kue lebaran yang lezat.

Sayangnya, tidak semua merasakan momentum hangat itu. Penulis ingat ada teman sewaktu SD yang sangat ingin merasakan membuat kue bersama orangtuanya. 

Kebiasaan di keluarganya adalah membeli kue lebaran yang sudah jadi yang dijual di supermarket atau toko kue ternama. Ibu dan Ayahnya sama-sama sibuk karena urusan pekerjaan. Sehingga mereka memilih untuk membeli kue saja daripada membuatnya dari nol.

Setelah mengetahui itu, usai libur lebaran, saya selalu membawa bekal kue kering lebaran yang dibuat di rumah. Tentunya agar teman saya ikut mencicipi kue lebaran ala rumahan. 

Saya masih teringat pada matanya yang berbinar saat menyantap kue nastar dengan lahap. Katanya, kue lebaran yang dibuat ala rumahan jauh lebih enak daripada yang dibeli oleh orangtuanya.

Tidak hanya kesibukan yang menjadi alasan tidak menciptakan suasana hangat membuat kue lebaran bersama keluarga. Sebenarnya ada keluarga yang membuat kue lebaran sendiri, tetapi enggan untuk melibatkan anaknya dalam proses pembuatannya.

Aneka kue kering khas lebaran. (Sumber: DOK. SHUTTERSTOCK via kompas.com) 
Aneka kue kering khas lebaran. (Sumber: DOK. SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Tentu alasannya adalah karena tidak mau ribet dan tidak ingin gagal membuat kue. Banyak tangan apalagi tangan anak-anak yang terlibat, terkadang membuat rasa kue tidak sesuai dengan harapan. 

Semuanya memang kembali pada tujuan awal. Ingin membuat kue lebaran yang enak atau ingin menciptakan suasana kebersamaan dengan membuat kue bersama-sama.

Padahal, banyak sekali manfaat yang didapatkan dari melibatkan anak dalam membuat kue. Untuk anak yang masih berusia 1 sampai 3 tahun, ia akan belajar mengenal tekstur dari bahan-bahan kue. 

Si kecil yang sedang ada di fase ingin mengetahui banyak hal, memiliki rasa penasaran yang tinggi. Biasanya dia akan aktif menjelajahi apa saja yang dapat digenggam. 

Ibu bisa mengajaknya untuk mempersiapkan bahan-bahan pembuat kue sembari mengenalkan tekstur dari bahan-bahan tersebut. Tekstur kasar, halus, cair, padat, serbuk, licin, dan lengket. Biarkan si anak memegangnya agar melatih indera perabanya. Sembari mengenalkan kosakata baru untuknya.

Untuk anak yang sudah lebih mengerti dalam membuat kue, ia akan belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri. Ibu yang memberikan tugas kepadanya untuk hal sederhana dalam membuat kue adalah hal yang baru sekaligus tanggungjawab baru. Dengan begitu, ia merasa percaya diri karena diberi tugas itu dan perlahan yakin melakoni tugasnya.

Selain itu, si kecil belajar untuk mendengarkan arahan dari sang Ibu. Dengan begitu, kedisiplinan dan ketelitian akan terlatih.

Paling utama adalah memperkuat ikatan orangtua dengan anak. Anak akan banyak berbicara dalam proses pembuatan kue. Orangtua akan lebih mengenal karakter sang anak. 

Apalagi usia anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan adalah masa-masa yang tidak pernah terulang lagi. Jangan sampai menyesal karena tidak pernah menyempatkan waktu untuk beraktivitas dengan anak.

Ilusrasi kue cokelat choco crunch tanpa oven. (Dok. Shutterstock/Fillah Alfatih via kompas.com) 
Ilusrasi kue cokelat choco crunch tanpa oven. (Dok. Shutterstock/Fillah Alfatih via kompas.com) 

Selain dari kesibukan dan khawatir anak akan merecokkan pembuatan kue, orangtua enggan melibatkan karena memiliki persepsi bahwa membuat kue membutuhkan biaya yang mahal. Padahal, banyak sekali resep kue lebaran dengan budget yang super ekonomis. Bahkan super mudah gak pakai ribet karena tanpa memerlukan alat pemanggang atau oven.

Misalnya saja yang paling mudah adalah membuat kue cokelat dengan mencampurkan bahan-bahan yang sudah jadi dan dapat dibeli di supermarket terdekat. Hanya dengan biskuit atau choco crunch, cokelat batang, dan meses warna-warni saja sudah bisa disulap menjadi sajian menarik mengisi toples di ruang tamu.

Cokelat batang tinggal dilelehkan terlebih dahulu. Setelah itu, biskuit atau choco crunch yang sudah dipersiapkan diselumuti oleh cokelat yang mencair itu. 

Untuk mempermanis, hiasi dengan meses warna-warni di atasnya. Tanpa perlu dipanggang dalam oven, kue cokelat akan mengeras dengan sendirinya. Anak-anak akan merasa senang karena ikut dilibatkan dalam membuat kue lebaran yang sederhana.

Jika memang khawatir malah membuat rasa kue jadi kurang enak, orangtua dapat membuat kembali. Dalam artian pada saat dengan anak, hanya membuat kue dalam porsi kecil saja. Yang terpenting, si anak sudah merekam momentum hangat itu dalam ingatannya yang akan menjadi kenangan terindah sepanjang hidupnya.

Setelah membuat kue kering bersama anak, beri contoh kepada anak dengan berbagi hasil kue itu dengan kerabat terdekat. Jika memang sang anak mau ikut berbagi, biarkan ia untuk memberi hasil kue buatannya sendiri kepada teman terdekatnya.

Ilustrasi kue kering cokelat tanpa oven. (Sumber: PIXABAY/JARMO LARSEN via kompas.com) 
Ilustrasi kue kering cokelat tanpa oven. (Sumber: PIXABAY/JARMO LARSEN via kompas.com) 

Penyesalan selalu datang terakhir. Sebelum terlambat, ciptakan kebersamaan dengan anak sebanyak-banyaknya. Biarkan ia tumbuh dengan penuh kenangan manis yang tercipta bersama orangtuanya. Sibuk dengan pekerjaan memang hal yang lumrah, tetapi bukan berarti meninggalkan peran menjadi orangtua. 

Momentum menjelang lebaran menjadi sangat tepat untuk dimanfaatkan dengan kegiatan yang positif bersama keluarga. Membuat kue dapat dilakukan saat hari libur ataupun mengisi waktu ngabuburit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun