Di tengah-tengah keasyikan kami berdiskusi, salah satu senior memberikan pertanyaan. "Tahu Soe Hok Gie?" tanyanya.
Kami para mahasiswa baru saling melempar pandangan. Tidak ada yang tahu bahkan mungkin baru pertama kali mendengar nama asing itu.
Melihat raut-raut kami yang kebingungan, membuat senior itu kecewa. "Aduh, masa anak pers mahasiswa gak tahu Soe Hok Gie!"
Senior itulah yang pertama kali mengenalkan ku pada sosok Soe Hok Gie. Ia menceritakan bagaimana keberanian Gie dalam menuliskan kebenaran. Tak hanya tulisannya yang keren, tetapi pendirian dan cara berpikirnya yang luar biasa.
Kata senior ku, kami belum sah menjadi mahasiswa jika belum menonton film Gie. Maka dari itu, sang senior memberikan file film Gie yang dimasukkan ke ponsel kami masing-masing lewat kabel usb yang tersemat di laptopnya.
Ketidaktahuan kami pada Soe Hok Gie menambah PR baru. Senior memberi tugas agar kami menonton film Gie. Lalu di piket minggu depan, kami akan berdiskusi dan membedah film Gie bersama-sama.
Menonton film bukanlah hal yang berat untukku. Malah, aku sangat suka menonton film. Tugas dari senior sama sekali tidak memberatkan. Dengan semangat dan antusias tinggi, sesampainya di kossan langsung bercengkerama di depan layar laptop.
Lewat file film bajakan itu, aku perlahan mengenal sosok Gie. Senior ku benar, Gie memang berbeda. Perjalanannya sejak kecil, lalu saat menjadi mahasiswa, dan sampai menjadi seorang Dosen begitu diiringi dengan prinsipnya yang teguh. Tidak suka penindasan, tidak suka penyelewengan, dan tak gentar menyuarakan ketidakadilan.
Usai menonton film Gie, aku hanya terus bertanya-tanya di dalam hati. "Apakah di zaman sekarang, ada sosok mahasiswa yang seperti Soe Hok Gie?"
Perjalananku mengenal sosok Gie tidak hanya sampai di situ saja. Saat libur semester, aku kembali ke kampung halaman. Lalu mengisi waktu libur dengan menjelajahi kios-kios buku yang ada di Jatinangor.
Rupanya ada salah satu pemilik kios buku yang begitu mengagumi Soe Hok Gie. Aku mendapatkan informasi yang banyak darinya. Bahkan, Bapak itupun memberikan harga diskon saat aku membeli buku Catatan Seorang Demonstran yang merupakan buku harian Soe Hok Gie.