Lain halnya dengan pengguna Instagram dengan jumlah pengikut yang tidak banyak dan bukan siapa-siapa, dalam arti hanya masyarakat biasa saja. Pengguna tersebut memiliki peluang kecil untuk mendapatkan pengikut yang banyak secara instan.
Jika kita bandingkan fitur tersebut dengan Twitter, maka Twitter lebih memiliki penawaran yang besar akan kesempatan dalam mendapatkan jumlah pengikut. FiturÂ
Trending dalam Twitter sangat membantu pengguna dalam mendapatkan pengikut yang banyak. Dengan sering membuat cuitan, akan banyak pengguna lain yang melihat tweet tersebut. Apabila cuitan yang kita buat menarik perhatian pengguna dalam jumlah banyak, maka kesempatan terbuka lebar untuk mendapatkan pengikut baru.
Namun Threads masih belum bisa menyaingi Twitter untuk hal tersebut. Kemudahan dalam tersematnya secara otomatis dengan Instagram, membuat pengguna ‘biasa’ kesulitan dalam mendapatkan teman baru. Tidak adanya fitur Trending seperti Twitter membuat utas yang pengguna buat hanya muncul atau terbaca oleh segelintir orang saja. Dalam arti lain hanya muncul di beranda pengguna yang mengikuti akun Threads kita meskipun akun dalam keadaan publik (tidak private).
Hal tersebut sudah saya praktikkan langsung. Setelah akun Threads pribadi yang tersemat dengan Instagram, secara otomatis teman Instagram saya mengirimkan permintaan pertemanan dalam Threads. Dengan 39 pengikut, hanya ada 3 orang teman yang menanggapi utas yang saya buat. Threads juga tidak menampilkan jumlah pengguna yang melihat utas yang kita buat. Berbeda dengan Twitter yang menampilkan jumlah pengguna yang melihat cuitan kita.
Twitter yang menyuguhkan fitur Trending sebagai andalannya membuat siapa saja dapat melihat tweet yang kita buat jika menyematkan kata yang sedang trending saat itu. Tweet yang kita buat disebarkan secara meluas oleh ke pengguna Twitter lainnya lewat fitur trending.
Sebenarnya bisa saja pengguna Threads mendapatkan simpati banyak pengguna dengan membalas utas yang dibuat akun centang biru. Dengan begitu akan ada banyak si pengikut centang biru yang melihat utas tersebut.
Tersematnya dengan Instagram membuat calon pengguna yang tidak memiliki Instagram belum bisa mengakses Threads. Lain halnya dengan Twitter yang berdiri sendiri sehingga siapapun dapat menggunakannya dengan mendaftarkan nomor handphone dan email pribadi saja.
Selama 12 tahun menggunakan Twitter, saya melihat banyak sekali pengguna Twitter yang tidak menggunakan nama asli atau nama lengkap. Banyak sekali username twitter dengan nama samaran. Bahkan ada pula akun twitter yang memang dikhususkan untuk mencari teman secara maya saja sehingga tidak ada satupun teman atau orang yang di kenal secara nyata saling mengikuti di Twitter.
Pengguna Twitter pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ‘sambat’. Di mana Twitter oleh para pengguna setianya dijadikan sebagai media bercerita dari yang penting sampai tidak penting sekalipun. Seolah dalam Twitter begitu bebas untuk berbicara tentang apapun. Bahkan banyak sekali pengguna twitter yang hanya menggunakan twitter sebagai media pelampiasan keluhan saja.