Perjalanan Ali dan Anna ke Yogyakarta begitu mereka nikmati. Ali mengajak Anna untuk singgah ke beberapa komunitas yang sama seperti Warung Seni. Anna mendapatkan pengalaman baru sekaligus membuka mata hatinya. Ia bisa menyaksikan sendiri bagaimana perusahaan keluarganya sangat memperlakukan tidak adil pada rakyat kecil hanya untuk kepentingan bisnis.
Ali dan Anna pun sampai ke rumah Kakak Anna yang bernama Ika. Ika memilih hidup bahagia dengan laki-laki pilihannya. Hidup penuh kesederhanaan dengan merawat berbagai binatang yang mereka rawat.
Tak mau mengganggu kebahagiaan sang Kakak, Anna mengajak Ali melanjutkan perjalanan entah ke mana. Yang terpenting, mereka harus terus sembunyi dari kejaran polisi, media, ormas, dan anak menteri yang mencari keberadaan mereka.
Mulanya, saya sama sekali tidak tertarik untuk menonton film Ali Topan. Meski saya tahu bahwa karakter Ali Topan sangat iconic pada masanya. Saya rasa, film ini hanya film romansa anak muda yang menye-menye saja.
Di luar ekspektasi, saya malah menikmati sampai akhir film Ali Topan. Salah satu faktor yang paling menarik perhatian adalah sosok karakter Ali Topan sebagai anak muda yang mencari kemerdekaan.
Ali Topan adalah sosok perlawanan yang  mau menolong orang kecil tanpa pandang bulu. Meski tampil urakan, Ali dan teman-temannya sering menolong orang-orang yang sedang kesusahan. Vokal membela rakyat yang tertindas dan tak berdaya.
Tampil sebagai generasi Z, Ali Topan memberi warna baru dan relate di kalangan muda saat kini. Di mana kini banyak konser amal serupa yang digelar seperti di Warung Seni. Menggambarkan anak skena zaman sekarang yang melakukan perlawanan terhadap penguasa.
Karakter Anna juga hadir sebagai generasi z yang mencari kebebasan. Masalah keluarga Anna ataupun Ali yang sering terjadi dan dikeluhkan oleh anak muda.
Tak hanya tokoh utama, karakter Boy yang diperankan oleh Axel Matthew memberikan sisi lain. Sebagai anak menteri, ia menerima seluruh hak istimewa yang dia dapatkan. Bahkan cenderung menyalahgunakan demi kepentingan pribadinya. Persis seperti fenomena anak pejabat yang saat ini tingkahnya sering ramai menjadi perhatian publik.
Jefri Nichol memang selalu tampil cemerlang membawakan karakter anak laki-laki nakal yang urakan. Ibaratnya, jika bukan Jefri Nichol, siapa lagi yang akan pantas membawakan karakter Ali Topan?