Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film Ketika Berhenti di Sini: Perjalanan Merelakan Kehilangan

28 Juli 2023   20:03 Diperbarui: 30 Juli 2023   01:18 3322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat dengan Film Kukira Kau Rumah? 

Film Kukira Kau Rumah yang rilis pada tahun 2022 merupakan karya pertama Umay Shahab. Aktor muda yang sedari kecil sudah terjun di dunia entertainment ini mencoba hal baru menjadi seorang sutradara film. 

Kukira Kau Rumah menjadi film pertamanya sebagai sutradara dengan menggandeng Prilly Latuconsina sebagai pemeran utama. Kukira Kau Rumah berhasil menyita perhatian publik khusunya kawula muda.

Usai keberhasilan Kukira Kau Rumah, Umay terus ingin menunjukkan eksistensinya untuk mewarnai Film Indonesia. Tahun ini (2023), Umay kembali melakoni perannya sebagai sutradara dalam Film Ketika Berhenti di Sini. Bahkan Umay ikut terlibat dalam ide cerita dan penulisan film ini. 

Lagi-lagi, Prilly Latuconsina kembali menjadi peran utama dari film garapan Umay sekaligus menjadi produser dalam Film Ketika Berhenti di Sini.

Poster Film Ketika Berhenti di Sini (Sumber: IMDb)
Poster Film Ketika Berhenti di Sini (Sumber: IMDb)

Sama halnya dengan Kukira Kau Rumah, Ketika Berhenti di Sini juga menyita banyak perhatian dari kawula muda. 

Sebelum film ini rilis pada 27 Juli 2023, trailer dan poster film ini sudah banyak diperbincangkan oleh warganet di media sosial. 

Akun-akun media sosial yang diikuti oleh jutaan anak muda di Indonesia turut meramaikan promosi film ini. Misalnya saja akun media sosial @folkaktive yang turut membagikan trailer film Ketika Berhenti di Sini pada Instagramnya.

Aktris Prilly Latuconsina hadir dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (24/7/2023).(Sumber: KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO)
Aktris Prilly Latuconsina hadir dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (24/7/2023).(Sumber: KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO)

Kembali mengingat Film Kukira Kau Rumah, bahwa Jourdy Pranata yang menjadi lawan main Prilly Latuconsina. Jourdy juga turut hadir dalam Film Ketika Berhenti di Sini, tetapi hanya menjadi cameo saja. Meski Prilly kembali menjadi pemeran utama wanita, tetapi kini Prilly dipasangkan dengan Bryan Domani dan Refal Hady.

Sebelumnya, Prilly dan Bryan pernah dipasangkan dalam series "Hari ini Kenapa, Naira?" yang tayang di TrueID pada tahun 2021. 

Bukan kali pertama bagi Prilly dan Bryan menjadi sepasang kekasih membuat mereka berdua dapat membangun chemistry yang membuat baper penonton.

Film Ketika Berhenti di Sini menceritakan tentang perjalanan Anindita Semesta merelakan kehilangan. Anindita Semesta yang akrab dipanggil Dita adalah perempuan muda yang ceria dengan gayanya yang unik sekaligus nyentrik.

Sedari kecil, Dita sangat senang menggambar. Kegemarannya didukung penuh oleh sang Ayah. Namun naasnya, saat remaja Dita harus kehilangan sang Ayah karena penyakit yang diderita sang Ayah.

Dita kehilangan sosok laki-laki yang begitu mencintainya dan mendukung mimpi-mimpi Dita. Salah satunya adalah mimpi bahwa karya-karya Dita suatu saat nanti akan mendunia. Tidak hanya merasa kehilangan, Dita turut merasa bersalah atas kematian Ayahnya. 

Seluruh tabungan Ayahnya untuk biaya pengobatan digunakan untuk membiayai kuliah Dita. Rasa bersalah dan merasa hanya menjadi beban sang Ayah membawa Dita jauh dari definisi ikhlas. Dita bahkan enggan untuk nyekar ke kuburan Ayahnya.

Saat masih berstatus menjadi mahasiswa, Dita tanpa sengaja bertemu dengan Edison di tempat servis elektronik. Pertemuan ini diawali dengan kesalahpahaman. Dita memberikan iPad rusaknya kepada Ed yang ia duga adalah tukang servis di toko itu. Padahal, Ed juga adalah pelanggan di tempat servis itu.

Pertemuan itu membuat Dita dan Ed semakin dekat. Ed tertarik dengan keunikan Dita. Dita juga tertarik dengan Ed yang selalu memberinya teka-teki sehingga membuat Dita harus selalu menjawabnya.

Hadirnya Ed dalam keseharian Dita mengisi kekosongan sosok sang Ayah. Ed sama seperti sang Ayah yang begitu yakin bahwa karyanya akan mendunia. 

Kehidupan Dita kembali berwarna semenjak bertemu dengan Ed. Bertahun-tahun mereka menjalin hubungan sampai mengenal keluarga satu sama lain.

Setelah menjalin hubungan selama 4 tahun, Dita merasa kekasihnya berubah. Ed yang saat itu sudah mapan secara ekonomi, begitu ambisi dalam membangun karirnya. Sedangkan Dita sedang ada di fase tidak percaya akan dirinya sendiri dalam menggapai cita-citanya.

Dita merasa Ed perlu mendengarkan dan memberi perhatian lebih padanya. Karena Ed adalah orang penting yang dapat kembali membangun semangatnya, tetapi Ed merasa bahwa rasa pesimis yang hadir dalam diri Dita bukanlah tanggung jawabnya meskipun sebagai kekasihnya. 

Respons yang Dita dapatkan tidak sesuai dengan harapannya. Membuat Dita begitu muak akan janji-janji manis yang saat PDKT pernah Ed tuturkan. Dita merasa Ed sudah melanggar janji-janji manisnya itu. Membuat keduanya bertengkar hebat di pinggir jalan.

Usai pertengkaran itu, Ed mengalami kecelakaan hingga merenggut nyawanya. Lagi-lagi, Dita harus mengalami kehilangan karena kematian. 

Dan lagi-lagi, Dita merasa bersalah atas kematian Ed. Andai saja malam itu mereka tidak bertengkar hebat dan andai saja malam itu Dita mengangkat telfon dari Ed, mungkin Dita masih bisa menatap Ed seperti biasanya. Rasa bersalah dan kehilangan kembali mengisi hari-hari Dita.

Beruntungnya Dita ditemani Ifan yang sudah ia kenal dari SMA. Perlahan, Dita mau membuka hatinya untuk Ifan. Sampai akhirnya mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

Orang lain sering bilang bahwa masa lalu selalu menjadi pemenangnya. Pernyataan itu berlaku dalam hubungan Dita dengan Ifan. Usai Dita mendapatkan hadiah terakhir dari Ed, Dita kembali merindukan Ed dan mengingat semua tentang Ed.

Ed memberikan kacamata canggih berteknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu keseharian Dita. Sosok asisten yang hadir dari program kacamata canggih itu adalah sosok Ed. 

Dita merasa Ed kembali mengisi hari-harinya. Kerinduannya pada Ed membuat Dita merasa sosok Ed dalam program kacamata canggih itu layaknya Ed yang menyenangkan dan memilki perasaan layaknya manusia.

Sinopsis Ketika Berhenti di Sini (2023) (Sumber: IMDb via KOMPAS.com)
Sinopsis Ketika Berhenti di Sini (2023) (Sumber: IMDb via KOMPAS.com)

Keunikan dari Film Ketika Berhenti di Sini adalah dari segi ide cerita. Film ini menawarkan ide cerita yang fresh yaitu kecanggihan teknologi AI. 

Seseorang yang ditinggalkan oleh sosok yang begitu penting dalam hidupnya pasti pernah berharap ingin kembali berinteraksi meski hanya untuk berpamitan. Dengan adanya kecanggihan AI, system atau program yang dibuat bisa saja menyerupai sosok yang diidamkan. Namun tetap saja, buatan manusia penuh keterbatasan. Penggunaan teknologi harus tetap dibarengi dengan akal sehat.

Tak kalah uniknya adalah narasi tentang Mandala. Sejak awal cerita, filosofi Mandala menjadi sorotan dalam ide cerita. Bahkan salah satu alasan yang membuat Ed kagum pada Dita saat pertama kali berjumpa adalah gambar Mandala yang dilukis langsung oleh Dita pada totebag yang ia kenakan hari itu.

Penonton disuguhi alur cerita berdasarkan filosofi Mandala. Tak hanya sebuah motif lingkaran saja, mandala memiliki makna yang begitu mendalam. Mandala menggambarkan arah mata angin yang memiliki warna dan makna. Arah utara berwarna hitam yang menggambarkan keserakahan. 

Sedangkan arah barat berwarna kuning yang melambangkan cinta. Arah selatan berwarna merah yang melambangkan amarah. Dan terakhir arah timur yang berwarna putih melambangkan ketentraman. Empat arah mata angin tersebut menggambarkan perjalanan kehidupan Dita.

Masih tentang keunikan dari film ini adalah terkait dengan tiga sudut pandang yang berbeda. Biasanya, penonton hanya akan disuguhi oleh dua sudut pandang saja, yaitu orang yang ditinggalkan dan orang yang meninggalkan. Namun Film Ketika Berhenti di Sini turut menyuguhkan orang baru yang ikut serta membantu perjalanan dalam merelakan kehilangan.

Penulis akui bahwa Umay Shabab sebagai sutradara begitu cerdik menawarkan konsep yang dapat menarik perhatian kawula muda. Tidak hanya menjual nama Prilly Latuconsina, Bryan Domani, dan Refal Hady, sederet aktor muda ternama juga ikut melengkapi bumbu visual dalam film ini.

Di pertengahan film, penonton akan dikejutkan oleh kehadiran pemeran film Mencuri Raden Saleh yang turut menghiasi layar. Terlihat Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Rachel Amanda, Ari Irham, dan Umay Shahab menghiasi layar bioskop yang ikut serta dalam satu adegan bersama peran Dita.

Pemilahan tone warna yang tervisualisasikan dalam film begitu kekinian dan disukai oleh kawula muda. Lagu-lagu yang diputar selama film berlangsung juga diambil dari lagu-lagu indie yang digandrungi anak muda. Salah satu latar lagu yang paling terngiang adalah lagu sorai yang dinyanyikan oleh Nadin Amizah. Pemilihan lagu sorai begitu pas disematkan pada Film Ketika Berhenti di Sini.

Para cast film Ketika Berhenti di Sini dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Jaksel, Senin (24/7/2023) (Sumber: KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO)
Para cast film Ketika Berhenti di Sini dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Jaksel, Senin (24/7/2023) (Sumber: KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO)

Chemistry yang terjalin antara Dita dan Ed begitu berhasil mengoyak-ngoyak emosi penonton. Ed si penuh teka-teki yang diperankan oleh Bryan Domani begitu memancarkan pancaran cinta saat awal berkenalan dengan Dita. 

Bryan berhasil menjadi sosok Ed yang menyukai dan pintar teknologi serta arsitektur. Begitu juga Prilly yang berhasil memerankan sosok Dita yang paling emosional dalam film ini. Meski di awal cerita, gaya Dita yang nyentrik terlihat terlalu dipaksakan pada Prilly, tetapi kalau urusan scene menangis, Prilly memang jagonya.

Sayang sekali sosok Ed tidak terlalu di-eksplore lebih dalam lagi. Khusunya tentang latar belakang keluarga Ed. Sekilas penonton akan melihat Ed adalah anak jenius yang didukung dengan kekayaan keluarganya. Namun tak nampak seperti anak kaya pada umumnya, Ed bisa berbaur dengan kalangan apa saja. Termasuk tukang servis elektronik dan pengamen jalanan.

Keluarga Dita juga tidak diceritakan lebih mendalam lagi. Padahal ibu Dita diperankan oleh  Cut Mini. Akting Cut Mini tidak perlu diragukan lagi. Cut Mini bisa menambah emosi dalam film jika perannya lebih ditonjolkan lagi. Sosok kakak Dita yang selalu ada di rumah bersama Ibunya juga seperti angin lalu saja. Tidak berarti apa-apa.

Perpindahan alur dalam film ini begitu cepat terjadi. Khususnya masa pendekatan Dita dengan Ed sampai akhirnya hubungan mereka merenggang di tahun ke empat. 

Memang inti ceritanya bukan romansa antara Dita dan Ed, melainkan perjalanan Dita mengikhlaskan kepergian Ed. Tetapi tetap saja, penulis sebagai penonton belum puas dengan romansa yang disuguhkan pasangan kekasih, Dita dan Ed.

Poster Film Ketika Berhenti di Sini yang terdapat di Sumedang XXI (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Poster Film Ketika Berhenti di Sini yang terdapat di Sumedang XXI (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di balik kekurangan film ini, yang terpenting adalah makna film yang ingin disampaikan memang berhasil tersampaikan dengan baik kepada penonton. 

Kehilangan adalah fase yang tidak bisa dihindari oleh siapapun di muka bum ini. Dan setiap orang memiliki versinya sendiri dalam berdamai dengan kehilangan.

Ibu Dita terlihat lebih cepat pulih semenjak kematian suaminya, tetapi bukan berarti Ibu Dita rela dengan kepergian. Ibu Dita punya cara sendiri untuk menyikapi kehilangan. Berbeda dengan Dita yang butuh waktu sangat panjang agar bisa berdamai dengan kehilangan. Tidak seharunya kita sebagai manusia biasa menyembunyikan rasa sedih. Kesedihan dan menangis bukanlah hal yang berlebihan. Apalagi bersedih karena kehilangan.

Ada satu dialog yang terus menerus menempel dipikiran penulis. Dita berpendapat bahwa dalam kelahiran akan mengalami fase persiapan selama 9 bulan. Tetapi berbeda dengan kematian yang tidak ada fase persiapan karena kehadirannya yang mendadak. Dari sini, kita bisa tersadar bahwa segala sesuatu yang bernapas itu akan mati. Dan itu tidak bisa dihindari. Kehilangan dan ditinggalkan adalah dua fase yang tidak bisa dihindari. Siapapun itu, pasti akan mengalaminya. Tidak memandang fisik ataupun status ekonomi, kehilangan akan menghampiri siapapun di muka bumi ini.

Memang dalam menyambut kelahiran, Ibu dan Ayah bisa mempersiapkan selama 9 bulan. Sedangkan kematian datang secara tiba-tiba. Kita tidak tahu kapan takdir kematian datang menghampiri. Tetapi kira harus ingat bahwa takdir kematian pasti akan datang. Jadi kalau ditanya kematian tanpa persiapan, itu hanya berlaku untuk orang-orang yang bermain-main dalam hidupnya.

Film ini tidak cocok untuk penonton yang sedang mencari hiburan. Bukan berarti filmnya tidak menghibur, tetapi pesan film ini mungkin saja tidak berakhir nyaman di setiap hati penonton. Usai film ini berakhir, penonton rasanya hanya ingin terdiam untuk mencerna semuanya. Penonton perlu ruang dan jeda untuk kembali melangkah ke luar dari bioskop.

Film ini berhasil mengoyak-ngoyak emosi penonton dengan memberikan beragam emosi. Mulai dari tawa, suka, kebahagiaan, lalu berubah menjadi sedih, kecewa, duka, dan kehilangan. Ke luar dari bioskop, yang tersisa hanya sesak yang tak bisa diekspresikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun