Masih ingat dengan musisi legend Indonesia, Iwan Fals? Suaranya yang khas sampai saat ini tak bisa tergantikan meski beberapa generasi baru bermunculan. Apalagi melihat karya-karyanya yang begitu berani menyuarakan pendapat untuk mengkritik rezim. Salah satunya adalah lagu Rekening Gendut yang diciptakan pada tahun 2013. Lagu ini terlahir atas bentuk protes melihat Gayus Tambunan yang berprofesi sebagai PNS Kementerian Keuangan memiliki harta kekayaan yang tidak wajar.
Salah satu lagu Iwan Fals yang sampa saat ini masih sering diputar adalah Bento. Padahal lagu Bento rilis pada tahun 1995. Namun Bento masih relevan dengan keadaan sekarang. Singkatnya pada wawancara yang dilakukan oleh detik.com pada Januari 2022, lagu Bento diciptakan di tengah-tengah keramaian terkait pembangunan real estate yang menjadi impian semua keluarga muda. Sampai akhirnya mereka semua menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
Lagu dijadikan oleh sebagian musisi sebagai bentuk protes dan kritikan akan keresahannya. Lagu-lagu bernuansa seperti ini akan terus bergulir. Bisa dilihat dari lagu Bento yang sampa saat ini masih dinyanyikan oleh berbagai kalangan. Seolah-olah keresahan yang tertuang pada lagu tersebut tidak akan pernah terputus meski sudah terjadi pergantian generasi.
Dewasa ini, genre lagu mengalami banyak perkembangan. Para pendengar kini semakin beragam dalam hal selera lagu. Genre musik folk menjadi salah satu yang memiliki pasar tersendiri. Meski jarang mendapat panggung dalam layar kaca, musik folk memiliki panggung tersendiri karena lekat dengan band atau musisi indie. Membuat pendengarnya akan datang menghampiri. Genre musik folk disebut sebagai musik rakyat yang penuh dengan kesederhanaan dan menyangkut keseharian hidup. Bertema isu-isu sosial dan lingkung yang begitu berdekatan dengan masyarakat.
Salah satu musisi indie dan ber-genre folk adalah Fiersa Besari. Tak hanya piawai dalam musik, Fiersa Besari juga piawai dalam menuliskan kata-kata puitis. Terlihat dari beberapa bukunya yang laris manis. Meski begitu puitis, Fiersa Besari tidak melulu menulis lagu dengan unsur cinta-cintaan. Salah satunya adalah lagu Cerita Rakyat yang diunggah dalam YouTube pada 10 Agustus 2018 lalu.
Cerita Rakyat bertema nasionalis seperti menjadi sindiran untuk Indonesia. Terlihat dari lirik-liriknya yang menginterpretasikan bahwa penulis menggambarkan keadaan Indonesia, mulai dari Sumber Daya Alam, keadaan masyarakatnya, sampai keadaan pemerintahan. Fiersa Besari memang pandai dalam merangkai kata-kata. Ia menulis dengan berbagai gaya bahasa, seperti sarkasme, satire, sinisme, hiperbola, dan ironi.
Katanya negeriku kaya-raya
Tapi banyak yang teraniaya
Katanya sudah tidak dijajah
Tapi masih banyak orang susah
Kudengar kita bangsa yang ramah
Tapi gemar sekali marah-marah
Konon dipimpin orang-orang hebat
Tapi hobi curi uang rakyat
Kita hidup di negara yang jauh dari sempurna
Tapi selama aku bernyawa akan kujaga Indonesia
Orang miskin tidak boleh sakit
Karena birokrasi dipersulit
Orang pandai tak boleh mengkritik
Nanti pencemaran nama baik.
Laut dan sawah terhampar luas
Tapi masih impor garam dan beras
Ibu pertiwi sangatlah indah
Jangan jatuh ke tangan yang salah
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia
Dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia
Lirik lagu tersebut mempunyai pesan moral yang begitu dalam. Tertuang dalam description box yang Fiersa tulis dalam video clip Cerita Rakyat di kanal YouTube-nya.
“Karya ini tidak dibuat sebagai senjata politik dari dan untuk golongan apa pun. Karya ini juga tidak dibuat untuk memojokkan pihak mana pun, apalagi pemerintah. Karya ini hadir sebagai pengingat bahwa kita masih punya banyak PR, dan sudah menjadi tugas kita bersama untuk menjadikan Indonesia negeri yang lebih baik. Saya percaya, kita dapat menjadi bangsa besar ketika mau menerima kritik dan mau membuka mata terhadap apa pun yang terjadi di sekeliling kita. Bukan dengan cara pura-pura baik-baik saja, lantas lupa bahwa negara membutuhkan uluran tangan kita. Semangat dan salam untukmu para pejuang.”
Dalam lagu Cerita Rakyat, ada banyak permasalahan di Indonesia yang masih harus diselesaikan oleh kita. Realitanya, permasalahan yang tertuang dalam lagu tersebut sampai saat ini memang masih menjadi masalah negara yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Mulai dari korupsi, kriminalitas, dan pengangguran.
Tidak perlu mencari data statistik terkait permasalahan ini, karena dengan kasat mata kita sudah melihat permasalahan ini memang ada. Kini sedang ramainya kasus kriminalitas yang bahkan pelakunya adalah seorang anak. Latar belakang kriminalitas juga semakin beragam, mulai dari desakan kebutuhan ekonomi, unsur sakit hati, sampai karena patah hati.
Korupsi juga nyaris tak ada ujungnya. Dari tingkat paling rendah sampai atas, unsur KKN masih bagaikan lingkaran setan. Jeruji besi sama sekali tidak membuat seseorang takut untuk melakukan korupsi. Bahkan mereka dengan entengnya pamer kekayaan di sosial media.
Berbicara terkait pengangguran juga sama saja. Apalagi kini generasi Z memenuhi berbagai bidang. Indonesia harus siap menyambut bonus demografi yang di mana orang-orang produktif yang menjadi mayoritas. Memang terdengarnya seperti kabar baik, namun apakah jumlah lowongan pekerjaan dapat menampung seluruh jumlah pencari kerja?
Selain itu, lagu Cerita Rakyat juga menceritakan tentang aspirasi yang terkadang tidak didengarkan. Mungkin dari situlah Fiersa Besari mencoba menyuarakan aspirasinya lewat sebuah lagu. Lagu Cerita Rakyat ini memang menjadi pengingat untuk seluruh bangsa Indonesia. Tidak hanya pemerintah, tapi seluruh Warga Negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H