Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Dear Jo: Almost is Never Enough", Angkat Isu Surrogate Mother

27 Desember 2023   06:30 Diperbarui: 27 Desember 2023   20:31 4290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar gembira untuk kalian yang belum sempat menonton film ke bioskop, karena beberapa film bioskop sudah bisa dinikmati lewat platform video streaming OTT. Salah satunya film Dear Jo yang sudah tayang di Netflix. Sebelumnya, film Dear Jo sudah memenuhi layar bioskop pada 10 Agustus 2023.

Film Dear Jo cukup menarik perhatian. Apalagi mengangkat tema yang tidak umum di perfilman tanah air. Sayangnya, saat film ini tayang di bioskop, saya tidak sempat menontonnya. Padahal saat itu sudah berniat untuk menonton film Dear Jo. Namun saat ke bioskop, ternyata sudah tidak ada jadwalnya di bioskop terdekat dari rumah saya.

Netflix memberi notifikasi bahwa film Dear Jo tayang di akhir Desember 2023. Kabar ini tentu disambut dengan antusias. Kebetulan sekali di bulan Desember ini, paket berlangganan Netflix masih berlaku. Tidak menunggu lama, saya langsung menonton film ini.

Ternyata tidak hanya saya yang menunggu film Dear Jo hadir di Netflix. Penonton setia film tanah air pun turut meramaikan. Terbukti dari beberapa hari terakhir ini, film Dear Jo berada di urutan teratas yang banyak ditonton oleh pengguna Netflix.

Film ini diadaptasi dari novel Almost is Never Enough karya Sefryana Khairil. Sebelumnya saya tidak pernah membaca bahkan tidak tahu tentang novel ini. Murni hanya menonton versi filmnya saja. Jadi dalam review ini saya tidak bisa menjelaskan perbedaan dari novel dengan filmnya.

Kisah ini bermula di Azerbaijan. Sepasang suami istri, yaitu Maura dan Joshua memiliki sahabat bernama Ella. Maura diperankan ole Salshabilla Adriani. Joshua diperankan oleh Jourdy Pranata. Sedangkan peran Ella dibawakan oleh Anggika Bolsterli. Ketiganya adalah orang Indonesia yang tinggal di luar negeri.

Maura menjalin pertemanan dengan Ella yang berstatus single mom. Suaminya yang bernama Samir sudah meninggal dunia. Ella berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya, Zoey. Hubungan Ella dengan Samir ditentang oleh Ayah Ella. Membuat Ella pergi dari rumah dan tetap menikah dengan Samir lalu ikut dengan Samir tinggal di Azerbaijan.

Suatu hari, Maura dijodohkan oleh ayahnya dengan anak rekan bisnisnya. Mulanya Maura menolak dan meminta bantuan Ella untuk menggantikan perannya saat pertemuan pertama. Namun rencana itu langsung dibatalkan ketika yang datang menghampiri adalah laki-laki tampan bernama Joshua.

Maura langsung jatuh hati pada pandangan pertama pada Joshua. Joshua pun menerima perjodohan itu dan begitu menyayangi istrinya yang memang memiliki kepribadian menyenangkan.

Maura dan Joshua memang nampak bahagia. Namun sayangnya mereka tak kunjung diberi keturunan. Berbagai cara sudah mereka lakukan. Termasuk melakukan berbagai tindakan medis pada Maura yang memang divonis sulit mendapatkan keturunan.

Sebenarnya Joshua tidak menuntut Maura untuk memberikan keturunan. Tetapi Maura merasa menjadi istri yang sempurna bila menghadirkan anak di tengah-tengah keluarga kecil mereka.

Suatu hari, Maura, Joshua, Ella, dan anaknya sedang jalan-jalan bersama. Joshua bermain dengan putrinya  Ella. Keduanya tampak akrab. Joshua memang menyukai anak kecil. Sedangkan putrinya Ella memang merindukan figur ayah dalam kehidupannya.

Seperti sepasang sahabat perempuan yang sedang mengungkapkan rasa sayang masing-masing, Maura dan Ella saling mengutarakan. Keduanya merasa beruntung memiliki sahabat yang begitu perhatian dan penuh kepedulian. Ella menawarkan satu permintaan apa saja yang akan ia penuhi kepada Maura sebagai bentuk rasa sayangnya kepada sahabatnya itu.

Dengan perlahan, Maura mengungkapkan isi hatinya yang ingin memiliki anak bersama Joshua. Salah satu alternatif yang bisa mereka lakukan adalah mencari ibu pengganti atau meminjam rahim perempuan lain.

Sontak permintaan Maura membuat Ella terkejut dan tak bisa berkata apa-apa. Ella hanya mengungkapkan bahwa tindakan itu ilegal dan menyalahi aturan.

Maura menjelaskan bahwa ia sudah menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk memberikan kompensasi untuk Ella jika memang bersedia. Maura menuturkan bahwa hanya Ella yang dipercaya sebagai ibu pengganti. Ia tak mau jika orang asing yang menjadi ibu pengganti untuk anaknya.

Rasa sayang Ella begitu besar kepada Maura. Selain itu, ia juga memang terkendala ekonomi. Apalagi dalam melunasi bayaran sekolah Zoey. Akhirnya, Ella memberi kabar bahwa ia menerima tawaran Maura dan Joshua. Sepasang suami istri itu begitu berbahagia.

Mulanya memang berjalan sesuai rencana. Namun tiba-tiba, Maura mengalami kecelakaan saat hendak pergi ke rumah sakit menyusul Joshua dan Ella yang akan check up kandungan.

