Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "No Way Up", Ketegangan Bertahan Hidup di Samudra Pasifik

6 Februari 2024   20:01 Diperbarui: 6 Februari 2024   20:16 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film No Way Up (2024). (Sumber: imdb.com)

Bosan dengan film lokal, kamu bisa menikmati film dari luar negeri yang sedang tayang di bioskop. Jika menyaksikan trailernya meski hanya sekilas saja, sudah dapat dipastikan penonton akan dibuat penasaran.

Fenomena kecelakaan pesawat menjadi salah satu hal yang ditakutkan. Apalagi untuk orang-orang yang terbiasa menumpangi pesawat terbang untuk urusan pekerjaan.

Tragedi hilangnya pesawat selalu menyita perhatian publik. Tidak hanya di negara yang menimpa tragedi itu, sampai negara-negara lainpun turut membantu pencarian.

Tidak hanya karena hubungan kerjasama antar negara, tetapi biasanya ada warga negara asing yang ikut serta dalam pesawat tersebut.

Sedih rasanya jika awalnya berniat untuk pergi liburan bersama keluarga ataupun berkunjung ke rumah saudara, malah harus terkena tragedi mengerikan ini.

Tidak ada yang bisa memprediksi. Tidak ada yang bisa menghindar. Dan tidak ada yang mau semua ini terjadi.

Banyaknya kegagalan pesawat tiba sampai ke tujuan, menjadi PR penting bagi para pakar yang konsentrasi pada ilmu pengetahuan terkait penerbangan. Menjadi tantangan sekaligus tanggung jawab besar untuk seminim mungkin menghindari sebuah kecelakaan.

Bukan hanya para ahli pencipta pesawat saja, tetapi para teknisi yang bertugas melakukan perawatan pesawat pun harus terus meningkatkan kemampuan dan kualitas. Ketelitian dan kecermatan harus dimiliki oleh para petugas teknisi.

Berkaitan dengan itu, saat ini sedang ada film yang mengangkat tema kecelakaan pesawat yang sedang tayang di bioskop Indonesia. Tepatnya sudah rilis sejak tanggal 02 Februari 2024.

Film No Way Up menjadi pilihan tepat bagi penonton yang bosan dengan film lokal yang dipenuhi dengan genre horor dan drama saja. Apalagi kecelakaan pesawat dalam film ini dipadukan dengan munculnya hewan buas yang semakin menambah ketegangan.

Film No Way Up disutradarai oleh Claudio Fah. Untuk naskahnya ditulis oleh Andy Mayson. Dengan produser ternama, David Brierley.

Dibintangi oleh Phyllis Logan, Colm Meaney, Will Attenborough, James Carroll Jordan, Jeremias Amoore, Sophie Mclntosh, Grace Nettle, Manuel Pacific, David Samartin, dan Scott Coker.

Sebelum memberikan review terkait film ini, simak terlebih dahulu sinopsis singkat dari film No Way Up.

Sebuah pesawat terbang menuju Meksiko dipadati oleh para penumpang dan kru pesawat. Para penumpang memiliki tujuan dan alasan keberangkatan yang berbeda-beda.

Misalnya saja ada sepasang kekasih bersama sahabatnya yang sengaja pergi ke Cabo Meksiko untuk pergi liburan. Begitu juga dengan para penumpang lainnya yang memiliki alasan beragam.

Penerbangan itu memang sudah menegangkan. Pesawat terbang dengan kondisi yang tidak mulus. Penumpang sering merasakan turbulensi ringan yang cukup membuat jantung ketar-ketir.

Tak hanya turbulensi, pesawat juga sempat menabrak segerombolan burung. Entang mungkin isyarat alam, atau memang hanya kebetulan saja.

Tiba-tiba, mesin pesawat terbakar. Membuat kru kewalahan dan panik mengendalikan pesawat dan kondisi penumpang. Penumpang semakin takut dengan kondisi mesin pesawat yang mengeluarkan api.

Api itu menghanguskan sebagian badan pesawat. Membuat pilot tak bisa mengendalikan pesawat. Pesawat itu terlihat akan jatuh dan tak bisa dihentikan oleh pilot.

Naasnya, pesawat itu jatuh ke Samudra Pasifik. Tepatnya ke dasar laut Pasifik. 

Beberapa penumpang ada yang terjauh ke luar dari pesawat. Ada pula yang terjebak di dalam pesawat.

Keajaiban seolah menyelimuti sebagian penumpang. Meski sudah terjatuh ke dasar laut yang sangat dalam, masih ada penumpang yang bertahan dan selamat dari insiden mengerikan itu.

Mereka terdiri dari pasangan kekasih dan sahabatnya, seorang bodyguard, kru kabin pesawat, beserta nenek dan cucunya.

Mereka saling membantu satu sama lin dengan terus bertahan dengan sisa-sisa kantong udara di bagian belakang pesawat. Beruntung, kantong udara itu belum terendam oleh air laut. 

Hal yang sulit untuk bertahan apalagi menyelamatkan diri dari situasi itu. Mereka harus memutar otak untuk menghemat sisa kantung udara. Mengendalikan napas dan emosi agar stabil dan tetap waras agar mampu berpikir jernih.

Menunggu pertolongan pun adalah hal yang mustahil. Pesawat jatuh tepat di samudra Pasifik yang entah pada kedalaman berapa. Sekalipun para tim penyelamat mengetahui kecelakaan itu, tidak mudah bagi mereka untuk menemukan titik pesawat jatuh dengan akurat.

Proses penyelamatan pun tidak akan mudah. Ke dalaman samudra Pasifik yang tak bisa dijangkau tanpa alat menyelam yang super canggih.

Para penumpang yang sedang mencoba bertahan dan menyelamatkan diri pun tak akan mampu untuk berenang sampai ke permukaan. Sekalipun misalnya mereka adalah seorang atlet renang atau penyelamatan profesional. Jika tanpa peralatan yang memadai, semuanya adalah hal yang mustahil.

Tidak hanya dikejar waktu karena sisa kantung udara yang menipis, mereka dikepung oleh segerombolan hiu ganas yang bersiap memangsa mereka. 

Hal yang paling menarik dari film ini adalah konflik cerita yang tidak hanya tentang tragedi pesawat jatuh saja. Tetapi para penumpang harus bertahan hidup dengan segala ancaman di dasar laut.

Mulai dari menghemat kantung udara, sampai bersembunyi dan melawan segerombolan hiu ganas. 

Sepanjang menonton film No Way Up, penonton dibuat tegang dengan hati yang tak bisa tenang. Penonton rasanya ikut terlibat dalam adegan itu. Napas pun malah ikut tidak teratur menyaksikan alur cerita yang mencekam.

Yang paling melengkapi ketegangan adalah audio yang disajikan kepada penonton. Suara dan musik yang dipakai dalam setiap adegan mencekam, menambah adegan semakin menegangkan. Bisa dikatakan bahwa efek ketegangan dalam film paling dominan berkat audio yang paling cemerlang menghidupkan suasana.

Sayangnya, film ini tidak dieksekusi dengan baik oleh para pemainnya. Akting para pemain kurang gereget dan tidak menghidupkan setiap adegan. 

Rasanya sayang sekali hal ini terjadi. Padahal, alur cerita sudah sangat oke dan audio pun sudah sangat mendukung suasana. 

Jika kamu adalah penonton yang senang dengan jalan cerita realistis, sepertinya tidak perlu menonton film ini. Penyelamatan diri dari para penumpang berakhir dengan sangat tidak realistis. Atau bisa dibilang di luar nalar.

Sebenarnya hal ini sudah berlangsung sejak konflik muncul. Tepatnya ketika pesawat jatuh ke dasar laut.

Ketika pesawat jatuh ke dasar laut Pasifik, beberapa penumpang selamat dengan kondisi sadar. Dalam artian mereka tidak pingsan.

Padahal kalau kita berpikir memakai akal sehat, sepertinya hal yang tidak mungkin menghadapi tragedi tersebut dalam keadaan sadar sampai akhir.

Sejak pesawat itu terjun bebas dari udara menuju laut, jantung manusia rasanya akan copot. Kalaupun tidak serangan jantung, minimalnya akan pingsan.

Menghadapi tragedi mengerikan yang baru pertama kali dirasakan manusia. Ditambah lagi jatuhnya ke dasar laut yang seluas samudra Pasifik. Hal yang tidak logis jika penumpang menyaksikan sampai pesawat itu terhenti di dasar laut.

Bahkan ketika segerombolan hiu menyerbu, para penumpang bertahan hidup dengan penyelamatan yang tidak logis. Melawan semua rintangan dan ancaman itu, tampak sebuah kemustahilan.

Namun kembali lagi bahwa ini adalah film semata. Dan memang inti ceritanya terletak pada aksi penyelamatan diri para penumpang. 

Seperti mimpi buruk dalam keadaan seperti itu. Bukan uji nyali atau uji jantung dengan menaiki wahana ekstrim di Dunia Fantasi, tetapi ini adalah kecelakaan pesawat yang jatuh ke Samudra dan harus bertemu dengan segerombolan hiu ganas.

Penonton disuguhkan dua pertanyaan saja. Apakah ada yang selamat? Dan jika ada, siapa yang selamat?

Jika jawabannya ada yang selamat, maka pertanyaan beranak menjadi tiga buah. Yaitu, bagaimana penumpang itu menyelamatkan diri?

Sebagai film yang bergenre thriller bercampur survival, film No Way Up sangat cocok untuk dinikmati bagi penikmat film yang memberikan efek tegang. Tidak hanya ketegangan, film ini pun memberikan efek kejut yang membuat napas semakin ngos-ngosan.

Nikmati film ini tanpa harus berkomentar ini itu. Apalagi pada alur cerita yang terlihat mustahil terjadi. Cukup dinikmati ketegangannya untuk menyelamatkan para penumpang dari tragedi mengerikan ini. 

Sebelum film ini turun layar karena akan ada beberapa film baru di minggu ini, sempatkan untuk menikmati film ini. Sudah tayang di seluruh bioskop Indonesia sejak 02 Februari 2024. 

Tunggu apa lagi? Ayo segera ke bioskop kesayangan Anda! Tambah seru jika dinikmati bersama-sama teman tercinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun