Tak hanya pihak kampus, lingkungan sekitar seperti teman yang seharusnya memberi dukungan pada penyintas malah berbanding terbalik meneriaki korban. Seolah-olah korban adalah tukang kibul yang mengarang cerita. Acap kali para pelaku pelecehan seksual adalah sosok tak terduga yang memiliki peran penting, citra baik dan prestasi gemilang. Giulio Parengkuan sebagai Rama yang menjadi pelaku kekerasan seksual digambarkan sebagai seseorang yang perhatian, peduli pada temannya, lembut, kalem dan bak dewa yang siap membiayai seluruh kegiatan teater matahari. Pengertian pelecehan juga terlalu sempit didefinisikan banyak orang. Jika tidak menyentuh atas dasar nafsu, seperti bak tak terjadi pelecehan. Padahal sang pemilik tubuh tidak memberi izin bahkan tak sadarkan diri. Meski tak terjadi 'persentuhan kulit' namun tetap saja pelecehan ya tetap pelecehan, banyak ragamnya.
Meski nyaris tak ada cela untuk dikritik, tapi tetap saja film ini bagai fantasi penulis. Meski mengangangkat isu yang sedang marak terjadi di dunia yang semakin tak waras ini, tetapi respons tokoh Suryani atas peristiwa pahit yang ia alami bak tidak mungkin terjadi pada para korban pelecehan seksual. Suryani digambarkan sebagai sosok alpha female. Ia begitu berani dan serba semangat dalam banyak hal. Bukannya frustasi saat menyadari mangset yang ia kenakan terbalik, ia malah ingin tes urin untuk memastikan ada obat terlarang atau tidak pada minumannya pada malam itu.Â
Mungkin jika saya menjadi Suryani, saya akan berprasangka sudah diperkosa dan ketakutan hamil karena tidak tahu siapa bapaknya. Tapi Suryani digambarkan lebih menyayangi beasiswa kuliahnya daripada tubuhnya sendiri. Mungkin penulis ingin memberi contoh kepada para korban agar semangat dalam memperjuangkan keadilan. Terlihat dari epilog bahwa lingkungan kampus akhirnya mengetahui aksi bejat Rama setelah ribuan kertas fotokopi yang dibagikan dari atap gedung kampus oleh Suryani dan puluhan korban pelecehan lainnya. Tapi, apakah definisi kemenangan bagi para korba pelecehan seksual itu ada setelah tubuhnya sudah dirampas dengan paksa? (Siska Fajarrany)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H