Belum sempat melihat janinnya dalam monitor, Maura sudah pergi meninggalkan Ella dan Joshua. Joshua benar-benar hancur karena kehilangan istrinya. Begitu juga Ella yang kehilangan sahabatnya.

Berbeda dengan  Joshua, Ella masih harus terus bertahan untuk anaknya Maura yang ada di dalam rahimnya. Demi Maura dan anaknya, Ella membantu Joshua untuk keluar dari masa-masa terpuruknya setelah kepergian Maura.

Dalam film Dear Jo, yang paling menarik adalah sinematografi yang memanjakan mata. Pemandangan Azerbaijan begitu luar biasa. Penonton seperti terhipnotis ingin pergi ke sana. Meski hanya menatap layar sebesar telepon genggam, tetap saja dari pilihan warna yang kontras begitu menyenangkan untuk dilihat.

Terutama kampung halaman mendiang suami Ella. Begitu tervisualisasikan dengan cantik. Hebatnya lagi, film ini tetap mengedepankan nuansa drama. Bukan sebagai film jalan-jalan yang hanya menyuguhkan keindahan pemandangan semata.

Penampilan dari Anggika Bolsterli yang paling menonjol dalam film ini. Meski dalam judul film menyematkan nama Joshua, tetapi ternyata Ella adalah tokoh utama yang paling penting dan menjaga kestabilan film. Adegan-adegan yang dibawakan Anggika mengundang haru penonton, tetapi ia mampu menjaga emosinya dengan porsi yang pas.

Para pemain film Dear Jo: Almost Is Never Enough (2023). (Sumber: KOMPAS.com/Ady Prawira Riandi) 
Para pemain film Dear Jo: Almost Is Never Enough (2023). (Sumber: KOMPAS.com/Ady Prawira Riandi) 

Biasanya, penonton terbiasa dengan akting Jourdy Pranata yang berperan sebagai anak kuliahan atau mahasiswa. Kini Jourdy seperti lepas dari embel-embel anak muda. Pembawaannya seperti mas-mas muda yang sudah berumah tangga.

Kepiluan yang dirasakan oleh Joshua nampak realistis dan sering terjadi. Joshua menjadi tidak mau melanjutkan hidup. Hanya berdiam diri di rumah, tak mau lagi bekerja ke kantor. Hampir setiap hari mengadakan party dengan teman-temannya. Melampiaskan rasa sedihnya dengan minum-minum hanya untuk menutupi perasaannya.

Alur cerita dalam film ini begitu rumit. Antara Ella dengan Joshua. Antara Ella dengan Eyang Joshua. Antara Ella dan Ayahnya. Dalam keadaan hamil, Ella harus mengalami banyak konflik dengan semua pihak. Namun Ella tetap tegar dan bertahan menghadapi semuanya. Terutama untuk anaknya Zoey dan mendiang Maura beserta anaknya yang ada di dalam rahimnya.

Sayangnya, banyaknya konflik dalam film ini tidak tersampaikan dengan baik. Semuanya berakhir dengan penyelesaian yang hanya begitu saja, tidak memberikan kesan apa-apa. Apalagi kehadiran Ben yang merupakan teman Joshua dan menyimpan hati pada Ella.

Ben sangat baik membantu Ella. Diam-diam Ben dan Joshua memperebutkan perhatian Ella. Kompetisi ini tidak diselesaikan dengan baik. Tidak ada penyampaian dialog kedua tokoh ini untuk sama-sama menyurutkan konflik. Penonton diminta untuk menilai sendiri akhir dari penyelesaian konflik ini.

Sebenarnya banyak perspektif yang bisa dibangun dalam film ini. Jika dibangun lebih kokoh dan luas lagi, tentu akan semakin mengundang air mata penonton. Tidak hanya itu, unsur-unsur cerita dalam film ini bisa dijadikan sebagai perenungan bagi penonton. Mulai dari kesempurnaan istri yang harus memberikan keturunan, sampai pro kontra surrogate mother dari perspektif agama, hukum, dan norma yang berlaku.

Surrogate mother adalah metode mengandung dan melahirkan bagi wanita yang tidak dapat mengalami kehamilan. Metode surrogate mother dapat membantu pasangan suami istri yang belum bisa memiliki anak. Metode ini meminjam rahim wanita lain untuk mengandung dan melahirkan anak sepasang suami istri. Jadi, anak yang ada dalam rahim ibu pengganti tetap merupakan anak dari orang tua aslinya. Masih banyak negara yang menentang metode ini. Salah satunya di Indonesia yang belum memiliki aturan terkait surrogate mother.

Dari tema yang dibangun, sayangnya film ini seperti main aman dan tak ingin mengundang banyak pro kontra. Seolah yang terpenting mengedepankan unsur romansa yang dibangun antara Ella dan Joshua. Padahal, tema yang diangkat sangat berpotensi besar untuk mengundang perenungan.

Kekurangan dalam film ini tidak berarti memberikan dampak buruk. Penonton masih bisa menikmati film ini dengan semestinya. Terutama visual yang ditawarkan memang memanjakan mata. Cinta yang terbangun antara Joshua dan Ella pun mendefinisikan kisah cinta orang dewasa yang tidak lagi mementingkan ego satu sama lain. Ella membutuhkan Jo untuk anaknya. Begitu juga sebaliknya. Yang terpenting, tetap ada Maura yang akan selalu mereka sayangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun