Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Sehidup Semati", Horornya KDRT yang Terbelenggu Patriarki

13 Januari 2024   10:00 Diperbarui: 13 Januari 2024   16:53 6691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Sehidup Semati (2024). (Sumber: Starvision via parapuan.co)

Merasa ada yang janggal, Renata memberitahu keresahannya kepada Edwin. Berharap Edwin bersimpati, memberikan solusi, ataupun hanya menjadi pendengar yang baik.

Namun semuanya tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ketika Renata memberitahu Edwin, suaminya marah dan malah berusaha mencekiknya. Edwin mengancam Renata untuk tidak mencampuri urusan kerjaannya, apalagi sampai masuk ke ruang kerjanya itu.

Teka-teki baru yang harus dipecahkan oleh Renata. Apakah sosok perempuan itu adalah benar-benar selingkuhan suaminya? Ataukah hanya imajinasi semata?

Asmara Abigail, Laura Basuki dan Ario Bayu dalam film Sehidup Semati (8/1/24).(KOMPAS.com/Revi C Rantung) 
Asmara Abigail, Laura Basuki dan Ario Bayu dalam film Sehidup Semati (8/1/24).(KOMPAS.com/Revi C Rantung) 

Untuk kualitas akitng para tokoh utama, tidak perlu ditanyakan lagi. Ketiganya tampil dengan memberikan kemampuan terbaiknya menjadi karakter masing-masing.

Ario Bayu yang diakhir tahun 2023 mendapatkan pujian atas kejeniusannya dalam serial Gadis Kretek (2023), kini kembali menunjukkan bahwa dirinya bukanlah aktor kaleng-kaleng. Tatapan matanya begitu seram pada saat mengancam Renata.

Sedangkan Laura Basuki dan Asmara Abigail tampil klop dalam adegan-adegan yang menceritakan kebersamaan mereka. Keduanya berhasil membuat penonton mengerti bahwa tokoh Renata dan Asmara memang memiliki prinsip dan karakter yang kontras berbeda.

Secara visual, film Sehidup Semati tampil dengan apik dan layak diacungi jempol dari sisi konsepnya. Seperti perbedaan warna yang dominan dalam beberapa adegan. Mulai dari dominasi warna biru tua yang membuat situasi Renata dan Edwin penuh kedinginan. Lalu menjadi merah dan berwarna ketika Renata bersama Asmara.

Perlu untuk diingat bahwa film ini menunjukkan adegan kekerasan secara vulgar. Mungkin jika ada yang punya trauma akan kekerasan, lebih baik tidak menonton film ini. Film ini akan memberikan perasaan tidak nyaman jika ditonton oleh seseorang yang memiliki luka akan kekerasan.

Meski begitu, film ini sudah berusaha sebaik mungkin untuk mencerahkan penonton untuk tidak terbelenggu dengan paham patriarki. Baik itu perempuan ataupun laki-laki, harus memahami bahwa KDRT tidak dibenarkan dengan alasan apapun.

Perempuan punya hak untuk tubuhnya sendiri. Termasuk melindungi dirinya sendiri apabila dirasa akan mendapatkan sentuhan fisik yang berlebihan dari orang lain, sekalipun itu suami sahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun