Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Ancika: Dia yang Bersamaku 1995", Pelabuhan Terakhir Dilan

12 Januari 2024   13:03 Diperbarui: 12 Januari 2024   13:03 4612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995 (Sumber: IMDb via Kompas.com) 

Meski sempat diremehkan karena tidak mampu menyaingi Iqbaal yang sudah melekat sebagai Dilan, Arbani dapat menepis segala cibiran itu. Dengan tanggung jawab dan tantangan yang besar menggantikan sosok Iqbaal Ramadhan, Arbani malah mendapatkan pujian karena berhasil membawakan karakter Dilan pada zaman kuliah.

Jika membaca review di beberapa media online, Arbani justru lebih menghidupkan karakter Dilan dibandingkan dengan Iqbaal. Meski begitu, sebenarnya tidak sepatutnya keduanya dibandingkan. Karena antara Dilan pada zaman SMA dan kuliah memiliki karakter yang berbeda.

Dilan di zaman SMA masih terbelenggu dengan pikiran remaja yang memiliki sisi egois untuk menunjukkan jati dirinya dan ingin melakukan apapun yang ia mau. Berbeda dengan Dilan saat kuliah, yang menunjukkan sisi kedewasaannya dan belajar untuk mau meminta maaf.

Pada saat bersama Milea, Dilan enggan untuk meminta maaf meskipun dia tahu telah melakukan kesalahan karena melanggar janjinya pada Milea. Dilan memilih untuk berdiam diri dan justru tak mau menjelaskan apa-apa atas kesalahpahaman yang terjadi. Hingga akhirnya berujung pada kandasnya hubungannya dengan Milea.

Sedangkan pada saat dengan Ancika, Dilan belajar dari kesalahannya di masa lalu untuk mau meminta maaf dan lebih dewasa menghadapi situasi. Berkali-kali, Dilan meminta maaf kepada  Ancika meskipun untuk kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu kompleks.

Yang sama hanyalah gaya khas Dilan yang tengil memang masih melekat sampai menjadi mahasiswa. Seperti celotehannya dalam penuturan kata, ataupun genitnya yang khas pada saat menggoda perempuan.

Untuk bagian ini, Arbani memang lebih dapat feel-nya menjadi sosok Dilan yang tengil. Apalagi logat bahasa sunda yang dia gunakan sangat fasih dan nyaman didengar.

Iqbaal juga sebenarnya cukup oke dalam pelafalan bahasa sundanya. Terutama dalam film yang ketiga, Iqbaal mengundang tawa penonton karena menyebutkan beberapa kata kasar dalam bahasa sunda dengan penekanan yang pas.

Sebagai asli orang sunda, saya menilai logat Arbani lebih pas disematkan sebagai Dilan yang memang asli anak Bandung.

Pemilihan Zee JKT48 memang pas menjadi karakter Ancika yang angkuh. Dibandingkan dengan projek film sebelumnya, Zee lebih pas berperan sebagai Ancika. Tatapan matanya yang dingin dan gayanya yang jual mahal layak untuk diberi apresiasi. Secara keseluruhan, Zee berhasil mengeksekusi perannya dengan baik sebagai Ancika.

Peran pendukung yang paling menonjol adalah karakter Anwar dan Indri. Anwar yang merupakan sahabat Dilan sekaligus saudara Ancika, menjadi tokoh penting sebagai penghubung dua sejoli ini. Indri sebagai teman sekelas dan satu bangku dengan Ancika, menarik perhatian penonton dengan parasnya yang cantik, manis, dan logat bahasa sundanya yang bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun