Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Andai Rental Buku Masih Ada di Kotaku

27 Mei 2023   07:00 Diperbarui: 29 Mei 2023   14:47 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berawal dari melanjutkan cita-cita anak sulungnya, Armanoe (75) dengan setia membuka persewaan buku dan komik di Banyuwangi. Walaupun dalam sehari, hanya satu penyewa yang datang ke rumahnya. (KOMPAS.COM/Ira Rachmawati)

Akhir-akhir ini sosial media diramaikan akan berita ditutupnya salah satu toko buku melegenda. Toko buku tersebut menjadi salah satu toko buku yang pernah saya kunjungi sewaktu kecil. Meski jaraknya jauh dari rumah karena berbeda kota.

Tinggal di kabupaten yang minim kegiatan literasi cukup membuatku jengkel. Beberapa kali toko buku sempat beroperasi di salah satu pusat belanja. Namun tidak perlu menunggu lama. Memang umurnya tidak panjang karena sepi peminat.

Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)
Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)

Padahal dulu sepulang sekolah, saya dan beberapa teman gemar berkunjung ke sana. Apalagi kalau ada obral buku yang dijual dengan harga 5.000 rupiah saja. Kami pasti begitu antusias mencari di bak buku yang penyajiannya saja sudah amburadul.

Menemukan buku bacaan menarik di dalam tumpukan buku bagai menemukan harta karun. Biasanya kami akan memegang beberapa buku. Lalu membandingkannya dan hanya memilih satu buku saja yang akan dibeli. Maklum, namanya juga masih SMP. Itupun harus menabung dulu selama sebulan penuh. Menyisihkan uang jajan tambahan ekskul atau les.

Ilustrasi: Duduk Lesehan di Lorong Toko Buku (Sumber: kompas.id)
Ilustrasi: Duduk Lesehan di Lorong Toko Buku (Sumber: kompas.id)

Kalau lagi boke tapi butuh bahan bacaan, saya dan teman-teman tetap berkunjung ke toko buku. Kami mencari-cari buku yang sudah terbuka plastiknya. Lalu kami membacanya sambil duduk lesehan di lorong antar rak. Awalnya sang pegawai toko buku memberi teguran, tetapi hari demi hari teguran itu tidak berlaku lagi.

Baca gratis di toko buku dengan lesehan di lantai tentu akan mengganggu pengunjung yang lain. Tapi apa daya. Hanya kami segelintir siswa berseragam putih biru di sana. Tak ada pengunjung lain. Pegawai toko buku sepertinya bersyukur kami meramaikan tokonya. Meski hanya numpang baca buku gratis.

Selain baca buku gratis di toko buku, saya teringat pada jasa sewa/pinjam buku. Sewaktu saya SD, peminjaman buku sangat laris manis di toko rental buku tersebut. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari sekolah. Tapi masalahnya saat itu saya belum bisa memiliki kartu anggota karena belum memiliki kartu siswa. Untungnya kakakku yang sudah SMA menjadi anggota di toko rental buku tersebut. Jadi, saya selalu meminjam kartu anggotanya.

Sepulang mengaji, saya selalu menyempatkan untuk berkunjung ke sana. Suasananya sangat padat sekali. Banyak siswa SD, SMP, sampai SMA yang ramai memilih buku yang berjajar di rak. Saking penuhnya, kalau kita pinjam komik yang berseri, itu harus menunggu lama. Karena antrian yang meminjamnya cukup banyak.

Ilustrasi: Komik di KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: republika.co.id)
Ilustrasi: Komik di KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: republika.co.id)

Buku yang saya pinjam pertama kali di sana adalah komik Dan Detective  School (DDS). Komik yang menceritakan tentang sekolah detektif yang di isi oleh siswa pilihan yang cerdas. Kasus demi kasus mereka pecahkan dengan segala problematikanya. Sampai akhirnya mereka dilantik menjadi penerus detektif sekolah sekaligus pendiri sekolah detektif tersebut.

Meminjam komik DDS juga butuh penungguan yang sangat panjang. Misalnya hanya bisa meminjam vol 1 dan 2 saja. Setelah saya mengembalikan vol 1 dan 2, lalu berencana meminjam vol selanjutnya, tetapi ternyata vol 3 sedang dipinjam oleh orang lain. Jadinya pinjam buku yang lain atau pinjam vol selanjutnya saja. Kadang, saya selalu berpesan pada kakak penunggunya di sana. "Teh, kalau ada DDS vol 3, simpen dulu ya. Besok aku ke sini lagi." Kurang lebih seperti itu isi pesanku.

Menjelang SMP, toko rental buku tersebut kehilangan peminatnya. Entah kenapa saya pun jadi jarang ke sana. Apalagi setelah menjelang ujian kelas 6. Padahal dari segi tempat sangat strategis. Tempatnya juga cukup luas. Rak bukunya juga bagus dan banyak. Buku-bukunya juga variatif dan cukup kumplit. Dari segi harga apalagi. Untuk komik murah sekali, hanya dengan harga sewa 400-500 perak saja. Kalau novel biasanya lebih mahal, sekitar 800 perak sampai yang tebal 4.000 rupiah. 

Setidaknya dengan menyisipkan uang jajan seribu rupiah, saya sudah dapat meminjam 2 komik dalam waktu 3 hari. Jika lebih dari itu, maka akan terkena denda. Untuk jumlah dendanya saya terlalu tidak ingat, karena saya selalu diajarkan untuk mengembalikan tetap waktu oleh orang tua.

Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)
Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)

Akhirnya sewaktu SMP ada jasa pinjam buku yang baru. Tempatnya ada di ojolali. Sayangnya tidak terlalu luas. Jarak antar rak buku sangat sempit dan hanya muat satu orang saja. Untungnya toko rental buku tersebut tidak terlalu ramai. Sehingga saya bisa leluasa mencari buku yang diinginkan.

Semenjak SMP, bahan bacaan saya beralih dari komik ke novel teenlit. Harga sewanya saat itu 1.800 sampai 3.000 rupiah. Kalau lagi ada uang lebih, saya bisa meminjam novel tebal seperti Ayat-Ayat Cinta dengan harga sewa 5.000 sampai 8.000 rupiah.

Sistem pinjamnya masih sama seperti sebelumnya. Mendaftar kartu anggota dengan mengisi formulir dan melampirkan foto kopi kartu siswa. Denda sewanya juga hampir sama. Peminjam akan terkena denda jika terlambat mengembalikan, yaitu lebih dari 3 hari.

Aktivitas meminjam buku hanya sampai lulus SMP. Semenjak SMA, tugas dan kegiatan ekstrakulikuler semakin bertambah. Hari minggu pun dipakai untuk kerja kelompok atau latihan teater. Jadi tidak ada waktu lagi untuk menghabiskan berjam-jam di tempat rental buku.

Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)
Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)

Entah tepatnya kapan rental buku itu tutup. Pada akhirnya tidak beroperasi lagi. Dan sampai sekarang tidak pernah ada lagi jasa pinjam buku di kota kelahiranku. Padahal jika ada, saya akan sering berkunjung ke sana. Mengingat membeli buku cukup menguras gaji yang pas-pasan ini. Apalagi jika buku tersebut hanya diperuntukkan satu kali baca saja. Maka pilihan yang tepat adalah dengan meminjam buku di tempat rental buku.

Menyisihkan uang gaji untuk membeli buku rasanya sulit. Padahal otak juga harus diberi nutrisi. Tidak hanya perihal isi perut saja. Tetapi kebutuhan semakin hari semakin bertambah. Apalagi untuk biaya hidup di kota rantau. Sudah pasti uang tabungan pun akhirnya terpakai untuk sekadar bayar listrik dan iuran sampah perbulan.

Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)
Ilustrasi: KK Book Rental Yogyakarta (Sumber: visual.republika.co.id)

Sebenarnya bisa saja membeli buku bajakan yang lebih murah. Toh sekarang dapat dengan mudah ditemukan di e-commerce. Tidak perlu lagi jauh-jauh ke Palasari Bandung. Hanya modal ponsel dan kuota, kita bisa langsung membeli buku bajakan dengan harga yang serendah-rendahnya. Bahkan pembayarannya pun bisa sistem cash on delivery (COD). Tetapi saya selalu menghindari pembelian buku bajakan. Bukan karena mampu membeli buku original, tetapi demi menghargai penulis dan seluruh insan yang terlibat dalam buku tersebut. 

Saya hanya membayangkan jika suatu saat nanti saya jadi penulis terkenal, lalu banyak pembaca yang membeli buku bajakan. Sudah pasti itu sangat merugikan saya sebagai penulis. Begitu susahnya ya untuk berpenghasilan sesuai dengan minat yang disukai. 

Saat ini pun penghasilan dalam menulis tidak bisa menambah gaji pokok dari profesi utama. Mari kita syukuri saja hehe.

Bisa juga membeli buku bekas. Di e-commerce juga banyak yang jual. Tetapi ya tidak banyak jumlahnya. Kadang buku yang dicari tidak ada. Mayoritas buku bekas yang dijual adalah buku terbitan lama. Kalaupun ada yang terbaru, maka harganya juga hanya berkurang sedikit dari harga asli bukunya hehe.

Andai saja rental buku beroperasi lagi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun