Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sudahkah Kamu Bersyukur Hari Ini?

11 Maret 2024   17:15 Diperbarui: 11 Maret 2024   17:22 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersyukur. (Sumber: Freepik/suwant via kompas.com) 

Melihat rumput tetangga, selalu saja terlihat lebih hijau dibandingkan dengan rumput yang kita miliki di halaman rumah. Begitupula dengan segala pencapaian yang telah kita raih selalu saja tak sebanding dengan pencapaian orang lain.

Selintas mungkin akan terasa iri hati melihat pencapain orang lain. Ditambah lagi dengan membandingkan diri sendiri dengan kemampuan yang dimiliki orang lain. 

Timbul pertanyaan-pertanyaan yang seolah mempertanyakan makna keadilan yang sebenarnya. "Kenapa dia bisa sehebat itu?" atau "Mengapa dia yang mencapai itu? Padahal saya lebih berkompeten dan sudah berjuang dengan keras." Dan sederet pertanyaan lainnya yang terlintas dalam benak.

Biasanya perasaan itu sering muncul ketika tidak sengaja melihat live update seseorang di media sosial. Niat ingin berselancar di media sosial untuk mendapatkan hiburan, eh malah harus menelan ludah menyaksikan teman terdekat yang pamer pencapaiannya.

Seseorang yang menanggapi hal tersebut dengan positif, akan menjadikan perasaan tidak nyaman itu menjadi sebuah motivasi. Yang mulanya mempertanyakan mengapa orang lain bisa mencapai itu, berubah menjadi sebuah keyakinan bahwa diri sendiri juga mampu untuk mencapai itu bahkan lebih. Dalam hatinya, akan ada sebuah bisikan, "Jika dia bisa, maka saya juga pasti bisa. Toh kami sama-sama makan nasi."

Berbanding terbalik dengan seseorang yang malah menikmati perasaan tidak nyaman setelah melihat pencapaian orang lain. Biasanya malah terkekang dalam pikiran negatif yang terus menerus mempertanyakan takdir. Tak jarang pula malah semakin beranak dengan menyalahkan berbagai pihak atas keberuntungan hidup yang tak kunjung tiba.

Sebenarnya semua perasaan negatif itu akan sirna jika kita punya rasa syukur yang luas. Rasa syukur atas segala nikmat yang ada dibarengi dengan selalu merasa cukup atas apa yang bisa didapatkan untuk saat ini.

Sejatinya, kita tidak pernah tahu bagaimana proses orang lain untuk sampai di masa jayanya. Tidak ada yang mudah dalam hidup. Sekalipun memiliki banyak hak istimewa. Tetap saja ada pengorbanan keringat, waktu, dan tenaga.

Ibaratnya seperti menaiki anak tangga untuk menuju lantai paling atas. Semua orang harus melewati anak tangga satu persatu. Tidak ada yang tiba-tiba berada di puncak kejayaannya.

Apa yang kita lihat di media sosial hanyalah sebuah pencapaian seseorang sebagai bentuk apresiasi pada diri. Sedangkan prosesnya tak perlu untuk diketahui publik. Apalagi untuk adegan sulit. Mustahil rasanya ada yang secara sadar untuk membagikan keadaan sulitnya kepada pengikutnya di media sosial.

Untuk dapat memaknai rasa syukur, bisa dilakukan dari hal terdekat yang dirasakan setiap hari. Seperti bisa menghirup udara yang segar di pagi hari atau menikmati kopi favorit di sore hari.

Terkadang, kita malah bingung sendiri untuk memulai rasa syukur dari sisi sebalah mana. Padahal, dapat membaca artikel inipun bisa dibarengi dengan rasa syukur. Bersyukur karena memiliki kesempatan untuk belajar membaca sampai akhirnya menjadi mahir membaca. Tidak hanya bisa mengeja, tetapi juga dapat menafsirkan isi bacaan dengan mudah.

Tak lupa juga dengan bersyukur diberi penglihatan yang sehat sehingga dapat membaca artikel ini. Meskipun misalnya harus dengan bantuan kaca mata, tetap harus disyukuri karena tidak semua orang dapat membeli fasilitas penunjang.

Bersyukur pula atas kesehatan yang membuat masih diberi kesempatan untuk hidup sehingga dapat membaca artikel ini. Masih diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas-aktivitas positif di dunia. Apalagi mengingat orang-orang terdekat yang sudah terlebih dahulu pulang kepada-Nya.

Untuk dapat membiasakan diri bersyukur dari mulai hal-hal kecil ataupun besar, kita dapat me-review kegiatan apa saja yang dilakukan di hari ini. Misalnya menjelang tidur, biarkan tubuh sejenak mengingat satu per satu kegiatan yang dilakukan hari ini.

Setelah mengingat semuanya, selalu mengucap rasa syukur atas segala kegiatan hari ini yang dapat dilewati. Bisa juga dengan mencatatat pada ponsel atau buku catatan. Mencatat apa saja hal-hal yang patut disyukuri untuk hari ini.

Penulis pribadi sudah membiasakan kegiatan ini sejak awal tahun 2024. Biasanya dicatat dalam ponsel terkait tiga hal yang disyukuri hari ini. Tidak perlu yang muluk-muluk. Cukup hal-hal sederhana saja yang dirasakan hari ini.

Catatan ini berfungsi sebagai pengingat untuk tetap bersyukur sekalipun dalam keadaan sulit. Jika keadaan memang sedang tidak bersahabat, saya pribadi selalu kembali membuka catatan ini. Membaca satu persatu dan berakhir simpulan bahwa masih banyak hal-hal yang patut disyukuri mulai dari hal-hal yang sederhana.

Misalnya saja catatan yang saya tulis beberapa hari yang lalu. Saya mencatat tiga hal yang saya syukuri hari itu. Mulai dari dapat berkomunikasi dengan teman lama via chatt WhatsApp, makan ayam goreng dengan sambal yang enak, dan mendapatkan suasana yang menyenangkan saat mengajar di kampus. Memang terdengar sederhana. Namun catatan ini sangat membantu pada saat mental yang tidak stabil.

Memasuki bulan Ramadan, sebagai umat muslim mari kita kembali memaknai bulan yang berkah ini dengan penuh rasa syukur. Bersyukur masih bisa merasakan Ramadan tahun ini. Bersyukur masih bisa menikmati suasana Ramadan dengan keluarga. Bersyukur atas segala nikmat yang menemani bulan Ramadan ini.

Rasa syukur akan mendatangkan ketentraman hati. Rasa syukur yang luas harus dibarengi dengan rasa sabar yang tak kalah luasnya. Rasa syukur sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta. 

Memulai hari dengan mengucap "Alhamdulillah". Rasa syukur masih bisa terbangun dengan selamat dari tidur di malam hari. Rasa syukur atas tidur yang nyenyak. Awalan rasa syukur menjadi penenang untuk memulai hari.

Dengan adanya bulan Ramadan ini, sudah sepatutnya kita kembali memaknai rasa syukur. Dengan mengisi kegiatan-kegiatan positif sampai ibadah yang hanya diperuntukkan kepada Allah semata. 

Yuk, perbanyak bersyukur lebih luas lagi! Sudahkah kamu bersyukur hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun